Ayu

161 9 3
                                    

Rekomendasi lagu untuk bab ini :
Universe - EXO

Malam yang jadi pelita dengan warnanya yang kelabu, malam ini Ayu mengajak Amar untuk berbicara berdua. Hanya berdua, Ayu dan Amar di sebuah bangku panjang dalam taman kecil yang berada di sekitar rumah sakit.

Wajah mereka serupa sendu, keduanya sama-sama menahan sesuatu dan sesekali berharap jangan sampai ada air mata yang jatuh lalu membuat keduanya sama-sama merasa menyesal.

Tatapan Amar selalu terarahkan kebawah, telinganya sengaja disumpali oleh sebuah penyuara telinga untuk mengikis semua rasa sedihnya. Sedangkan Ayu masih terdiam dengan segudang pertanyaan sekaligus harapan untuk bagaimana dirinya di saat nanti.

Hingga akhirnya Ayu meringis, membuat Amar memalingkah wajahnya ke arah Ayu. Amar sengaja memasang senyuman manis saat sedang menatap wajah istrinya.

Amar tak ingin Ayu mengetahui kesedihan yang juga ia rasakan.

Amar kemudian melepaskan salah satu penyuara telinganya dan kembali  memasangkan salah satunya  pada telinga Ayu.

Amar kemudian melepaskan salah satu penyuara telinganya dan kembali  memasangkan salah satunya  pada telinga Ayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amar menghembuskan sedikit napasnya lalu bertanya "Mengapa kamu meringis seperti itu?"

Saat itu pertanyaan Amar membuat Ayu bingung menjelaskan bagaimana perasaannya, sampai ia memilih untuk menundukkan wajahnya karena tak bisa membalas pertanyaan sekaligus menatap wajah Amar.

"Ayu, mengapa kamu tidak berniat menjawab pertanyaanku."

Semakin Amar menanyakan sesuatu hal, dan itu semakin membuat Ayu menundukkan kepalanya agar tak terlihat oleh Amar.

Ayu tau dia tidak pandai menyembunyikan perasaannya, salahnya karena ia sempat meringis tadi. Seharusnya ia tidak mengeluhkan apapun, dan Amar tidak akan menanyakan apapun.

Ayu hanya ingin malam ini bisa tenang bersama Amar. Walaupun Ayu tidak tahu apakah ini malam terakhirnya bersama Amar ataukah tidak. Yang terjelas dipikirannya adalah waktunya bersama Amar tidak akan pernah berkurang.

Sedikit menggerakkan tangannya menutupi lengannya yang terbuka, Ayu bermaksud untuk mengalihkan perhatian Amar dengan yang lain. "Amar, di sini memang dingin. Tapi di dalam kamar justru membuat pikiranku tidak tenang. Bisakah kamu meminjamkan jaketmu itu padaku?" tanya Ayu

Amar terkekeh sesudah itu memberikan hoodienya yang tadi sengaja terikat ia ikat di bangku. "Tentu saja aku akan memberikannya, tidak perlu meminjamnya dariku. Karena aku bukanlah orang lain, aku masih suamimu. Sekarang yang terpenting adalah tubuhmu tetap hangat dan pikiranmu tetap tenang."

Amar kembali tersenyum saat Ayu langsung memakai hoodie pemberiannya dengan cepat. Sejenak ia memang melupakan pertanyaan pada Ayu yang barusan ia ucapkan.

Tapi hal itu tidak berselang lama, ketika Amar mendapati Ayu terus menatap dan mengelus perutnya meskipun ia sengaja menyembunyikan pergerakan tangannya di balik hoodie yang ia pakai.

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang