Resep Dokter Bayu

200 7 3
                                    

Hari ini operasiku berjalan cukup lancar, entah mengapa setelah semalam habis mendiskusikan beberapa beban yang ada di hatiku, lalu sempat memutuskan keinginan untuk mencoba mulai membuka hati untuk Amar.

Aku merasa semuanya menjadi begitu ringan, mungkin saja Tuhan memang menginginkan ini semua atau bisa juga Tuhan memang sengaja memberikanku satu kesempatan lagi untuk sedikit bahagia.

Sesuai perjanjian bersama Amar dan juga Dokter Bayu setelah menjalani satu minggu pernikahan, maka aku akan menjalani operasi pengangkatan payudara.

Meski sudah seminggu, rasanya waktu berjalan begitu lama bukan? Aku pun tak percaya jika waktu yang telah kulewati pasca pernikahan ini, telah berjalan cukup lama.

Di atas kasur ini, aku mencoba membuka mataku perlahan. Melihat kearah manapun, yang sebenarnya tujuan utamaku adalah hanya untuk menemukan keberadaan Amar.

Ketika akhirnya aku bisa menemukannya tertidur di atas sofa, aku sedikit tertawa kecil. Masih tidak menyangka jika dia bisa tertidur dalam keadaan sofa yang sekecil itu.

Namun, ingin rasanya aku memanggil Amar untuk pindah tidur ke atas kasur ini, walaupun harus berbagi dengannya, sampai kasur ini menjadi sempit untukku sendiri, itu tidak akan jadi masalah. Karena yang jelasnya aku tidak tega melihat Amar tidur dalam keadaan tersiksa seperti itu.

Sesaat melihatnya, aku memang sedikit lupa dengan keadaanku yang memang belum benar-benar sadar sepenuhnya.

"Bagaimana keadaanmu?"

Aku sedikit tercekat melihat posisi Amar telah berubah, bahkan telah terbangun dari tidurnya tadi. Aku tidak tahu sejak kapan dia terbangun, tapi yang jelasnya sekarang Amar tengah meregangkan tubuhnya sebelum akhirnya bangkit dan berjalan ke arahku dengan membawa satu buah air gelas yang telah dia ambil tadi.

"Sudah sedikit lebih baik, walau masih terasa sedikit pusing," balasku sembari menyentuh dahiku, lalu tersenyum singkat pada Amar.

"Sebaiknya kamu minum air ini dulu, lalu tidurlah lagi."

"Tapi, aku tidak bisa beristirahat lagi. Karena tubuhku jadi sedikit berat, setelah banyak tertidur tadi."

Amar terkekeh pelan, masih dengan tangannya yang menyodorkan air minum gelas kepadaku.

"Baiklah jangan tidur lagi, tapi kamu maukan menghabiskan minuman ini?"

"Mau," sahutku bersemangat.

Setelah itu, Amar langsung mengambil kursi kecil untuknya duduk di samping kasurku. Dia terus tersenyum ke arahku, dan kupikir senyumannya jadi begitu manis untuk saat ini.

"Menurutmu, kira-kira sudah berapa lama aku tertidur karena efek obat bius ini?" tanyaku penasaran yang setidaknya dengan pertanyaan ini akan membuat kami semakin dekat dan tidak ada kecanggungan lagi di antara kami berdua.

"Mungkin sekitar 2-3 jam."

Aku mengganguk, dan memikirkannya kembali. Rupanya aku telah tertidur dalam jangka waktu yang cukup lama juga.

"Pantas saja tubuhku terasa kaku dan sakit sekali untuk digerakkan," ungkapku dan Amar membalasnya dengan senyuman yang penuh arti.

Lalu dengan berhati-hati kugerakkan tanganku untuk menyentuh bagian di dadaku, dan rasanya sangat aneh. Bahkan dengan terburu-buru, aku menarik selimut untuk menutupi perasaan geli serta takut yang mendera di tubuhku.

Operasi yang telah dilakukan, membuat setengah bagiannya berubah dan benar rasanya akan sangat sakit nanti.

"Nanti juga kamu akan sembuh, jangan menyentuhnya lagi. Karena pasti kamu akan merasa aneh dengan bentuknya," jelas Amar dengan posisi setengah membungkuk, dari nada bicaranya dan jarak wajahnya yang sangat dekat, membuatku sedikit merona. "Berbaringlah lagi."

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang