Sikap-sikapmu

330 13 3
                                    

Sebelumnya terima kasih, karena sudah sempat untuk membaca ceritaku ini. Dikarenakan kesibukan dan tidak menemukan semangat, aku sempat tidak menulis selama seminggu lebih.


🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

Jam weker yang berdering di atas meja kecil telah mengawali pagi itu, karena bunyinya yang terlalu bising membuatku tersadar untuk menolehkan pandanganku ke samping. Aku belum merasakan apapun, mataku masih tertutup rapat namun tanganku telah bergerak mencari posisi jam weker yang berdering itu.

Tanganku terus mencari sampai kusadari bahwa ada sebuah bantalan padat yang menopang tanganku hingga tak harus menyentuh alas kasur.

Aku mengerjap, mataku perlahan terbuka. Dan mendapati Amar sedang tertidur di sampingku, aku juga bisa melihat posisi tanganku yang sedang berusaha menggapai jam weker itu, namun teralihkan dengan keberadaan tanganku yang sedang berada tepat di atas dada bidang milik Amar.

Aku pun sempat menyadari sesuatu begitu melihatnya wajahnya yang terkesan begitu teduh untuk dipandang di saat masih dalam keadaan tertidur. Banyak yang bisa kuperhatikan hanya dengan melihat bentuk wajahnya, di mulai dari bibir kenyalnya yang sensual dalam keadaan setengah terbuka, rambutnya sedikit basah dan berantakan karena keringat dan letak bantalnya yang tidak pas.

Aku rasa, Amar sangat kelelahan hari ini. Karena kupikir Amar baru mendapatkan jatah tidur yang sedikit, mungkin saja terhitung 2-3 jam lebih. Itupun terjadi karena pola kerjanya yang hari ini cukup melewati batas wajar.

Sebagai seorang pilot, Amar butuh waktu jam kerja selama 10 jam. Tapi karena insiden kemarin pagi, Amar mengalami keterlambatan karena harus mengurus diriku yang tengah sakit.

Dan sekarang, aku mulai merasa bersalah tapi tetap bisa bersyukur karena Amar telah membuktikan bahwa ia telah menjadi lelaki dewasa dan suami yang bertanggung jawab serta selalu menepati janjinya, seperti yang ia ucapkan padaku kemarin mengenai ketepatan waktu pulang tanpa menganggu tidurku.

Sekarang adalah giliranku untuk membuktikan bahwa aku juga bisa menjadi istrinya yang baik, sekaligus menjadi wanita dewasa yang tidak akan menggangu jatah tidurnya sebelum waktu kerjanya tiba.

Lalu kuputuskan dengan cepat menarik tanganku yang berada di atas dadanya tadi, dan mencoba bergerak perlahan turun dari atas tempat tidur. Sebelum turun, aku tidak tau jika sebenarnya Amar telah diam-diam terbangun dan menggerakkan tangannya untuk menyentuh pinggangku dan mencoba menarikku kembali.

Badanku terdorong ke belakang lagi dengan posisi terbaring di atas bantal guling, namun itupun tak elak membuat tubuh Amar ikit bergerak mundur beberapa senti. Hingga ia berada tepat di pinggir bagian ranjangnya.

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang