Aku membutuhkanmu

201 7 0
                                    

Setelah part ini, Gi butuh vote dan komentar kalian minimal 5 baru lanjut part selanjutnya.

Semoga kalian bisa membantu, Gi, juga ya☺

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Song recommendation :
RM BTS - Expensive girl

"Aku membutuhkanmu."

Bibirnya Amar terdengar menggumamkan kata-kata itu padaku.

Entahlah mengapa sentuhan tangan Amar begitu cekatan untuk masalah seperti yang dilakukannya ini. Hanya dengan satu tarikan keatas, tanpa membutuhkan banyak waktu.

Pakaianku kini telah terbuka, sehingga yang kali ini telah terlihat punggung indah yang kumiliki dengan utasan bra yang sedang kupakai.

Amar dengan buru-buru memelukku seakan berniat menutupi tubuhku, tapi aku juga tidak mengerti mengapa dia melakukan itu.

Sehingga kupikir kami tidak seharusnya melakukannya di sini.

"Kurasa kita bisa melakukannya di kamar saja, di sini tidak enak," ucapku pelan.

Kerlingan Amar dan senyuman yang tidak dapat diartikan terpancar dari wajah Amar dan terlihat begitu nyata dari pantulan mataku.

Aku yakin Amar sangat pandai memainkan ekspresi wajah, dan sepertinya juga sangat mahir mengintimidasi orang lain dengan senyuman manis yang ia perlihatkan sebelumnya.

"Baiklah di manapun tempatnya, aku tidak akan masalah."

Setelah berjalan ke kamar dengan niatan untuk melanjutkan sesuatu yang kenyataannya memang sama sekali belum berakhir di antara kami berdua, Amar mendorong pelan tubuhku ke atas tempat tidur.

"Bisakah jika kamu saja yang berada di atas," tutur Amar pelan seraya melepas pakaiannya yang masih tertanggal di tubuhnya.

Aku mengganguk pelan dan Amar mulai mengambil posisi terbaiknya di atas tempat tidur, dengan menyesuaikan diri agar sedikit bisa duduk dalam keadaan bersandar pada bagian kepala dari tempat tidur itu.

Aku pun mengikuti saja dengan keadaan sedikit takut lalu mendekat kearahnya, sampai Amar menjatuhkan lagk bibir kenyalnya pada permukaan bibirku yang terasa dingin akibat perasaan gugup tadi.

"Aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru."

Seusai ciuman penuh mesra yang dilakukan Amar tadi.

"Tapi aku merasa sedikit takut."

Aku mulai menggigit bibir bawahku, sedangkan di setiap sisi pipiku terasa begitu panas dan rasanya seperti memerah. Mencoba untuk menjauhi tatapan Amar, namun berbeda denganku sepertinya Amar berpikir bahwa ekspresi wajahku kali ini seakan memanggil sesuatu yang bersemayam dalam diri Amar.

Amar mungkin berpikir bahwa aku sedang mengutarakan sebuah aura sensual setelah melihatku telah menggigit bibirku barusan.

"Aku akan membantumu, jadi tidak apa-apa tenanglah."

Mendapatkan anggukan dariku, Amar tampak memulai permainannya lagi dengan meremas kedua bantalan berbentuk bulatan yang ada di tubuhku.

Perbuatan Amar seolah menyalurkan sesuatu sensasi yang berbeda pada tubuhku, walau masih dengan keadaan sedikit gelisah dan rasa sakit yang masih terasa di bagian itu, tetapi aku bisa merasakan sedikit kenikmatan dari sentuhan dingin jemari-jemari Amar.

Terbukti sekarang aku mulai menutup mataku, seakan mengikuti isyarat yang terjadi di hatiku dan bermula pada hati Amar.

Dengan tubuhku yang mulai menggeliat, aku berusaha mati-matian menahan desahan yang mulai memaksa keluar dari mulutku. Hingga dengan satu gerakan cepat dan ahli dari jemari Amar, suara desahan itu tak lagi dapat kubendung dari mulutku.

My Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang