Namjoon menghela nafas berat ketika melihat dua orang yang tengah bercumbu mesra di lorong sekolah yang tengah ia lewati.
"Mau gue pesenin kamar hotel?"
Kedua insan itu tersentak hingga langsung melepaskan tautan bibir mereka, si wanita menunduk malu sementara si pria menatap Namjoon kesal.
"Ganggu, bngst."
"Kalau mau gak ada yang ganggu langsung hotel aja. Apa perlu gue minta sekolah buat bangunin kamar di sini?"
"Ide bagus. Kalau lo kepilih jadi ketua osis berikut nya, lo harus ngajuin pembuatan kamar di sekolah ini."
"Gue bakal inget itu. Tapi sebelum nya gue mau tanya, lo emang putus sama Soya?" Tanya Namjoon.
Pria itu berdecak kemudian menatap gadis di depan nya. "Ke kelas duluan, nanti gue nyusul."
Gadis itu mengangguk. Lalu pergi meninggalkan kedua pria itu dengan tergesa.
"Gue belum putus. Lo jangan coba deketin dia." Tegas pria itu.
Namjoon tertawa. "Taeyong Arganta, pacar nya Jisoya Agnesia lagi ciuman mersa di lorong belakang sekolah dengan seorang cewek berinisial Momo Hiraya. Bagus buat gue pasang di mading kan?"
"Berani lo pasang gue bakal sabotase pemilihan ketua osis nanti." Ancam Taeyong.
Namjoon tersenyum miring. "Sayang nya jabatan itu nggak penting bagi gue."
Taeyong menatap Namjoon tajam. "Lo beneran niat buat hubungan gue sama Soya berantakkan?! Lo suka sama cewek gue?!" Sentak nya.
"Bukan gue yang buat hubungan kalian berantakkan, tapi lo sendiri yang nggak bisa ngejaga keutuhan hubungan itu sendiri." Namjoon menyeringai tipis.
"Nggak usah ikut campur." Ujar Taeyong sinis.
Namjoon menggeleng. "Gue bukan ikut campur, tapi gue cuman mau ngasih tau lo."
"Nggak perlu, lo nggak tau apa-apa."
"Lo salah. Gue diem bukan karena gue nggak tau, tapi gue cuman pengen liat sebajingan apa lo sama pacar lo sebelum Soya dapet pengganti lo nanti nya."
"Pengganti?" Taeyong tertawa. "Nggak akan pernah. Lo berharap lo bisa gantiin gue di hati nya? Mimpi."
Namjoon ikut tertawa membuat Taeyong menyerit heran. "Bukan gue."
"Apa?"
"Bukan gue pengganti nya, bukan gue yang suka sama dia, bukan gue juga yang bisa ngambil hati nya, tapi ada seseorang yang lagi berusaha ngambil hati Soya dari cowok bajingan kayak lo." Namjoon tersenyum kemenangan melihat Taeyong yang terdiam.
"Itu nggak akan semudah yang lo bilang ke gue." Tukas Taeyong.
Namjoon menghela nafas. "Seberapa keras seseorang bertahan kalau terus di hantam badai pasti akan tumbang, apa lagi hati manusia."
"Lo terlalu serius ngejalin cinta, man." Taeyong terkekeh di akhir kalimat nya.
Namjoon hanya tersenyum lalu memutar badan. Sebelum pergi, ia berkata. "Kalau lo main-main, siap-siap aja balik di mainkan oleh takdir, lo harus tau kalau takdir suka sama pembalasan, bahkan kadang lebih kejam." Namjoon menengok. "Iya, kan?"
.
.
.
Jean memasuki perpustakaan dengan riang, ia menyapa beberapa pengunjung di sana, bahkan ia juga menyapa penjaga perpustakan serta guru lain nya. Seceria itu lah Jean, seceria yang terlihat.