Gays, kalian jahat banget tau. Masa aku baru apdet kalian udah komen 'up lagi dong kak' ya aku syok baca komen nya:(( TAPI NGGAK MAMA KALIAN DEBEST LAHH LUV LUV
.
."Masuk dulu."
Suho menggeleng. "Nggak usah. Lo harus istirahat. Cape 'kan?"
Airin menggeleng samar, ia menunduk, menatap ujung sepatu nya. Masih enggan beranjak masuk ke dalam rumah.
"Yaudah, gue mampir."
Seketika Airin mengangkat kepala nya, mata nya sedikit berbinar meski wajah datar itu belum juga hilang. Tanpa sadar Airin memegang lengan Suho lalu menarik nya masuk ke halaman. Airin membuka pintu rumah, ia melihat Soya yang tengah bersantai di sofa seraya menonton televisi.
Soya menoleh mendengar seseorang yang melangkah. "Oh, pegangan tangan nih cerita nya."
Seketika Airin melirik lengan nya, lalu langsung ia lepaskan. "Sh, -maaf."
Suho terkekeh kecil. "Gak papa. Tarik aja lagi, nih."
"Yeuu modus." Sorak Soya di balas delikan dari Airin.
"Kakek mana?" Tanya Airin berjalan mendekati gadis itu bersama Suho.
"Di kamar nya kali."
Airin mengangguk-ngangguk. "Kita di kamar aja ya."
Soya seketika menoleh, ia tersenyum lebar. "Ngapain hayo?"
"Pikiran nya yeuu." Suho menggusak rambut Soya, membuat gadis itu mendengus sebal seraya merapikan rambut nya.
Airin tanpa sadar terkekeh pelan, Suho memperlakukan Soya seperti adik nya sendiri. Airin bahagia melihat itu, Airin bahagia saat ada orang lain yang bisa menyayangi dan menjaga adik-adik nya. Kebahagian Airin itu sederhana, hanya melihat kedelapan adik nya tersenyum kalian bisa mendapatkan hati Airin.
"Oh iya, Bobby katanya mau ke sini." Ujar Airin seraya melangkah pergi, Suho yang bingung memilih mengikuti gadis itu.
Soya merubah posisi nya jadi duduk. "Lo ketemu Taeyong di sekolah?"
"Nope. Taehyung aja udah buat gue nangis, nggak mau Taeyong, nanti aja."
Setelah mengatakan itu, baru Airin menaiki tangga ke lantai dua dimana kamar-kamar berada. Soya tersenyum tipis.
"Pantes mata nya sembab. Abis nangis ternyata." Gumam Soya.
.
."Hyun, ayo masuk dulu."
Minhyun terdiam sejenak, lalu ia melepaskan sabuk pengaman nya. "Yaudah."
Kedua nya berjalan beriringan menuju teras rumah lalu Dyya membukakan pintu. Minhyun juga Dyya berjalan melewati ruang tengah dengan acuh, mengabaikan Soya yang tengah menatap mereka.
"Kok gak gandengan?" Celetuk Soya.
Baru Dyya menyadari kehadiran Soya di ruangan itu. "Ngapain lo di situ?"
Soya mengedigkan bahu nya. "Suka-suka."
Dyya menghela nafas lalu melanjutkan langkah nya, tetapi kembali terhenti saat Soya berucap sesuatu.
"Besok jangan lupa, Ya." Ujar Soya.
"Gue gak akan lupa, Ya." Balas Dyya.
Minhyun menyerit. "Jangan lupa apa?"
Dyya memilih menggeleng lalu menarik lengan Minhyun ke taman belakang rumah. Ada sebuah kolam yang cukup besar juga kursi-kursi untuk bersantai, Dyya memilih membawa Minhyun ke sebuah ayunan di depan kolam.
