Masa itu, Yerim masih berada di kelas kedua di sekolah menengah pertama nya. Ia tidak begitu tertarik dengan pelajaran, ia bukan siswa pintar juga tidak termasuk siswa bodoh. Ia hanya seorang siswi biasa yang ingin lulus dari sekolah lalu mulai menjadi orang dewasa.
Namun seorang lelaki berhasil menarik perhatian nya, mengambil alih seluruh rasa penasaran nya juga hampir memiliki hari-hari Yerim selama berada di sekolah.
Nama nya, Jungkook. Jungkook Mahardika. Anak remaja yang bersekolah tepat di sebrang sekolah nya, anak lelaki tampan yang bisa mengambil hati Yerim hanya karena membantu nya yang jatuh dari sepeda waktu kelas 1 SMP.
Yerim nyaman berada di dekat pria itu, Yerim senang setiap kali sehabis pulang sekolah Jungkook datang dengan sepeda nya dan mengajak Yerim berkeliling taman di sore hari. Yerim merasa Jungkook adalah dunia nya di tengah kekosongan yang kadang ia rasakan.
Yerim juga mempunyai saudara, bahkan mempunyai delapan kakak perempuan yang siap menjadi pelindung nya di saat susah mau pun sedih. Namun Yerim pun paham, mereka hanya remaja SMP yang masih memendam perasaan mereka dan tidak berani menceritakan nya pada orang lain. Yerim tidak mungkin menceritakan seluruh kisah, rasa dan apa yang ia alami di sekolah kepada kakak-kakak nya. Karena ia sadar, sekali pun saudara, sekali pun mempunyai darah dari ibu yang sama, mereka tetap punya rahasia yang tidak ingin saudara nya tau.
Yerim tidak berpikir ini adalah tahun terburuk dalam hidup nya, karena ia rasa selama ada Jungkook kata buruk itu akan selalu indah. Klise. Tapi Yerim, kelas delapan SMP, menyukai hal itu.
Sekolah Jungkook adalah tempat yang memang harus ia kunjungi setiap pulang sekolah karena Jennie, Lalisa dan Joya bersekolah di sana. Sedangkan Dyya, Gira, Soya, juga Jean bersekolah di tempat yang sama dengan Yerim.
"Yerim, aku pulang duluan ya. Sepupu aku udah nunggu di sekolah nya."
Yerim mengangguk seraya tersenyum. "Iya, aku juga harus piket dulu."
"Oke. Dadah."
"Hati-hati, Eunha."
Gadis dengan potongan rambut sebahu itu teman dekat Yerim, mereka berdua seolah tidak bisa di jauhkan oleh apa pun sejak pertemuan pertama mereka pada masa orientasi siswa mereka dulu. Yerim sangat mempercayai gadis itu, ia merasa memiliki teman bercerita meski hanya untuk di area sekolah.
Tok tok
"Yer, Jean sama kak Gira mau langsung ke rumah sakit. Mau ikut kita langsung atau nyusul bareng kak Jennie?"
Yerim memandang Jean yang di ambang pintu dengan bingung. "Hmm, berangkat bareng kak Jennie aja."
"Alahh bilang bae mau ketemu Jungkook." Cibir Jean.
Yerim hanya tersenyum malu. "Lagian kak Airin pasti ngerti kok."
"Kalau dia ngambek karna Yerim gak dateng bareng kita jangan ngelampiasin ke Jean atau kak Gira ya. Kita gak tau apa-apa." Cetus Jean.
Yerim cemberut. "Iya iya, bawel. Udah sana."
"Yaudah, hati-hati. Kita tunggu di rumah sakit. Dadahh."
"Byeee."
.
.Yerim melangkahkan kedua kaki nya keluar gerbang sekolah dengan senyum yang terpatri jelas di bibir nya, mulut nya bersenandung kecil tanda kebahagiaan walau langit sudah mulai memberikan tanda akan datang nya hujan.
Ia berdiri di sebrang jalan, menunggu lampu merah menyala karena tujuan nya ada di depan sana. Ia harus melewati jalan raya untuk ke sana, memang merepotkan namun Yerim tidak pernah sekali pun keberatan.