Pagi ini blackvelvet berangkat dengan mobil mereka sendiri, tidak lagi di antar oleh supir. Mereka membawa tiga mobil, mobil pertama di kendarai oleh Airin dengan Lalisa, Joya dan Yerim sebagai penumpang, mobil kedua di bawa Dyya dengan Soya dan Jean di dalam nya dan mobil ketiga di ambil oleh Jennie dan Gira.
"Let's do it." Gumam Gira lalu menancapkan gas dengan kecepatan tinggi, menembus jalanan yang belum terlalu ramai.
"Nggak papa orang lain kita tabrak mati, asal kita nggak niat nyari yang mati aja." Seru Jennie.
Gira tertawa menanggapi ucapan Jennie.
Ketiga mobil itu berlalu dengan cepat, awal nya mobil Airin yang memimpin namun karena Gira merasa terlalu lambat akhir nya ia menyalip mobil Dyya lalu kembali menyalip mobil kakak nya tersebut agar melaju terlebih dulu. Airin menggelengkan kepala nya maklum, mobil Dyya berada di paling belakang, gadis itu hanya tersenyum tipis namun tetap mengemudikan kendaraan nya di bawah rata-rata.
"Kak, nggak mau nyalip mobil kak Gira?" Tanya Jean dari kursi belakang.
Soya yang tengah mendengarkan musik dari earphone membuka mata nya perlahan. "Kalau lo ngelakuin itu, Gira bakalan kepancing dan akhir nya balapan sama lo."
"Yaa meski kita tau siapa yang menang kan?" Tanya Jean enteng.
Dyya hanya terkekeh kecil. Jika balapan mobil, audah jelas Dyya yang akan menang, dan jika balapan motor maka Lalisa yang akan menang. Namun Dyya tidak ingin melakukan nya jika bukan di arena. "Santai aja."
Di mobil Airin, Lalisa berdecak kesal karena aksi kebut-kebutan Jennie dan Gira. "Gue doa-in nabrak kan mampus mereka."
Joya tertawa. "Kayak yang nggak tau mereka aja sih."
"Ayo kak Ai, salip lagii." Seru Yerim bersemangat.
Airin menggeleng membuat ketiga adik nya lesu. "Dyya aja diem, kenapa gue harus gerak?"
"Alahh, kak Dyya mah nggak akan gerak kalau di jalan gini mah." Sahut Joya.
"Ngomongin jalan, kapan kita turun lagi?" Tanya Lalisa serius.
"Udah lama ya?" Gumam Yerim.
"Sebenernya kita udah banyak panggilan buat main lagi. Tapi ya, kalian tau sendiri mata-mata Kakek banyak banget." Jawab Airin.
"Bener juga." Keluh Joya.
Airin menoleh kesamping. "Yer, udah ngurangin rokok nya kan?"
Joya dan Lisa tersentak. "Lo ngerokok lagi?!"
"Duhh." Yerim menutup telinga nya yang berdengung. "Kalem dong."
"Kalem apaan sih bngst, dari kapan lo mulai lagi?" Tanya Lisa dengan tatapan tajam.
"Baru-baru ini sih." Jawab Yerim dengan cengiran khas nya.
Joya menghela nafas. "Lo kan udah di peringatin dokter, Yer."
"Tau. Tapi ya mau gimana lagi." Yerim menghela nafas.
"Kita harus ketemu dokter lagi, Yer." Yerim hanya berdehem membalas nya, Airin melipat bibir nya. "Obat Soya udah abis?"
"Dikit lagi. Nanti ambil lagi bareng cuci darah kak Dyya." Sahut Joya.
"Kak Suhyun cerita sama gue. Kak Soya kemarin bilang cape, cape sama Taeyong cape juga sama obat nya." Beritahu Lisa.
"Mau gimana lagi. Kalau ngambil jalan pintas, terlalu bahaya buat nyawa nya." Balas Airin sendu.
"Kakek juga nggak pernah setuju tentang hal itu." Timpal Yerim.