"Kalian tau siapa yang nyuruh mereka nyelakain kita di party semalem itu siapa?"
"Siapa, kak?"
Seluruh tatapan langsung mengarah pada Airin, gadis cantik itu menghela nafas sebentar. Ia sendiri pun tidak percaya dengan jawaban dari pertanyaan itu sendiri. "Kalian inget guru yang ngehukum kita dulu?"
"Bu.." Gumam Joya lama. "Yara? Linda?"
"Yara." Ulang Airin. "Bu Yara. Dia tau tentang perdagangan senjata kita yang ilegal, dia tau siapa Kakek sebenernya, dia juga tau gimana Ayah sama Bunda."
Soya mengerutkan kening nya bingung. "Kenapa dia tau tentang Ayah sama Bunda?"
"Karena.." Airin menunduk sejenak lalu tersenyum sinis. "Dia yang ngerebut Ayah dari Bunda."
"Si bajingan." Sentak Jennie. "Gue samperin sekarang."
Lalisa langsung menahan lengan Jennie, ia menatap gadis itu. "Jangan ngambil keputusan sendiri."
"Ck, gue udah lama nyari wanita brengsek yang buat Bunda kayak gini. Saat gue tau dia siapa, gue harus diem gitu?" Tanya Jennie menyentak.
Airin memijat kening nya pusing, ia mengantuk dan lapar. Pikiran nya sedang kacau, ia tidak ada waktu untuk melawan Jennie yang keras kepala.
"Udah Jen, kita samperin rumah nya langsung. Ambil dulu granat nya. Gue pengen ngabisin semua nya." Gira langsung berdiri dan hendak berjalan keluar ruangan.
"Kenapa harus buru-buru?" Tanya Jean.
"Maksud lo?"
"Gimana kalau kita pura-pura gak tau apa-apa sebentar. Kita bisa ngancurin dia dengan cara yang gak akan dia lupain seumur hidup nya." Ujar Jean. "Kita nggak bisa ngambil nyawa nya, tapi dia bisa ngerampas kehidupan Bunda. Kenapa nggak kita lakuin hal yang sama ke dia?"
Yerim bertepuk tangan sendiri, ia tidak menyangka Jean bisa berpikir. "Gak sia-sia gue pindahin otak nya, berguna ternyata."
"Itu bakal ngambil waktu yang lama, Jean." Balas Gira tidak setuju.
"Nggak lama, kita mulai dari besok." Kata Jean.
Dyya tersenyum. "Udah? Ayo pulang. Gue gerah."
"Alibi pengen ketemu Minhyun." Gumam Joya keras.
"Iya nih, kangen sumpah." Balas Dyya seraya terkekeh.
Jennie menghela nafas. "Yaudah ayo balik."
"Ayoo." Seru Lalisa dan Yerim bersamaan.
.
.Airin mengulum senyum nya kala melihat seorang pria yang tengah ia cari itu berada di halaman belakang tengah membaca buku di sebuah ayunan, Airin berjalan lambat untuk menghampiri pria itu.
"Suho."
Pria itu mengangkat kepala nya. "Pulang?"
"Idihh, kan ini rumah gue juga." Kesal Airin.
"Kemana aja?" Tanya Suho seraya menutup buku nya.
"Kok kepo?" Balas Airin.
"Tidur dimana?" Tanya Suho lagi.
Airin menyerit. "Dimana mana?"
"Udah makan belum?" Suho menatap Airin.
"Belum?" Airin bingung sendiri dengan jawaban yang ia berikan.
"Lo gak tau ya?"
"Tau apa?"
"Gue khawatir."