Author POV
Ketika Jennie sedang memasak didapur, Hanbin datang untuk mengambil air minum. Dan tiba - tiba, Jennie merasa mual ketika Hanbin berada didekatnya.
Lalu Jenniepun mematikan kompor, setelah itu pergi menuju wastafel cuci piring untuk memuntahkan semua isi perutnya.Hanbin yang melihat itupun langsung meletakan gelas yang dia pegang, lalu membantu Jennie dengan memijat lehernya.
"Yak! Wae?", tanya Hanbin.
Bukannya menjawab, Jennie malah mendorong Hanbin agar menjauh darinya.
"Kumohon, jangan dekat - dekat denganku sekarang.", kata Jennie dengan wajah pucatnya.
Hanbin mengerutkan alisnya, dia bingung dengan ucapan Jennie.
"Wae? Aku hanya ingin memijat lehermu, itu saja tidak lebih. Mengapa kau bereaksi seperti itu? Seperti aku ingin memperkosamu saja, jauhkan pikiran itu!", kata Hanbin.
Lalu diapun memilih untuk mengambil gelasnya lagi.
Setelah itu Hanbin mulai melangkahkan kakinya menuju ke ruang santai.
"Mian oppa, bukan begitu maksudku. Hanya saja, kau bau.", jujur Jennie.
"Mwo? Yak! Aku memang belum mandi, tapi tubuhku tidak begitu bau. Geurae, aku akan mandi sekarang juga. Ais, jinjja.", kesal Hanbin saat dia berhenti sejenak.
Lalu, diapun mulai melanjutkan langkahnya yang tertunda. Kali ini bukan ke ruang santai, melainkan ke kamar mandi di kamarnya.
Sebenarnya bukan karena Hanbin belum mandi, hanya saja itu karena Jennie sedang hamil muda jadi itu wajar. Jennie jadi merasa bersalah pada Hanbin.
Author POV End
Hanbin POV
"Bisa - bisanya dia bilang aku bau? Yak! Aku memang belum mandi tapi aku tidak sebau yang dia kira sampai - sampai dia mual seperti itu. Ais, jinjja.", kesalku sambil menaiki anak tangga.
Ketika sudah sampai kamar, aku langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Setelah mandi, aku cepat - cepat menggunakan pakaian lalu segera turun. Sungguh perutku sudah berbunyi sedari tadi, aku sangat lapar. Tadi aku berniat ingin makan dulu baru mandi, tapi melihat reaksi Jennie tadi membuatku sedikit malu juga. Jadi, aku langsung pergi mandi. Tapi benarkah tadi aku sebau itu? Ah, entahlah.
|°•○●○•°□■□°•○●○•°|
Kini aku sudah berada di meja makan dan Jennie sedang meletakan piring serta magkuk berisi makanan ke atas meja dengat tangan satunya yang menutupi hidungnya.
"Yak! Apa aku masih bau? Aku sudah mandi! Jangan mengada - ada! Apa kau berniat mengerjaiku, agar aku mandi lagi dan lagi? Lalu tidak makan malam? Eo? Begitu?", tanyaku tak sabaran.
"Aniyo, oppa. Mian, hanya saja aku benar - benar mual. Aku sedang tidak enak badan, mianhae.", kata Jennie.
"Cih, ternyata orang sepertimu bisa sakit juga?", tanyaku lirih.
Dia hanya memandangku, sepertinya dia mendengarnya.
Ah, aku tidak peduli."Makanlah oppa, aku akan ke kamar dulu.", katanya.
Lalu aku menahan tangannya.
"Mengapa kau tidak makan juga?", tanyaku khawatir, karena dia terlihat sangat pucat.
Tunggu, khawatir? Eo, belakangan ini semenjak aku mengakhiri hubunganku dengan Dahyun, aku berusaha mencintai Jennie. Seperti permintaan appa dulu ketika di hari pernikahanku dengan Jennie. Tapi, sulit juga bagiku melupakan Dahyun. Aku masih mencintainya, bahkan sampai detik ini. Tapi dia sudah mengecewakanku, dia selingkuh dibelakangku. Mungkin karena bayangan Dahyun, aku belum bisa mencintai Jennie.
Setidaknya aku ingin sedikit peduli padanya, mungkin dari situ aku bisa mencintainya.
"Nanti aku akan menyusulmu, oppa. Aku hanya ingin ke kamar sebentar.", kata Jennie sambil melepaskan tanganku.
"Apa karena aku masih bau?", tanyaku hati - hati.
Aku sangat bingung, kenapa dia masih menutup hidungnya sampai sekarang.
Yak! Aku ini sudah mandi."Mian oppa, kau memang masih bau. Tapi aku hanya ke kamar sebentar lalu aku akan segera makan bersamamu.", kata Jennie, lalu dia pergi ke kamarnya.
Hanbin POV End
Jennie POV
Aku berbohong pada Hanbin oppa, sebenarnya aku ingin ke kamar mandi untuk mengecek test pack itu.
"Aku harap jika benar aku hamil, Hanbin oppa bisa menerimanya.", kataku sambil meraih test pack itu.
"Mwo? Positif?", tanyaku lirih.
Lalu aku merasa sangat lemas sekali dan tanpa sadar aku terduduk di lantai kamar mandi.
"Bagaimana ini? Apakah aku harus memberi tahu Hanbin oppa?", tanyaku pada diriku sendiri.
Cukup lama aku berpikir, akhirnya aku bangkit dan keluar dari kamar mandi dengan test pack yang kupegang. Aku harus memberitahu eomma.
"Yeoboseyo.", jawab eomma.
"Eomma, hasil test pack itu postif. Aku hamil eomma.", kataku sambil nenangis.
"Yak! Kenapa kau menangis? Kau terharu? Eomma juga, chukhahae Jennie-ya. Kalau begitu, eomma akan berkunjung ke rumahmu jika eomma sudah baikan.",kata eommaku santai.
"Aku terharu dan juga sedih, eomma.", kataku.
"Mwo? Sedih? Kenapa kau harus sedih?", tanya eomma.
"Bagaimana jika Hanbin oppa tidak mau mengakui anak ini eomma? Saat itu, kami melakukannya karena Hanbin oppa sedang mabuk. Aku bahkan tidak yakin jika Hanbin oppa ingat kejadian itu.", kataku dengan tangis yang semakin menjadi - jadi.
'Tok ... tok ... tok ....'
Dan saat itu juga ada suara ketukan di pintu, itu pasti Hanbin oppa.
"Ne, tunggu sebentar.", kataku menyahuti Hanbin oppa di luar kamar.
"Eomma, sudah dulu eo?", kataku lalu hampir kumatikan panggilan itu tapi eomma lebih dulu menjawabku.
"Geurae, jangan menangis lagi eo? Cobalah beritahu Hanbin. Eomma percaya dia akan menerimanya. Hng?", kata eomma lembut.
"Ne, eomma. Aku akan memberitahukannya.", kataku lalu mematikan panggilan itu.
Jennie POV End
.
.
TBC.Gimana part 11nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae Kim Hanbin
FanfictionMenikah adalah hal yang paling membahagiakan didalam hidup seseorang. Tapi tak semua pernikahan akan membahagiakan. Contoh saja pernikahan Kim Jennie dan Kim Hanbin. Mereka menikah karena suatu alasan yang disebut perjodohan. Bagi sebagian besar ora...