27

1.5K 120 0
                                    

Author POV

Setelah sarapan, Bobby langsung menarik Hanbin begitu saja kehalaman belakang yang ternyata adalah kolam renang dan taman bunga yang tidak terlalu luas. Disana tidak ada tempat untuk duduk, jadi Bobby dan Hanbin berdiri untuk membicarakan sesuatu.

"Ada apa hyung?", tanya Hanbin karena Bobby menariknya pergi tanpa pamit pada orang tua Jennie.

Bagi Hanbin itu sangat tidak sopan, tapi bagi Bobby itu adalah hal biasa.

"Kau harus meminta penjelasan dari Jennie, karena Jennie belum menjelaskan apa - apa padamu. Dan berpura - puralah kau tidak tahu apa - apa, jangan bilang aku sudah menjelaskannya padamu.", kata Bobby.

"Tapi, abeonim ingin berbicara padaku. Lagi pula, aku percaya penjelasanmu. Jadi, Jennie tidak perlu bersusah payah menjelaskannya padaku.", kata Hanbin.

"Jadi kau benar - benar percaya padaku?", tanya Bobby.

"Eo, aku percaya padamu hyung.", kata Hanbin.

"Baguslah, tapi tetap saja kalian harus memiliki waktu berdua untuk membicarakan kedepannya kalian akan bagaimana. Ingat kata - kataku tadi saat di rumahmu, jangan ceraikan Jennie!", kata Bobby memperingati Hanbin.

"Eo, aku akan membicarakannya. Tapi bagaimana dengan abeonim?", tanya Hanbin.

"Kau tenang saja, ada aku disini. Ajaklah Jennie ke kamarnya.", kata Bobby lalu hendak pergi namun ditahan oleh Hanbin.

"Mengapa kau menyuruhku mengajaknya ke kamar?", tanya Hanbin polos.

"Yak! Byuntae! Maksudku bicarakanlah disana, kau pikir apa maksudku?", tanya Bobby kesal sambil memukul kepala Hanbin.

"Ani, hyung. Aku tahu, tapi mengapa tidak di ruang santai saja? Atau ruang tamu?", tanya Hanbin.

"Aku akan mengajak samchon bermain catur di ruang tamu dan imo pasti ada di ruang santai untuk menonton tv. Kau mau di dapur? Disana ada Park ahjumma. Disini? Bisa saja, tapi aku tidak membiarkan Jennie berdiri terus - menerus.", kata Bobby lalu pergi begitu saja.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Bobby mulai menjalankan rencananya untuk mengajak appa Jennie bermain catur.

"Samchon, kau masih disini? Dimana Jennie dan imo?", tanya Bobby basa basi.

"Eo, aku menunggu Hanbin. Imo sepertinya di ruang santai dan Jennie sedang membantu Park ahjumma mencuci piring.", kata appa Jennie.

"Oh, begitu. Em, samchon bisakah kita bermain catur seperti dulu?", tanya Bobby.

Dulu sebelum Bobby ke Amerika setiap Bobby berkunjung ke rumah orang tua Jennie pasti niat awalnya karena Jennie tapi berakhir juga dengan appa Jennie yang mengajaknya bermain catur.

"Yak! Biasanya samchon yang mengajakmu bermain catur? Mengapa sekarang kau yang mengajak samchon?", tanya appa Jennie bingung.

"Aku sedang ingin saja, sudah lama kan kita tidak bermain catur bersama? Samchon juga harus merilekskan pikiran samchon, jangan hanya memikirkan urusan kantor saja.", kata Bobby sedikit menghasut appa Jennie.

"Kau ini bisa saja. Tapi bagaimana dengan Hanbin?", tanya samchon.

"Hanbin? Biarkan saja dia menunggu.", kata Bobby dengan santainya lalu tertawa.

"Aniyo samchon, dia sepertinya ingin berbicara dengan Jennie sebentar. Jadi, lebih baik kita bermain catur.", kata Bobby.

"Geurae, ambilah caturnya ditempat biasa. Samchon akan menunggumu di ruang tamu.", kata appa Jennie lalu bangkit dari meja makan menuju ruang tamu.

Lalu Bobby mengambil catur dan ke dapur untuk meminta Park ahjumma membuatkannya kopi. Tapi ternyata, ada Hanbin dan Jennie yang hanya berdiam - diaman serta Park ahjumma yang sepertinya akan keluar membuang sampah.

"Ahjumma, tolong buatkan kopi untukku dan samchon. Dan antarkan ke ruang tamu.", kata Bobby.

"Ne, tuan muda. Akan ahjumma buatkan dan antarkan.", kata Park ahjumma lalu keluar.

"Bro.", panggil Bobby sambil memperlihatkan catur yang dia bawa bermaksud memberitahu bahwa dia akan bermain catur dengan appa Jennie.

Lalu Hanbin menganggukkan kepalanya, pertanda mengerti apa yang harus dia lakukan setelah ini. Lalu Bobby pergi menuju ruang tamu, setelah melihat respon Hanbin.

"Jen, kita perlu bicara di kamarmu.", kata Hanbin.

"Bicaralah disini.", kata jennie dingin.

"Aniyo, Park ahjumma bisa mendengar pembicaraan kita nanti.", kata Hanbin.

"Aku sedang sibuk, kau bisa melihatnya kan?", tanya Jennie sambil mengangkat piring yang penuh dengan busa.

"Letakkanlah, aku akan menyuruh Park ahjumma untuk menyelesaikannya.", kata Hanbin lalu memegang tangan kiri Jennie karena Hanbin memang berada disebelah kiri Jennie.

"Memang kau siapa? Park ahjumma adalah orangku, hanya keluargaku yang bisa memerintahnya.", kata Jennie lalu memaksa melepaskan pegangan Hanbin pada tangannya.

"Aku masih sah menjadi suamimu. Ayo kita bicarakan ini baik - baik.", kata Hanbin.

Disaat itu juga Park ahjumma masuk.

"Aku sibuk, aku harus menyelesaikan ini.", kata Jennie.

"Kumohon.", mohon Hanbin.

Park ahjumma sepertinya mengerti perasaan Hanbin, lalu dia mencoba membantu Hanbin.

"Nona, biarkan ahjumma yang menyelesaikannya karena ini memang tugas ahjumma. Maaf, jika ahjumma ikut campur. Tapi jika ada masalah ahjumma harap nona dan tuan muda Kim bisa membicarakannya dengan baik - baik.", kata Park ahjumma.

"Eo, Jen. Kumohon.", mohon Hanbin lagi.

Akhirnya Jennie mengakhiri pekerjaannya, dan berlalu begitu saja tanpa bicara apa - apa.

"Gomawo, ahjumma.", kata Hanbin pada Park ahjumma.

Lalu Hanbin mengikuti Jennie yang memang sepertinya akan ke kamarnya.

Author POV End
.
.
TBC.

Gimana part 27nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Saranghae Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang