Bobby POV
Aku sudah menjelaskan semuanya pada Hanbin, kuharap dia percaya padaku.
Lama dia terdiam, mungkin dia sedang mencerna ucapanku tadi. Atau bahkan dia tidak mendengarkannya? Karena sedari tadi dia hanya memandang tv itu, padahal aku disampingnya sedang serius menjelaskan. Jika dia benar tidak mendengarkanku, akan kupukul kepalanya itu.
"Jadi, kau kakak sepupu Jennie?", tanya Hanbin sambil menatapku.
Ah, ternyata sedari tadi dia mendengarkanku. Baguslah, tinggal sekarang dia akan percaya atau tidak?
"Eo, aku kakak sepupunya. Kumohon percayalah.", mohonku.
Aku hanya takut akan sia - sia mengoceh jika ternyata dia tidak percaya padaku.
"Ah, begitu? Mianhae, telah berburuk sangka padamu sebelumnya hyung. Jadi, hyung mencintai Jennie? Sampai sekarang? Dan untuk kau yang tidak hadir dipernikahanku, itu tidak masalah hyung. Apakah kau tidak salah? Jennie menghawatirkanku? Jadi, aku sejahat itu? Hyung, aku ingat aku mabuk. Tapi sungguh aku tidak ingat jika aku melakukannya. Jadi, karena sepertinya aku tidak melakukannya maka aku langsung berpikir bahwa dia dihamili oleh selingkuhannya. Dan dihari itu juga, kau menghubungi Jennie. Ya sudah, aku jadi beranggapan bahwa kau adalah selingkuhannya.", kata Hanbin yang terlihat sedikit akrab denganku.
Ada yang lucu menurutku, dia memanggilku dengan sebutan hyung? Bukankah tadi dia tidak mau memanggilku dengan sebutan hyung? Ais, jinjja. Ternyata dia masih memiliki sopan santun untuk menghormati seseorang yang lebih tua.
"Aku tidak salah dengar? Kau memanggilku dengan sebutan hyung?", godaku.
"Jangan memulai, aku sedang tidak ingin bercanda.", katanya.
Cih, dasar kekanakan. Begitu saja suasana hatinya langsung berubah.
"Begitu saja perasaanmu berubah buruk. Tentang ucapanmu tadi, kau kumaafkan. Eo, aku mencintai Jennie dulu bahkan sampai sekarang. Tapi kau tenang saja, aku akan berhenti. Maka dari itu, jangan ceraikan Jennie. Jika aku sudah menikah, aku tidak bisa terus menjaganya dan anak kalian itu. Percayalah padaku, Jennie tidak seburuk yang kau pikir. Dia sangat mencintaimu, jadi tidak mungkin dia menyelingkuhimu. Dan anak yang Jennie kandung, aku yakin itu adalah anakmu walau aku tidak melihat kalian membuatnya. Dan jika kau tidak percaya, kau bisa melakukan tes DNA setelah anak kalian lahir. Tapi kumohon, jangan ceraikan Jennie. Jemputlah dia hari ini.", kataku yang lagi - lagi memohon padanya.
Aku tidak peduli, yang terpenting adalah rumah tangga mereka baik - baik saja dan mereka bisa hidup saling mencintai sampai maut memisahkan.
Setelah masalah mereka selesai, aku akan membuang perasaanku pada Jennie dan mencari kebahagiaanku sendiri.
"Gomawo, kau telah memaafkanku hyung. Kau janji akan membuang perasaanmu pada Jennie? Mungkin setelah aku mendengarkan penjelasanmu, aku akan belajar mencintainya dan menerima anak itu. Hem, aku akan mencoba percaya padamu hyung. Dan masalah tes DNA? Aku tidak akan melakukannya. Aku juga akan percaya pada kalian, jika itu adalah anakku.", kata Hanbin serius.
"Eo, kau tenang saja. Aku akan membuang perasaan itu. Gomawo, telah percaya padaku.", kataku puas.
Aku bersyukur, ternyata ocehanku tidak sia - sia. Hanbin mendengarkannya dan percaya begitu saja. Sekarang aku harus bisa membuatnya menjemput Jennie. Ketika aku ingin buka suara, aku mendengar suara perut seseorang. Perut siapa? Perutku? Atau Hanbin? Aku belum terlalu lapar, dan sepertinya perutku tidak berbunyi.
"Hyung, aku lapar.", kata Hanbin dengan senyum polosnya itu.
"Aigo, itu salahmu yang tidak mau membuat sarapan.", kataku.
"Hyung, di rumah tidak ada bahan makanan. Lagi pula aku tidak bisa memasak. Aku belum makan dari kemarin, karena tidak ada Jennie di rumah. Ayo kita ke restoran sekarang, aku yang akan bayar semuanya.", kata Hanbin, lalu berdiri.
Wah, bukankah itu lumayan? Tapi, kupikir - pikir kan dia harus menjemput Jennie. Jadi, mengapa tidak sarapan saja di rumah imo?
"Aniya, lebih baik kita kerumah imo saja. Kita sarapan disana, kajja.", kataku langsung menarik Hanbin begitu aja.
"Dan kau menyesal membiarkan Jennie pergi? Lihat? Bahkan kau sampai tidak makan kemarin.", tanyaku menyindir.
"Eo, hyung. Jujur aku menyesal.", kata Hanbin.
Aku hanya tersenyum saja.
"Kau, bawalah mobilmu sendiri. Aku tidak mau tau, saat pulang nanti kau harus membawa Jennie kembali ke rumah ini. Karena setelah dari rumah imo aku ada urusan dengan temanku, jadi hari ini aku tidak bisa kembali lagi ke rumahmu.", kataku saat melihat Hanbin yang membuka pintu mobilku.
"Ah, kau benar. Eo, aku akan membawa Jennie pulang.", kata Hanbin sambil menutup pintu mobil lalu berjalan ke mobilnya sendiri.
Bobby POV End
.
.
TBC.Gimana part 25nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae Kim Hanbin
FanfictionMenikah adalah hal yang paling membahagiakan didalam hidup seseorang. Tapi tak semua pernikahan akan membahagiakan. Contoh saja pernikahan Kim Jennie dan Kim Hanbin. Mereka menikah karena suatu alasan yang disebut perjodohan. Bagi sebagian besar ora...