18

1.4K 115 0
                                    

Bobby POV

Setelah menyuruh Jennie istirahat, aku langsung turun untuk mengambil barang - barang Jennie untuk diletakkan di kamarnya lalu turun lagi untuk menyelesaikan mencuci piring yang tadi sempat tertunda. Tapi saat aku kembali ke dapur, semua sudah beres. Pasti sudah dikerjakan oleh Park ahjumma.

Lalu aku berpikir untuk menemui imo. Kulihat imo sedang menonton tv di ruang santai, aku mencoba mendekati imo dan duduk disamping imo.

"Imo, imo sedang menonton apa?", tanyaku basa - basi.

"Drama, Bobby-a. Kau tidak akan suka.", jawab imo yang membuatku tersenyum.

"Em, dimana Jennie?", tanya imo tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

"Aku menyuruhnya istirahat, imo. Dia tadi menangis lagi, karena masalah itu. Imo sudah tahu kan? Jennie tadi bercerita pada Imo kan? Dan dia menangis kan, imo?", tanyaku bertubi - tubi.

"Hem, baguslah. Dia memang perlu banyak istirahat. Jennie sebenarnya sudah bercerita kemarin melalui telepon. Kemarin dia juga menangis. Dan sekarang dia bercerita lagi, kali ini lebih detail dan juga sambil menangis. Lalu apakah baru saja dia menangis lagi? Huft, imo harus bagaimana Bobby-a? Imo sebagai seorang eomma, merasa gagal karena sudah memaksakan mereka menikah dan akhirnya mereka sama - sama tidak bahagia.", kata imo.

"Cih, dasar Jennie cengeng.", kataku lirih, tapi aku yakin imo mendengarnya.

Saat kulirik, imo hanya tersenyum.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, imo. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Ini juga kemauan Jennie kan? Dia yang minta dijodohkan dengan Hanbin? Tapi ternyata memang takdir berpihak padanya dulu. Samchon berteman baik sejak kecil dengan appa Hanbin, dan mereka memang sudah memiliki rencana untuk menjodohkan anak masing - masing. Jadi ini sepenuhnya bukan salahmu, imo.", kataku panjang lebar memberi pengertian pada imo agar dia juga tidak terlalu stres memikirkan anaknya.

"Gomawo bobby-a, kau sangat dewasa dalam menanggapi suatu masalah.", kata imo, dan aku hanya tersenyum saja.

"Jadi kapan kau akan menikah?", tanya imo tiba - tiba.

"Aku belum memiliki calon, imo.", jawabku sambil tertawa canggung.

"Yak! Kau ini sudah cukup umur untuk menikah, Bobby-a. Imo juga yakin, banyak gadis diluar sana yang menyukaimu.", kata imo, membuatku sedikit malu.

Tapi ....

"Ah, imo benar sekali. Gadis mana yang tidak menyukaiku? Aku ini tampan, mapan, dan hampir mendekati sempurna.", kataku dengan percaya diriku yang over.

Tapi, aku hanya bercanda saat aku berkata tentang kesempurnaanku. Karena hanya Tuhanlah yang sempurna, tidak ada yang bisa menandingi kesempurnaan-Nya.

"Kau ini, ada - ada saja. Tapi itu memang benar, Bobby-a. Maka nikahilah salah satu dari mereka yang sekiranya memang kau cintai dan mencintaimu juga. Kau sudah imo anggap seperti anak imo sendiri, Bobby-a. Imo tidak mau kejadian tentang Jennie terulang lagi. Menikah tanpa cinta? Dan harus berujung dengan perceraian? Imo tidak mau itu terjadi padamu Bobby-a.", kata imo menasihatiku.

"Ne, imo. Aku tahu, aku juga belajar dari kegagalan rumah tangga Jennie. Ah, mian imo. Jennie belum gagal, aku akan mencoba untuk membantu Jennie agar Jennie dan Hanbin tidak berpisah. Aku kasihan dengan calon anak mereka jika harus lahir tanpa sosok appa.", kataku serius.

"Jeongmal, bobby-a?", tanya imo memastikan ucapanku.

"Ne, imo. Aku akan berusaha untuk calon keponakanku, dan juga Jennie.", ketika menyebut nama Jennie aku jadi merasa sedang memandang Jennie bukan sebagai sepupuku, melainkan gadis yang kucintai.

"Gomawo, bobby-a.", kata imo lalu memelukku.

Akupun membalas pelukannya.

"Jadi, imo harus berjanji untuk tidak memikirkannya terlalu dalam eo? Dan aku akan pulang setelah menjelaskan pada samchon mengenai Jennie yang akan bermalam disini. Jadi, imo jangan bilang apa - apa mengenai Jennie yang meminta cerai dengan Hanbin eo? Aku hanya tidak ingin menambah beban samchon, imo.", kataku panjang lebar.

"Geurae, imo berjanji. Dan tentang itu, imo setuju bobby-a. Gomawo kau sudah memikirkan keluarga ini eo?", kata imo.

"Imo, aku ini keponakanmu. Jadi itu masih wajar jika aku seperti sekarang ini. Karena aku menyayangi Jennie.", kataku tanpa sadar saat aku bilang didepan imo, bahwa aku menyayangi Jennie.

Akankah imo salah paham?

Bobby POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 18nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Saranghae Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang