22

1.5K 122 10
                                    

Hanbin POV

Aku baru saja pulang dari kantor, ini sekitar pukul 8 malam. Kulihat rumah begitu gelap, apakah Jennie sudah tidur?

Aku berjalan menuju pintu, saat ingin kubuka ternyata pintu itu terkunci. Apakah Jennie menguncinya dari dalam? Biasanya memang iya, tapi lampu pasti menyala.

Lalu aku memencet bel beberapa kali, tapi pintu tidak kunjung terbuka. Lalu aku berinisiatif membukanya menggunakan kunci cadangan yang kugabungkan dengan kunci mobil. Akhirnya pintu pun terbuka, aku masuk lalu menyalakan lampu ruang tamu dan lampu-lampu lainnya.

"Jennie-ya!", teriakku tapi tidak ada respon.

Sebenarnya kemana perginya Jennie? Aku sangat lapar, apakah Jennie sudah memasak makan malam?

Lalu aku mengecek meja makan, aku terkejut karena tidak ada makanan apapun disana. Lalu aku mengecek lemari es, lemari es itupun kosong. Hanya ada air mineral saja. Bahkan seperti ramen atau telurpun tidak  ada.

"Jennie-ya, aku lapar! Keluarlah, dan buatkan aku makan malam. Apapun itu asal aku bisa makan.", teriakku lagi sambil menaiki anak tangga berniat mendatangi kamarnya, tapi masih tidak ada respon.

Saat aku sampai didepan pintu kamarnya, aku langsung mengetuknya.

"Jennie-ya! Buka pintunya dan cepat keluar, buatkan aku makan malam!", teriakku lagi dan lagi, tapi masih sama.

Tetap tidak ada respon dari Jennie.

Lalu tanpa berpikir lagi aku langsung membuka pintu kamar Jennie. Kosong, itulah yang kulihat. Jennie tidak ada di kamarnya. Kemana dia?

Lalu aku mengecek lemarinya, kosong juga.

Ah, aku baru ingat dia pergi bersama selingkuhannya. Dan tadi selingkuhannya mengirimiku pesan. Apa isi pesannya itu, aku bahkan lupa.

Lalu aku membaca ulang pesan tadi, sambil berjalan ke ranjang Jennie untuk duduk disana.

Oh, jadi Jennie sedang di rumah orang tuanya? Cih, dia benar - benar berniat cerai denganku? Apa dia sedang mengadu pada orang tuanya, agar dia bisa cepat bercerai denganku? Cih, kekanak - kanakan sekali.

Ah, padahal aku sangat lapar dan taidak ada bahan makanan bahkan akupun tidak bisa memasak. Aku harus bagaimana sekarang? Haruskah kutahan sampai besok? Tapi, besok bagaimana sarapanku? Makan siangku? Makan malamku juga? Bagaimana? Haruskah aku juga kembali ke rumah orang tuaku? Jika mereka menanyakan Jennie, aku harus bagaimana? Appa mungkin bisa membunuhku jika tahu Jennie meminta bercerai denganku.

Ah..entahlah aku lebih baik tidur, akan kutahan rasa laparku malam ini. Besok? Akan kupikirkan besok.

Lalu aku tidur di kamar Jennie, rasanya nyaman sekali.

|°•○●○•°□■□°•○●○•°|

Kini jam menunjukkan pukul 3 dini hari, aku terbangun karena merasa dingin sekali ternyata pintunya tidak kututup. Lalu aku pindah ke kamarku, saat aku ingin tidur lagi aku melihat ada sebuah surat. Akupun membacanya, dan surat itu ditujukan untukku.

"Cih, kau memang memaksa masuk dalam kehidupanku. Padahal kau jelas tahu, aku menolakmu. Eo, kau sangat lancang mencintai kekasih orang lain saat itu. Mwo? Aku tidak yakin kau akan berhenti mencintaiku. Perceraian? Aku akan menceraikanmu jika anak yang kau kandung adalah anak selingkuhanmu. Tapi jika itu anakku, mungkin aku tidak akan menceraikanmu Jen. Dahyun? Kau menyuruhku bersama jalang itu? Shireo! Dia memang cantik diluar, tapi kepribadiannya busuk. Mungkinkah kau sama sepertinya? Kalian sama - sama senang berselingkuh kan? Benarkah kau tidak menyesal? Kau tidak akan menggugurkannya? Wae? Bukankah aku pria jahat yang tidak mengakui istri dan anaknya sendiri? Apa kau sedang menjadi wanita sok mandiri yang bisa menghidupi anakmu tanpa seorang suami? Wah, jinjja? Apakah bahagiamu sesederhana itu? Aku tidak yakin, bukankah semua wanita akan bahagia jika diberi perhiasan, mobil dan rumah? Jadi cukup mendapatkan anak dariku, kau sudah bahagia? Dan apa kau juga sedang menjadi wanita sok kuat? Jika anak yang kau kandung adalah anakku, sepertinya aku akan berusaha memberimu cinta bukan kebencian lagi. Mwo? Salam pada eomma dan appa? Bahkan aku pun tidak berani menemui mereka karena kau kabur dari rumah. Eo, aku sebagai anak mereka juga sangat merindukan mereka. Tapi aku belum bisa mengunjungi mereka jika tanpamu. Aku hanya tidak ingin mereka bertanya tentang masalah kita, aku akan pusing memikirkan jawabannya. Eo, kau benar. Hanbyul sangat mirip denganku. Kau ingin memiliki anak yang mirip sepertiku? Cih, jika yang menghamilimu adalah selingkuhanmu maka itu jelas. Anakmu tidak akan mirip denganku. Hem, nama - nama itu sangat bagus. Ais, aku ini bicara apa? Mwo? Sombong sekali kau? Tenang saja, jika kita bercerai suatu saat nanti maka aku akan berpura - pura tidak mengenalmu dan juga anakmu itu.", ocehku tanpa sadar membalas surat yang Jennie tujukan untukku.

Lalu aku menyimpan surat itu di dalam nakas dan melanjutkan tidurku. Jika aku tidak melanjutkan tidurku, maka aku akan kembali merasa lapar. Lagi pula hari ini weekend, aku akan pergi ke restoran saja nanti.

Hanbin POV End
.
.
TBC.

Gimana part 22nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, dipart-part selanjutnya tolong ramein juga 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Saranghae Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang