Ditilang Polisi Tampan

18.2K 729 14
                                    

Keberhasilanmu akan membawamu pada keberhasilan yang lain
(The Perfect Police)


Laju motornya melambat ketika sepasang matanya melihat beberapa orang berseragam coklat lengkap dengan rompi warna hijau muda menyala sedang menghadang beberapa orang. Terutama mereka yang berseragam putih biru atau putih abu-sama sepertinya.

Zulfa tahu betul siapa orang yang menghadang dan menghentikan orang-orang seperantaranya. Polisi. Sudah jelas sedang ada razia. Tak bisa dipungkiri, dia sedikit ketakutan. Baru pertama ini dia terjaring razia. Sebelumnya ia belum pernah, sama sekali.

Dia berusaha tenang dan berpura-pura tak melihat. Tapi, satu orang polisi mendekatinya.

"Tolong kepinggir dulu, Dek," pinta polisi itu.

Zulfa membuka kaca helmnya terlebih dulu. Wajah tampan polisi itu membuatnya terhipnotis. Tanpa perdebatan, dia menepikan motornya. Mengikuti arahan polisi itu, melupakan satu hal pasti yang akan menimpanya. Surat Tilang.

"Bisa lihat surat-suratnya?"

"Surat apa, Pak? Surat cinta? Kita kan baru ketemu, jadi saya belum sempat buat," katanya menggombal.

Polisi itu tersenyum. "Eh, bukan dek. Surat-surat berkendaranya ada?"

Zulfa masih memikirkan cara agar tidak ditilang. Dia hanya bawa STNK. Dia belum punya SIM-Surat Ijin Mengemudi, padahal umurnya sudah tujuh belas tahun lebih. Dia tidak mau  mengurus pembuatan SIM sendiri, rumit. Jadi, dia memilih menunggu ayahnya yang cukup sibuk itu untuk menanganinya.

"Pak, saya jangan ditilang ya? Saya kan cuma belum ada SIM. Lagi pula saya gak bikin celaka orang lain kok."

"Saya lihat STNK-nya dulu ya," balas polisi itu ramah.

Zulfa pun mengeluarkan surat yang diminta dan memberikannya pada polisi itu.

"Jadi, belum punya SIM ya?"

"Iya," kata Zulfa yang sekarang sangat percaya akan dilepaskan. Pasti polisi ini bakal lepasin aku. Udah ganteng, pasti baik, batin Zulfa percaya diri.

"Tetap kena tilang ya. SIM itu wajib harus punya bagi setiap pengendara," kata polisi itu lembut.

"Kok gitu sih, Pak. Sekali ini aja. Saya juga udah telat ke sekolah nih. Nanti pasti kena hukuman kalau telatnya bangeeet," pintanya memelas.

Sedikit harapan Zulfa, semoga polisi ini akan luluh mendengar ucapannya. Sampai detik berikutnya, mendengar ucapan polisi itu, dia merasa sia-sia sudah meminta dengan tampang melas.

"Maaf, dek, aturannya bagi yang surat-suratnya tidak lengkap harus di denda. Sekarang ikut saya dulu untuk dapat surat tilangnya."

Zulfa terpaksa mengikuti polisi itu dari belakang. Lalu, menunggu polisi itu menulis yang sesekali menanyainya.

"Ini surat tilangnya. Kamu bisa menghadiri sidangnya sesuai tanggal yang tertera. Tempatnya di Kejaksaan Negeri Yogyakarta, ya."

Moodnya berubah drastis. Dia menyesal sempat merasa kagum dan tertarik pada polisi itu. Yang tersisa kini hanya rasa sebal. "Ck, nyebelin!" katanya mengambil alih kertas itu dengan kasar.

"Kalau ujung-ujungnya ditilang, tadi kan gak perlu gombal-gombal segala. Bikin lama aja. Udah telat, jadi makin telat," celoteh Zulfa pelan, tapi polisi itu masih bisa mendengarnya.

Polisi itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah Zulfa. Baru kali ini ia digombali anak SMA seperti tadi. Baru kali ini juga ia menjumpai anak SMA yang berani bernegosiasi agar tidak ditilang. Sebab, dirinya baru pertama kali ditugaskan di sini.

THE PERFECT POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang