Perpisahan

6.9K 400 2
                                    

Lapangan upacara sudah penuh dengan murid yang akan berpisah. Juga ada orang tua yang menemani karena memang diundang oleh sekolah. Sesuai kesepatan, semua murid menggunakan kostum profesi yang mereka pilih. Sedangkan orang tua hanya perlu mengenakan pakaian formal.

Semua sisi telah dihiasi dekorasi untuk memeriahkan acara. Satu panggung berukuran sedang juga sudah persiapkan lengkap dengan alat musiknya. Susunan acara juga cukup banyak. Mulai pukul delapan pagi sampai dua siang. Untuk orang tua hanya diwajibkan sampai pukul sebelas. Setelahnya, diperbolehkan untuk pulang atau menikamati acara hingga selesai.

Sekar dan Zulfa, sudah kompak menggunakan jas dokter dan kaca mata. Hanya warna kemeja mereka yang berbeda. Zulfa memakai kemeja berwarna hijau gelap, sedangkan Sekar memakai kemeja berwarna biru pudar. Mereka tak lupa menggunakan name tag bertuliskan 'Dokter Jiwa' dan 'Dokter Lingkungan'. Beberapa teman lainnya dibuat tertawa oleh tingkah mereka.

Acara dimulai dengan masuknya siswa-siswi ke lapangan. Berbeda halnya dengan orang tua yang sedari tadi sudah di persilakan duduk di kursi yang telah disediakan. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sambutan kepala sekolah. Lalu, pengumuman kelulusan yang hasilnya seratus persen.

Setelah itu, dilanjutkan penerimaan hadiah pada tiga siswa peraih nilai tertinggi, masing-masing jurusan IPA dan IPS. Juga, penerimaan medali dan surat keterangan lulus pada semua siswa-siswi yang menjadi bagian terlama dari seluruh acara.

Iringan musik gamelan asli dari siswa-siswi kelas sebelas memenuhi satu lapangan. Orang tua dan siswa-siswi diberi waktu khusus untuk foto bersama di ruangan yang telah disediakan. Setelah itu, para orang tua diperbolehkan pulang. Namun, tidak dengan para murid. Masih ada acara khusus untuk murid.

Dengan tema acara "The Last Day", mampu membuat semuanya tak ingin meninggalkan lapangan itu. Band kecil-kecil dari perwakilan kelas sepuluh, sebelas dan dua belas dapat memeriahkan acara dengan baik. Hari terakhir, kesempatan terakhir untuk menciptakan kenangan yang tak tergantikan.

Rahman menatap Zulfa dari kejauhan. Dia bisa ada di sini karena ditugaskan menjaga keamanan acara perpisahan sekolah. Sekolah mengantisipasi jika nanti ada hal yang tidak diinginkan.

Ketika kepala polisi berniat memilih perwakilan untuk dikirimkan, Rahman mengajukan diri. Rahman bermaksud ingin menemui Zulfa dan meminta maaf. Dia juga membawa hadiah berupa bucket perpaduan bunga mawar soft pink dan bunga baby's breath. Pemberian bunga ini adalah ide Irham yang sekaligus mengompori Rahman untuk lebih berani mendekati Zulfa.

"Buruan kau kasih bucket-nya sama dia. Keburu selesai acaranya," ucap Irham karena masih melihat bucket itu di atas meja.

"Hei, aku jadi penasaran. Mana perempuan yang berhasil mencuri hati polisi ini?" tanya Alan seraya menepuk pundak Rahman.

"Lihat itu, perempuan yang pakai jas dokter di meja nomor empat," jawab Irham.

"Yang mana? Ada dua di sana."

"Yang pakai jilbab hijau."

"Cantik juga. Pantas saja Rahman bisa suka. Ternyata dia suka yang muda-muda."

Irham dan Alan tertawa, tapi tidak dengan Rahman. Pikirannya begitu penuh dengan Zulfa. Dia masih menimbang-nimbang untuk memberikan hadiah dan meminta maaf, atau tidak.

"Sudah, cepat ke sana. Atau mau aku bantu dengan minta tolong ke sepupuku?"

"Boleh."

"Rahman kau itu polisi. Cuma begitu saja tidak berani?" ucap Alan.

"Aku lebih berani melawan penjahat."

"Haduh, Rahman-Rahman."

Irham mengirimkan pesan pada Sekar untuk menemuinya dengan mengajak Zulfa di lorong depan perpustakaan. Dia juga sudah mengatakan semuanya. Rahman ingin menemui Zulfa untuk minta maaf.

THE PERFECT POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang