"Gimana, gimana? Cerita apaan sih?" Sekar langsung duduk setelah memesan minuman dingin.
"Pak Polisi tadi masuk kelasku tahu. Aku kaget bukan main."
"Dia ke kelasmu ngapain?"
"Ngasih makalahku yang ternyata ketinggalan di mobilnya. Tahu gak? Hampir aja aku gak bisa ikut ujian Pak Wahyu, Si Dosen Killer itu. Untung aja ada Pak Polisi."
"Itu kamu sadar."
"Sadar?" Zulfa menaikkan satu alisnya tak paham.
"Kamu sadar kan, kalau Kak Rahman yang selalu ada buat nolongin kamu."
"Kebetulan aja. Makalahku emang ketinggalan. Ada di mobilnya. Udah seharusnya dia kasih ke aku."
"Ya ampun, Zulfaaaa! Kalau dia gak punya hati, dia gak bakal jalan capek-capek buat ngantar itu makalah yang gak ada urusannya sama dia."
"Ada urusannya sama dia dong. Pak Polisi itu tunangan aku."
"Sekarang aja kamu bilang gitu kalau susah."
"Hehehe. Kalau dipikir-pikir, ada bagusnya aku terima rencana pernikahan itu. Beberapa urusanku jadi mudah karena dibantu sama polisi itu."
"Dia udah kelewat baik sama kamu sampai sekarang. Tapi, kamu tetap milih David?"
"David itu perfect. Beda banget sama Pak Polisi."
"Percaya sama aku, Fa. Kak Rahman lebih baik daripada David."
"Kenapa sih kamu sering banget ngomong gitu? Kamu kalau suka sama polisi itu, ya udah kamu aja yang sama dia."
"Bukan gitu, Fa. Aku rasa, David itu cuma main-main sama kamu."
"Perasaan kamu aja."
Sekar hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa Zulfa mengabaikan semua kebaikan Rahman? Memilih seorang laki-laki yang baru dikenalnya di dunia perkuliahan daripada laki-laki yang sudah dikenalnya sejak SMA.
Di tengah-tengah obrolan mereka, David datang.
"Hai...."
"Sekar. Gila, pacar kamu gak ingat-ngat namaku," ucap Sekar memotong sapaan David.
"Sorry, cuma ada Zulfa aku ingat-ingat."
Zulfa pun langsung tertawa mendengarnya, sedangkan Sekar lebih merasa risih, 'Apaan sih?'. Kalau sudah ada David biasanya, dia akan segera pergi. Namun, tidak kali ini. Dirinya ingin mencoba membaca sifat orang melalui gaya bicara. Dia ingin membuktikan kalau David itu bukan seseorang yang baik untuk Zulfa.
Tanpa disuruh, David langsung duduk. Kemudian, meminum es coklat milik Zulfa.
"Malam nanti main yuk? Nanti kan malam minggu. Hari ini aku gak ada jadwal futsal sama teman-teman."
"Mau kemana?"
"Kemana aja. Nongkrong di kafe atau mau makan? Atau nonton film?"
"Tapi, aku-"
"Ayolah, belum pernah kita malam mingguan."
"Ya udah, oke. Habis shalat maghrib aja."
"Nah gitu."
"Fa, emang ayah kamu kasih ijin?" tanya Sekar pada Zulfa. Sahabatnya main langsung bilang iya.
"Kamu juga ikut ya. Aku kepikiran rencana bagus," ucap Zulfa lalu tersenyum senang. Rencananya pasti akan berhasil. Dia dapat keluar malam ini dengan David.
***
Zulfa sudah rapi. Dia menggunakan dress berwarna dasar putih dengan motif flora warna merah hijau. Dia juga memakai sweater warna merah senada untuk menutupi lengannya dan tidak lupa memakai flatshoes merah marun kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT POLICE
Romance[PROSES REVISI : isi cerita akan sedikit berbeda] Apa jadinya kalau kamu dilamar saat kamu masih bergelar mahasiswa? Lalu, apa jadinya kalau kamu dilamar saat sudah menjadi pacar orang? Padahal belum ada sehari kamu menyandang status berpacaran. Nam...