Dilamar

7.9K 418 10
                                    

2 tahun kemudian

Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke semua sisi taman di dekat Gedung Fakultas Psikologi. Dia sedang mencari temannya. Dia tidak sabar untuk menyampaikan kabar gembira. Tak lama, matanya menyipit ketika menangkap sosok perempuan berkucir satu sedang bicara dengan orang lain. Itu dia, orang yang dicarinya.

"Sekar!" panggil Zulfa.

Perempuan yang namanya terpanggil itu pun menoleh. Lalu, melambai untuk merespon. Sekar pamit pada teman satu kelasnya itu untuk menemui Zulfa.

"Ada apa? Sampai jauh-jauh ke lingkunganku."

"Kak David," kata Zulfa tak menjawab pertanyaan Sekar.

"Kenapa kakak tingkatmu itu?"

"Dia tadi nyatain cintanya ke aku," jawabnya.

"Serius?"

"Serius banget, banget." Zulfa membentuk huruf 'V' dengan jarinya.

"Tapi, bukannya dia udah pacaran, ya? Sama siapa tuh, yang pernah kamu ceritain ke aku?"

"Kak Gisel."

"Nah iya, dia."

"Kak David bilangnya gak pacaran sama kak Gisel tuh. Mereka emang dekat, tapi gak ada hubungan lebih. Just friend."

"Kamu terima? Aku tahu kamu juga suka sama dia. Tapi, gimana kalau dia juga sama kayak yang deketin kamu sebelumnya."

"Manfaatin aku lagi?"

"Itu tahu. Aku cuma gak mau lihat kamu nangis-nangis buat orang yang gak pantas kamu tangisin."

"Penting jalanin dulu aja. Itu mah urusan akhir."

"Ya udah deh terserah kamu. Tapi, kalau nangis gara-gara patah hati lagi jangan nyari aku," kata Sekar sedikit mengancam.

"Ih, jangan dong. Kamu kan tempat curhat paling nyaman," pinta Zulfa dengan tersenyum seraya menggandeng tangan Sekar.

"Ternyata aku yang dimanfaatkan," balas Sekar.

"Gapapa, kan sahabat."

"Traktir, aku ya?"

"Ayok!"

Mereka pun tertawa dengan recehnya. Sesekali mereka membicarakan perihal kuliah seperti dosen, ruang kuliah, perpustakaan sampai kantin dan menunya. Mereka sudah cukup mengenal universitas ini setelah melewati satu semester.

Universitas Gajah Mada, universitas yang menjadi janji mereka berdua untuk melanjutkan kuliah. Sekar sudah resmi menjadi mahasiswa baru setelah dirinya resmi dinyatakan lolos SNMPTN. Hal tersebut berhasil membuat Zulfa iri. Dia mulai pesimis bisa masuk universitas ini karena gagal dua kali, di SNMPTN dan SBMPTN. Namun, dukungan Sekar dan orangtuanya berhasil lolos melalui Ujian Tulis UGM. Meski beda fakultas dan jurusan, mereka tetap senang bisa satu universitas yang sudah dijanjikan.

***

Ketika sampai di depan pintu gerbang rumahnya, Zulfa melihat pemandangan yang tak biasa di halaman itu.

"Makasih ya udah mau ngantar sampai rumah," kata Zulfa dengan tersenyum.

Zulfa, semenjak dirinya pernah kecelakaan lalu lintas, orang tuanya tidak mengizinkan dia untuk mengendarai motor sendiri. Dia ikut mobil Agham untuk berangkat kuliah. Satu arah, satu universitas.

"Iya. Eh, tumben mobil ada dua. Ada saudara datang?"

"Mungkin, sampai ayahku udah balik."

"Ya udah, aku pulang duluan. Keburu hujan," pamit Sekar.

THE PERFECT POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang