Terkadang, dia yang tidak kita harapkan adalah orang yang datang untuk membantu
(The Perfect Police)Zulfa berdecak kesal. Ban motornya kempis. Dilakukan dengan sengaja oleh seseorang. Dia juga sudah tahu siapa pelakunya. Haris Dewantara. Ada note dengan tulisan jelek berbunyi 'pembalasan hari kemarin'.
"Sekolah ada pompa gak sih?"
"Coba pinjam ke tukang kebun sekolah," saran Sekar.
Beberapa menit kemudian, Zulfa kembali dengan membawa pompa angin. Setelah terpasang, tangannya mulai bergerak naik turun. Menggenjot pompa agar angin masuk ke ban motornya.
"Nyebelin banget! Pakai gembosin ban motor orang."
"Siapa?"
"Haris, anak IPS gak punya tata krama itu."
"Kok bisa tahu?"
Zulfa menunjukkan note yang masih menempel di motornya.
"Ah, kamu sih. Kemarin berani banget sama Haris. Jadi, kena masalah, kan?"
"Itu anak kalau gak dilawan, makin gak sadar diri. Lihat, caranya ngebalas aku. Gak berpendidikan banget."
"Terserah kamu deh."
Merasa ban motornya sudah terisi angin kembali, Zulfa menyudahi olahraga ringan itu. Lalu, mengembalikannya. Mereka pun pulang karena hari sudah mulai sore.
Sekar belok ke kanan, sedangkan Zulfa belok ke kiri. Begitu berbelok, Zulfa merasakan ada yang tak beres lagi dengan ban motornya. Membuat motornya sedikit oleng. Buru-buru dia menepi. Mematikan mesin, lalu melihat ban.
"Kampret, bocor!"
Ban motornya sudah berpelukan dengan aspal. Sangat kempis. Zulfa frustasi. Bengkel motor cukup jauh dari tempatnya berdiri. Sekitar setengah kilometer. Akan melelahkan karena harus berjalan sambil mendorong motor.
Zulfa mencoba menghubungi Sekar. Pikirnya, perempuan itu belum terlalu jauh berjalan. Panggilan ke satu tidak diangkat. Panggilan kedua juga tidak. Ia pun beralih menelpon ayahnya. Sama saja. Tidak diangkat. Dia mulai pasrah.
"Masa iya aku dorong motor sampai bengkel?"
Langit yang makin menjingga membuatnya tak punya pilihan. Zulfa benar-benar harus menuntun motornya. Dengan terpaksa, dia mulai berjalan.
Tiba-tiba, ada mobil yang menepi tepat satu atau dua meter di depannya. Membuatnya semakin kesal. Zulfa pun menyetandarkan motornya dan siap untuk memaki pemilik mobil itu. Belum sempat melakukannya, pemiliknya keluar. Lalu, berjalan ke arahnya.
"Motor kamu kenapa?"
"Bannya bocor. Kenapa tanya-tanya? Bapak mau bantu?"
"Iya."
"Seriusan?"
Rahman mengangguk. "Seingat saya, di depan sana lumayan dekat ada bengkel motor. Saya bantu antar kesana."
"Boleh sih. Eh, tapi mobil Bapak gimana?"
"Nanti saya parkiran dulu di dekat warung nasi itu," ucap Rahman sambil menunjuk ke warung nasi di kiri jalan.
Zulfa hanya mengangguk-angguk. Sebenarnya jika mengingat Rahman adalah seorang polisi cukup membuatnya kesal. Dia selalu bermasalah dengan polisi. Padahal hanya urusan tilang yang sering dialaminya. Namun, dia harus bersikap baik untuk sekarang ini. Polisi itu sedang membantunya.
"Mau tunggu di sini atau ikut saya ke bengkel?" tanya Rahman pada Zulfa yang sedang duduk di kursi depan dekat warung nasi itu.
Zulfa diam, berpikir sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT POLICE
Romance[PROSES REVISI : isi cerita akan sedikit berbeda] Apa jadinya kalau kamu dilamar saat kamu masih bergelar mahasiswa? Lalu, apa jadinya kalau kamu dilamar saat sudah menjadi pacar orang? Padahal belum ada sehari kamu menyandang status berpacaran. Nam...