Suara ketukan pintu terdengar pelan. "Zulfa," panggil Liana menyusul suara ketukan pintu tadi.
"Iya, sebentar," jawab Zulfa sambil memakai cardigan berwarna merah bata.
"Keluar dulu."
"Tinggal rapihin rambut."
Good, udah keren. Siap kuliah! Zulfa keluar dari kamarnya dengan setelan baju yang menandakan dirinya siap berangkat kuliah.
"Ini aku baru mau keluar buat sarapan."
"Siapa yang samperin kamu buat suruh makan?"
"Terus mau ngapain Ibu suruh aku cepat-cepat keluar?" tanya Zulfa sambil memasang wajah kebingungan.
"Itu diluar ada Rahman. Jemput kamu, mau antar kamu ke kampus."
"Hah? Zulfa gak minta Pak polisi buat jemput. Ayah yang minta?"
Giliran wanita paruh baya itu yang kebingungan. "Lho? Ayah kiranya kamu yang minta jemput Rahman."
"Enggak. Mending minta jemput David."
"Rahman sudah di sini. Sama dia saja."
Zulfa bergeming. Sedang memikirkan sebuah cara agar tidak bertemu dengan Rahman, bahkan sedetik pun dia tidak mau.
"Kenapa malah diam? Sudah ditunggu."
"Emm."
Zulfa pura-pura mengecek ponselnya.
"Eh, ternyata jadwal kuliah Zulfa diganti. Masih jam sepuluh nanti."
"Benar?"
"Iya.... Ibu bilangin ke Pak Polisi ya? Zulfa mau makan," pintanya sambil tersenyum lebar.
"Makannya bisa nanti. Temui dia dulu sebentar."
"Nanti makanan di meja keburu dingin," ucap Zulfa beralasan.
"Bukan mau menghindari Rahman?"
Zulfa terkejut. Bagaimana ibunya bisa tahu alasan sebenarnya.
"Engga kok."
Liana tersenyum hampir tertawa. Bagaimanapun dia tahu kalau anaknya sedang berbohong. Pasti ada sesuatu antara anaknya dan Rahman.
"Serius, Zulfa gak ada maksud menghindar."
"Iya-iya. Ya sudah, kamu makan dulu. Biar ibu yang bilang ke depan."
"Makasih," ucap Zulfa seraya memeluk Liana.
Zulfa makan sambil sesekali melihat ponselnya. Dia mengecek jikalau Sekar mengirimkan pesan 'sudah sampai'.
"Pak polisi udah pergi?" tanya Zulfa begitu melihat Liana muncul di ruang makan.
"Sudah."
"Ayah mana? Kok gak ikut masuk?"
"Ayah kamu langsung berangkat setelah Rahman pergi."
Zulfa mengangguk-angguk.
"Zulfa,"
"Hmm?"
"Ibu tahu kamu sudah beberapa hari ini menghindari Rahman. Sampai hari ini sudah lima kali kamu menolak berangkat kuliah dengan Rahman."
Zulfa berhenti makan, lalu menunduk. Ternyata, ibunya memang sudah tahu. Dia menghindari Rahman sejak kejadian razia. Entah menghindari laki-laki itu atau menghindari kenyataan bahwa dirinya mulai suka.
"Ibu tidak tahu ada apa antara kalian berdua. Kalau ada masalah, jangan menghindar. Ingat, menghindar atau lari dari kenyataan tidak akan menyelesaikan masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT POLICE
Romance[PROSES REVISI : isi cerita akan sedikit berbeda] Apa jadinya kalau kamu dilamar saat kamu masih bergelar mahasiswa? Lalu, apa jadinya kalau kamu dilamar saat sudah menjadi pacar orang? Padahal belum ada sehari kamu menyandang status berpacaran. Nam...