Zulfa bergegas pulang begitu kelas praktikumnya selesai. Sambil berjalan menuju pintu keluar gedung fakultas kehutanan, dia membaca beberapa pesan. Ada satu pesan masuk dari seseorang yang dulu selalu dia prioritaskan.
[Masih di kampus?]
[Aku di depan gedung]
Dahinya masih berkerut hingga suara klakson motor yang diikuti teriakan seseorang memanggil namanya. Zulfa langsung mengalihkan tatapan matanya ke sumber suara. Senyumnya menyambut seseorang itu.
Diapun menghampiri seseorang yang diyakininya sudah menunggu dari tadi. Sekitar lima belas menit. Terlihat dari waktu terakhir laki-laki itu mengirimkan pesan.
"David."
Zulfa tidak lagi memanggil David dengan embel-embel 'kak' seperti biasanya. David menyuruhnya untuk memanggil namanya saja. Lebih nyaman untuk didengar.
"Kaget tiba-tiba aku kesini?"
"Lumayaaaan."
Tidak bisa dibohongi bahwa dirinya memang terkejut mendapati David menunggunya di depan gedung. Bahkan dirinya belum sempat membalas pesan itu.
"Belum pesan ojek, kan? Aku antar pulang aja."
"Boleh."
"Mumpung belum sore, nongkrong dulu di kafe. Mau gak?"
"Traktir, ya?"
"Siaaap!" seru David sambil mengangkat tangannya seperti tentara memberi penghormatan pada komandannya. Zulfa pun tertawa dibuatnya. Perempuan itu juga ikut memberikan penghormatan sebelum naik ke atas motor.
David sebenarnya khawatir memboncengkan Zulfa saat ini. Mantan pacarnya itu mengalami kecelakaan lalu lintas dua kali karena naik motor. Melajukan motornya dengan kecepatan sedang adalah bentuk penjagaannya pada Zulfa.
Ketika mendengar kabar Zulfa dirawat di rumah sakit karena kecelakaan, dia benar-benar kaget. Dia yang harusnya menunggu giliran untuk bimbingan skripsi, tanpa berpikir panjang langsung pergi untuk melihat kondisi Zulfa.
Zulfa memang bukan pacarnya lagi, bukan perempuan yang harus dia cemaskan. Namun, rasa sayangnya untuk Zulfa masih ada.
Tidak butuh waktu yang lama untuk mereka sampai ke Kahve Kangen. Kafe bernuansa hitam putih masih terlihat sepi walau hari sudah menjelang malam. Karena statusnya yang masih baru, belum banyak yang meluangkan waktunya untuk bersantai minum kopi di sini.
Sekitar lima belas menit, pelayan kafe sudah mengantarkan pesanan mereka. Obrolan mereka tentang perkuliahan dengan segala kegiatan akhir yang begitu berat terhenti karena fokus mereka teralihkan pada kopi.
Setelah mengucap terima kasih pada pelayan kafe, David langsung dibuat tersenyum oleh perempuan di depannya. Siapa lagi? Zulfa tentu saja.
Zulfa meminum kopi favoritnya tanpa menunggu David menyuruhnya minum lebih dulu. Dia sudah sangat kecanduan ice coffee latte. Walau kafenya berbeda, dia hanya memesan kopi itu. Tidak akan dia memilih kopi lain.
"Masih suka sama coffee latte?"
"Tahap kecanduan sekarang. Kalau seminggu gak minum, bisa mati gegara rindu sama perpaduan rasanya."
David hanya menggelengkan kepalanya. Semenjak putus dan memutuskan tetap berteman baik, Zulfa mulai menunjukkan sifat aslinya. David menyukai itu. Tidak ada lagi rahasia di antara mereka. Hubungan yang baik, itu lebih dari cukup yang dapat diberikan seorang mantan.
"Jadinya, magang dimana?" tanya David kembali pada topik emas anak perkuliahan.
"Aku coba daftar lowongan magang di PT Perkebunan Nusantara. Banyak yang daftar kesini, jadi ragu bakal lolos seleksinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT POLICE
Romansa[PROSES REVISI : isi cerita akan sedikit berbeda] Apa jadinya kalau kamu dilamar saat kamu masih bergelar mahasiswa? Lalu, apa jadinya kalau kamu dilamar saat sudah menjadi pacar orang? Padahal belum ada sehari kamu menyandang status berpacaran. Nam...