Kami berhasil pulang tepat waktu, sebelum makan malam. Dan Stevan sudah menunggu di dalam café. Aku jadi merasa tidak enak padanya karena harus menunggu kami. Karena bagaimanapun, aku yang memaksa George mengitari mall dan akhirnya hampir melebihi waktu yang kami tentukan. Padahal entah sudah berapa kali George mengingatkanku kalau waktu sudah sore, dan aku terus menyangkalnya.
“Kau sudah menunggu lama?”
“Mungkin setengah jam, I don’t know.”
Stevan sudah menunggu lebih dari setengah jam dan aku justru bersenang-senang dengan George. Lain kali, sungguh ingatkan aku kalau aku sudah lupa waktu. “Maafkan aku, Stevan. Aku yang lupa kalau kau akan datang malam ini. Padahal George sudah berulang kali mengingatkanku.”
Stevan bangkit dari duduknya dan membungkukkan badannya. “Aku baik-baik saja, Kak. Aku memang sengaja datang lebih awal.”
“Sudahlah, Kak. Kita naik saja. Kakak butuh mandi, begitupun aku. Ayo, Stevan.”
Aku hanya bisa pasrah mengangguk dan mengikuti langkah mereka ke lantai atas. Saat melewati Sarah di bar, aku hanya bisa menunjukkan senyumku dan melenggang begitu saja. Dia pasti akan bertanya-tanya siapa pria yang kuizinkan naik ke teritorialku ini. Karena belum pernah ada orang asing yang menginjakkan kaki di lantai dua.
“Stevan akan berada di kamarku, Kakak bisa menggunakan bathupnya. Aku akan memakai kamar mandi di kamar kakak.”
Aku mengangguk paham dan mengikuti George masuk ke dalam kamarku. “Kau tahu kalau kakak akan memakan waktu lama kalau memakai bathup. Kakak menyiapkan makan malam dulu saja, bagaimana?”
George melepas kausnya dan menatapku tajam. “Mandi saja dulu. Makan malam bisa menunggu, Kak. Yang terpenting kakak sudah berendam dan nyaman. Aku tahu kalau kakak sebentar lagi pasti merasa pegal-pegal. Mengerti?”
Aku menghembuskan napas dan meraih pakaian ganti di rak pakaianku. “Baiklah. Kakak tidak akan lama-lama.”
“Nikmatilah berendammu, Kak. Stevan akan mengerti.”
Aku mendengus malas dan meninggalkannya keluar kamar. Kalau terus adu mulut dengan George, aku tidak akan memulai mandiku. Dan teman George harus menunggu lebih lama lagi. Aku tidak mungkin membuat seorang tamu menunggu dua kali, bukan?
Setelah mengisi bathup dengan air hangat dan aroma terapi, aku masuk dan menenggelamkan tubuhku sebatas leher. Sebelah tanganku menyalakan music player di sebelah kiriku. Alunan lagu mulai membuatku memejamkan mata, menikmati rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku, menghapus rasa lelah yang sempat menghampiriku.
Air berubah dingin, membuatku terpaksa bangkit dan menyelesaikan mandiku. Mungkin aku sudah mandi terlalu lama. George belum mengisi perutnya dari tadi siang, dan kalau aku tidak juga memasak makan malam, asam lambungnya bisa kambuh.
Kukeringkan rambutku seadanya dengan handuk sebelum keluar menuju dapur. Aku bisa mendengar suara George berdebat dengan Stevan masalah mata kuliah mereka. Tugas kelompok mereka mungkin sudah selesai jadi mereka sedang membahas hal yang lainnya.
Sebisa mungkin, aku menyelesaikan masakanku dan menatanya di meja makan yang jarang kami pakai karena terlalu lebar untuk berdua. Tapi berhubung hari ini kami kedatangan tamu dan meja bar terlalu kecil, kami akhirnya menggunakan meja makan.
Lasagna, salad, pasta, massed potato dan grilled chicken sudah tertata rapi di atas meja makan. Aku segera melangkah ke kamar George dan membuka pintunya. Mereka sedang duduk di atas karpet dengan meja kecil George di antara mereka. Macbooknya bertengger manis bersama beberapa buku dan kertas yang penuh tulisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY ANXIETY ✔ (SUDAH ADA DI EBOOK)
RomantizmCerita ini tentang Georgia Alexander (25), gadis dengan semua kenangan masa lalunya. Setelah menghadapi segala penderitaan hidupnya, dia bertemu dengan Viktor Junior Black (29), seorang CEO yang dianggapnya bodoh. Perjalanan kisah mereka menjadi cob...