"APA!????" Tanpa sadar Jennie meloncat dari kursinya.
"Ssstt..." Eli melirik ke sekeliling. "Kumohon tenanglah." Bisiknya panik.
Jennie mengangguk paham, berusaha mengayur napasnya, ia lalu duduk kembali.
Saat ini mereka sedang berada di cafe di dekat rumah Eli, itu memang tempat favorit mereka untuk berbincang selepas sekolah.
"Jadi," kata Jennie dengan suara yang kelewat kecil. "Kalian akan menghabiskan liburan bersama?" Kiki Jennie.
Mendengar hal itu, seketika mata Eli membelalak lebar. "Jaga omonganmu!"
Tetapi Jennie terus terkikik begitu melihat ekspresi Eli yang terkejut. "Oh ayolah, itu adalah suatu keberuntungan. Aku pun tak akan menolak bila aku jadi kau."
Eli memutar bola matanya. "Masalahnya aku bukan kau."
"Oh, Eli sayang." Kata Jennie sambil menggelengkan kepalanya dengan ekspresi prihatin. "Apa kau sudah gila? Ini bisa jadi kesempatan bagus untukmu. Bayangkan saja, kau bisa dekat dengan Zachary Myers, the most wanted man di sekolah kita! Sekarang pasti semua siswi iri setengah mati padamu."
"Justru itu yang kukhawatirkan." Kata Eli panik. "Aku tidak ingin mencari musuh."
Seketika Jennie mengubah ekspresinya menjadi datar kembali. Kini ia mengerti apa yang Eli khawatirkan. "Bianca bukan?" Katanya kemudian.
Eli terdiam, ia hanya menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya.
"Oh ayolah Eli, sayang." Kata Jennie sambil merapikan rambutnya. "Kenapa kau harus mengkhawatirkannya? Dia.."
"Bagaimana pun dia saudaraku, J." Kata Eli akhirnya.
Jennie menatap Eli dengan pandangan yang sulit diartikan sebelum akhirnya menghela napas pelan. "Aku mengerti." Katanya sambil mengambil tasnya. "Tapi, bagaimana pun kau tak bisa menghindari hal ini. Kau harus tetap mengerjakan tugas ini bersamanya."
Eli mengangguk pasrah. "Yeahh..I know."
●●●
"Hei," Michael menyenggol James yang sedang sibuk merokok.
"Kau sudah liat foto profil Sophie yang terbaru?" Tanya Michael sambil memainkan ponselnya.
Mendengar hal itu, James langsung membuang rokoknya dan merebut ponsel Michael. "Mana? Coba lihat."
"Woah.." James berdecak kagum. "Dia memang hot." Katanya sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Bagaimana bisa ada orang yang sesempuran ini?" Timpal Michael.
"Lihatlah tubuhnya." Kata James berusaha memperbesar resolusi gambarnya.
"Waowww.." ucap mereka bebarengan.
Zac yang sejak tadi hanya memandangi kelakuan kedua sahabatnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Hei, Zac!" Panggil James kemudian, baru tersadar bahwa disana tidak hanya ada dirinya dan Michael saja. "Coba kemari dan lihatlah foto terbaru Sophie."
Tapi Zac hanya mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh kedua temannya itu untuk tak memerdulikan dirinya. Melihat hal itu, James mengerucutkan dirinya.
"Dasar. Kenapa kau tak asik seperti biasanya?"
"Benar." Jawab Michael yang tadi juga mengamati reaksi Zac. "Biasanya kau sudah tentu akan bergabung dengan kami dan kita akan bersama-sama melihat-lihat foto-foto wanita seksi dan malamnya kita akan ke club dan bersenang-senang dengan mereka. Kalau seperti ini kau tidak ada bedanya dengan Victor." Cibir Michael akhirnya.
Sementara Zac hanya menggedikkan bahu malas. "Aku hanya bosan dengan mereka." Katanya akhirnya.
"Tentu saja kau bosan." Kata Michael. "Karena kau sudah mencicipi mereka semua."
Sementara Zac hanya menyeringai.
"Ngomong-ngomong," Kata James berusaha mengalihkan topik. "Kudengar kau akan menghabiskan waktu liburan dengan Cindercelli." Katanya seraya terkikik. "Bisa-bisanya kau duduk di sebelahnya sewaktu kau di kelas sejarah, seharusnya kau tadi memilih untuk duduk di Sebelah Sophie atau Jessie, bukankah tadi mereka berdua sekelas denganmu?"
"Tidak ada pilihan." Kata Zac seraya meminum Cola ditangannya. "Semua kursi sudah penuh, dan hanya kursi itulah yang masih kosong."
"Yah..kalau begitu anggap saja kau sedang sial." Kata James diiringi tawa Michael.
"Aku turut berduka cita, bro. Kalau jadi kau, aku pasti akan merenungi nasib burukku itu." Kata Michael.
"Yah, kita lihat saja apakah itu akan jadi nasib buruk atau bukan." Kata Zac lebih kepada diri sendiri.
"Apa?" Tanya James.
Zac hanya menggeleng, lalu melempar kaleng Cola bekas itu ke tempat sampah. "Ngomong-ngomong, apa kalian sudah bisa menghubungi Victor?"
Kedua sahabatnya itu sontak menggeleng.
"Bukankah itu sudah hadi kebiasaannya untuk menghilang?" Tanya James dan dijawab anggukan Michael.
"Sudahlah, biarkan saja dia. Toh, nanti dia akan menemui kita."
Sementara Zac hanya terdiam sambil menatap lurus ke depan.
●●●
"Kalau begitu, aku pulang dulu." Kata Jennie sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati."
Jennie mengangguk sambil membentuk hutuf "O" dengan tangannya.
Eli menatap tubuh Jennie yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan, dan baru setelah itu ia berjalan kembali ke rumahnya.
Sesekali Eli menendang kerikil yang berada di dekat kakinya.
Sial benar hari ini.
Sekali lagi ia menendang kerikil di dekat kakinya, dan kali ini dengan tenanga sedikit lebih kuat.
"Aww!"
Eli terkejut, ia lalu menatap sekeliling dan mendapati seorang lelaki yang memegangi kepalanya dan meringis kesakitan.
Seketika Eli membulatkan matanya dan segera mendekati lelaki itu.
"Ma..maafkan aku, aku tidak sengaja." Eli melihat lelaki yang tengah menunduk di dekat motornya.
Lelaki yang tengah meringis itu mendongak dan menatap Eli, dan seketika, mata mereka bertemu.
To be continued.
Btw aku bakal update kalau memang jumlah views, comment, dan votenya mencapai targetku, thanks🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderelli
Teen FictionElisabeth Rochesther atau yang biasa dipanggil "Eli" diberi julukan "Cinderelli" oleh teman-temannya karena setiap hari tubuhnya selalu ditutupi debu dan kotoran dikarenakan ia harus membantu ayahnya mengurus bengkel. Tapi apa jadinya bila suatu ha...