"Ada yang ingin kukatakan padamu." Kata Zac sambil memegang lengan Eli.
"Apa?" Ucap Eli seraya mendongak dan menatap mata Zac lurus.
"Soal ciuman kemarin itu.." Zac menggaruk rambutnya, sedikit bingung bagaimana harus mengatakannya.
"Itu kesalahan, bukan?" Kata Eli. Gadis itu lalu mundur selangkah, berusaha menjauhi Zac.
"Aku tahu," ia mengangguk paham. "Jangan dipikirkan." Katanya seraya tersenyum kaku.
"Tapi menurutku.."
"Zac!"
Secara serentak, keduanya menoleh kearah suara itu.
Bianca berusaha berlari dengan semaksimal mungkin walau kecepatannya sangat minim. Maklum saja, saat ini ia menggunakan heels yang tingginya mencapai 15 cm!
"Ada apa?" Tanya Zac setelah Bianca berdiri dihadapannya.
Gadis itu mengatur napasnya sejenak sebelum berbicara. "Kemarin maafkan aku..aku.."
"Bukankah seharusnya kau minta maaf padanya?" Tanya Zac seraya menunjuk Eli.
Bianca melirik Eli sebal dan sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Tunggu apa lagi?" Zac menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah kau datang untuk minta maaf?"
Bianca melirik Eli dengan sebal, tapi dilakukannya juga perintah Zac. "Maaf." Ucapnya dengan suara kecil, tapi masih dapat ditangkap telinga Eli.
Eli mengangguk dan keduanya pun bersalaman.
Bianca lalu menarik Eli kedalam pelukannya.
"Awas kau nanti, jangan harap aku akan melepaskanmu." Bisiknya di telinga gadis itu.
"Baiklah," kata Bianca setelah mereka usai berpelukan. Ia tersenyum ceria, berusaha terlihat sebagai gadis manis yang berhati lembut. "Kalau begitu aku pergi dulu."
Ia lalu menatap Zac dan senyumnya semakin lebar. "Sampai jumpa nanti, Zac." Katanya lalu menggerling genit dan berjalan meninggalkan keduanya.
Zac hanya diam saja selama beberapa saat, hingga akhirnya Eli mulai berbicara.
"Aku harus pergi Zac."
Zac yang tengah melamun terkejut ketika Eli sudah hendak berlalu. "Kau mau kemana?"
"Ada banyak hal yang harus kukerjakan."
"Tapi masih ada yang ingin kubicarakan denganmu.."
"Kalau itu mengenai tugas sejarah.." potong Eli. "Nanti aku akan mengirimimu detailnya melalui e-mail."
●●●
Eli berjalan di sepanjang trotoar dengan kepala menunduk lesu.
Sesekali ia menendang kerikil di sekitar kakinya, yang merupakan kebiasannya bila sedang banyak pikiran.
Saat ini otaknya sibuk mencerna apa yang dikatakan Bianca tadi.
Bukan ancaman gadis itu yang dipikirkannya, melainkan perkataannya pada Zac.
Sampai jumpa nanti, Zac.
Eli mengernyit. Apa itu berarti nanti malam mereka akan bertemu? Apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka hanya berdua saja?"
Mendadak Eli merasa merinding. Ia merasa terlalu mencampuri urusan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderelli
Teen FictionElisabeth Rochesther atau yang biasa dipanggil "Eli" diberi julukan "Cinderelli" oleh teman-temannya karena setiap hari tubuhnya selalu ditutupi debu dan kotoran dikarenakan ia harus membantu ayahnya mengurus bengkel. Tapi apa jadinya bila suatu ha...