Victor mengetuk pintu UKS yang tertutup sebelum masuk dengan perlahan. "Eli?" Panggilnya.
Tidak ada jawaban.
Victor terus melangkah dan ia mendapati gadis itu rupanya telah jatuh tertidur di salah satu tempat tidur di sana.
Melihat hal itu, ia tersenyum kecil. Ia lalu melangkahkan kakinya mendekati gadis yang tengah tertidur itu tanpa bermaksud untuk membangunkannya.
Ia lalu duduk di samping tempat tidur Eli dan dengan amat perlahan, menjulurkan tangannya untuk menyelipkan rambut Eli ke belakang telinga gadis itu.
Tidak peduli seperti apa dirimu di mata orang lain, di mataku, kaulah gadis tercantik.
Sekali lagi Victor tersenyum sambil memandangi wajah Eli yang tertidur dengan damai.
"Mom..mom.." gumam Eli sambil bergerak-gerak gelisah. "Jangan pergi..maafkan aku.."
"Hei, hei, tidak apa." Victor berusaha menenangkan gadis itu, dan memegang tangan Eki erat. "Aku disini."
Eli tetap bergerak gelisah, tapi sudah tidak seperti tadi, kali ini ia sedikit lebih tenang.
Victor lalu mengusap keringat yang mengaliri pelipis gadis itu, dan sebelah tangannya tetap menggenggam tangan Eli.
"..maaf.." kata Eli dengan suara mencicit. "Maafkan aku..ini salahku.." tampak setetes air mata mengaliri pipinya.
"Hei, sudah, tidak apa." Victor berusaha menenangkan gadis itu. Ia lalu bangkit dari duduknya dan berbisik tepat di telinga gadis itu. "Tidak apa, aku tahu itu bukan salahmu, semua itu bukanlah kesalahanmu."
●●●
Zac terperangah menatap pemandangan dihadapannya.
Ia tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Saat itu Victor tengah membungkuk dan dimata Zac lelaki itu terlihat sedang mencium Eli yang tengah tertidur.
Dengan geram, ia lalu menghentakkan langkahnya, dan memasuki ruangan dengan cepat. Ia lalu merenggut kerah seragam Victor dan memaki pria itu. "Brengsek, apa yang kau lakukan, huh??"
Victor mengernyit tak mengerti, "Apa maksudmu?"
"Apa maksudku?" Ulang Zac sambil melotot kesal, "Kau menciumnya, sialan!" Katanya lalu melayangkan pukulan ke wajah tampan Victor.
Victor yang terlalu terkejut tidak bisa menangkisnya. Ia terjatuh ke lantai UKS yang dingin.
Ia meringis dan mengusap darah yang ada di sudut bibirnya. "Kau sudah gila, huh?" Teriaknya pada Zac. "Apa yang kau lakukan?"
"Harusnya aku yang bertanya begitu, brengsek!" Balas Zac sambil mendekati Victor hendak memukul pria itu lagi. "Berani-beraninya kau mencium gadis yang tengah tertidur? Apa kau tak tahu malu? Hanya akulah yang boleh menciumnya!"
"Aku tidak men.."
"Kalian sedang apa?" Tanya Eli yang masih mengucek sebelah matanya.
Ia terbangun karena mendengar kegaduhan di sekelilingnya.
Kedua pria itu serempak menoleh ke arah Eli dan Zac buru-buru mendekati gadis itu.
"Kau sudah bangun?" Zac menatap Eli dari atas kepala hingga ujung kakinya yang tertutup selimut.
Eli mengangguk.
"Kau tidak apa?"
Eli kembali mengangguk.
Zac menghela napas berat, "Syukurlah."
Melihat hal itu, Eli tersenyum. "Hei, aku hanya ketiduran, tidak perlu panik seperti itu." Ia lalu menatap Victor yang masih duduk di lantai. "Ngomong-ngomong, sejak kapan kau ada di sini?"
Victor hendak membuka mulutnya, tapi ia disela oleh Zac. "Lupakan saja lelaki brengsek itu." Katanya setengah mencibir, ia lalu menatap Eli. "Jangan dekat-dekat dengannya, kau tidak akan pernah tahu apa yang bisa dilakukannya padamu nanti."
Victor mendelik sebal. "Sudah kubilang aku tidak.."
"Ya, ya terus saja katakan hal itu pak tua..tapi aku jelas melihat semuanya." Kata Zac.
"Apa kau bilang?" Victor bangkit berdiri dan hendak meraih kerah Zac ketika Eli menghentikannya.
"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?"
●●●
"Kau serius sudah tidak apa?" Tanya Jennie yang berjalan di samping Eli dengan ekspresi khawatir.
Eli mengangguk.
"Tapi kenapa wajahmu seperti itu?"
"Aku hanya kepikiran mengenai sesuatu."
"Apa?"
Eli hanya menggeleng, terlalu bingung darimana harus memulai.
"Hei, ayolah." Jennie menyenggol Eli pelan. "Bukankah kita sahabat? Sahabat tidak boleh menyimpan rahasia antara satu sama lain."
"Bukan begitu J, hanya saja.." Eli menggaruk rambutnya yang sedikit kotor karena tepung yang dilemparkan Sophie tadi pagi. Ia lalu berdeham sekali sebelum menceritakan segala sesuatu yang terjadi di ruang UKS tadi, ya segalanya, kecuali ciuman Zac. Ia tidak tahu bagaimana harus menceritakan hal itu.
"Jadi," katanya setelah selesai. "Menurutmu apa maksud mereka berdua?"
"Yang kutahu pasti," kata Jennie sambil mengangkat telunjuknya. "Alasan Zac memanggil Victor dengan sebutan 'pak tua' karena ia memang lebih tua daripada kita."
"Maksudmu?" Tanya Eli tidak mengerti. Saat ini mereka telah berhenti berjalan dan berdiri di tengah lorong kelas yang tengah lenggang.
"Yah, kau tidak pernah mendengar gosip-gosip itu?" Tanya Jennie berbisik di telinga Eli.
Eli menggeleng.
Melihat hal itu Jennie menepuk keningnya. "Astaga, Eli! Sebenarnya apa saja yang kau lakukan selama ini?"
Jennie lalu mulai menceritakan segala yang diketahuinya. Mulai dari masa lalu Victor yang terdiri dari keluarga broken home. Hingga saat ini ia hanya tinggal dengan kakeknya yang terkenal kejam.
"Lalu apa kau mengerti alasan mereka bertengkar?"
Kali ini Jennie menggeleng. "Tapi, dari prespektifku.." katanya kembali berbisik penuh rahasia.
"Apa?" Eli mendekatkan telinganya ke bibir Jennie.
"Sepertinya mereka berdua tengah memperebutkanmu." Kata Jennie seraya terkikik.
"Gila!" Eli lalu berjalan menjauh dari Jennie dengan raut wajah kesal.
"Hei, tunggu aku!" Kata Jennie sambil tertawa seraya berlari menyusul Eli.
●●●
"Apa kau tidak apa-apa?" James memperhatikan sudut bibir Victor yang terlihat sedikit membengkak.
Victor hanya mengangguk.
"Apa yang terjadi?" Tanya James seraya melirik Zac yang berjalan di depan mereka bersama Michael.
Victor hanya terdiam.
Kesal karena tidak mendapat jawaban, James lalu mengejar Zac. "Hei, Zac!"
Zac berhenti berjalan, dan menolehkan sedikit kepalanya.
"Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Victor?" Tanya James setelah menyesuaikan langkahnya dengan Zac.
Tanpa menjawab, Zac kembali melanjutkan langkahnya.
"Ashhhh," James berdecak sebal. "Dasar tidak ada bedanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderelli
Teen FictionElisabeth Rochesther atau yang biasa dipanggil "Eli" diberi julukan "Cinderelli" oleh teman-temannya karena setiap hari tubuhnya selalu ditutupi debu dan kotoran dikarenakan ia harus membantu ayahnya mengurus bengkel. Tapi apa jadinya bila suatu ha...