Maaf ya, cerita ini belum kurevisi, jadi kalau ada salah kata atau ketik, kalian bilang aja, nanti kuperbaiki hehe..
Oh ya, aku jadi pingin ngomong dikit. Jujur aja, aku buat cerita ini waktu agak iseng, dan gaya bahasaku emang agak beda dari biasanya. Dan tiap babnya kukasih judul.
Nah, disitu masalahnya, jujur aja aku agak sedikit kesulitan dalam kasih judul tiap bab hehe..gimana ya cara nulis judul yang oke gitu? Apa kalian ada saran? Hehe..
Thanks🧡
●●●
"Hah, akhirnya libur semester telah tiba!" Kata Jennie sambil mengencangkan lengannya.
"Apa rencanamu setelah ini?" Jennie menoleh dan menatap Eli.Eli mengedikkan kepalanya. "Kerja tugas, mungkin?"
Jennie memutar bola matanya. "Ayolah, El!" Ia bersedekap. "Jangan sia-siakan hari liburmu, kau harus refreshing dengan cara jalan-jalan, makan-makanan enak, atau pergi berkencan." Kata Jennie seraya tersenyum penuh arti.
Eli memutar bola matanya. "Ayolah, J. Kau lupa kalau aku memiliki banyak tugas? Aku masih harus membantu ayahku di bengkel, merapikan apartemen Bianca, dan mungkin juga mencari kerja sambilan dan aku masih harus mengerjakan tugas kelompok dengan.."
"Zac." Lanjut Jennie. "Itu bagus bukan? Kau bisa bekerja sekaligus berkencan." Katanya sambil menyenggol Eli yang menatap sebal dirinya.
"Ayolah, El. Kulihat sepertinya Zac serius denganmu, dan tidak ada salahnya untuk mencoba berkencan sesekali."
"Tapi aku tidak bisa J." Eli menunduk sedih.
"Apa karena Bianca?" Tanya Jennie beberapa saat kemudian. "Kau memikirkan ucapannya waktu itu?"
Eli menggeleng.
"Ayolah tidak perlu diambil hati. Lagipula sekarang ia tidak akan berani menyentuhmu lagi. Karena sekarang kau memiliki dua orang pangeran berkuda tampan." Katanya seraya menunjuk kearah geng Zac yang berjalan kearah mereka.
"Oh, jangan lagi.." Eli hendak berbalik arah ketika mendadak namanya dipanggil.
"Eli!" Seru Zac dan Victor bersamaan.
Eli hanya menggeleng dan mempercepat langkahnya meninggalkan orang-orang itu.
"Hei jangan lari!" Seru Zac dan hendak berlari mengejar Eli, tapi tanpa sengaja, tubuhnya bertumbukan dengan Victor.
"Minggir." Bentak mereka bersamaan. "Aku duluan!"
Lalu terjadilah aksi saling dorong, antara keduanya.
Sementara James dan Victor hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat aksi kedua sahabat mereka.
"Mereka pasti sudah gila." Kata James.
"Kau benar." Timpal Michael.
●●●
"Hei, kenapa kau lari dariku?" Zac mencekal lengan Eli. Ia berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah.
"Aku tidak.."
"Eli!" Victor berdiri di hadapannya. Lelaki itu lalu melirik lengan Eli yang dipegang oleh Zac. "Lepaskan tanganmu darinya!"
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Ucap Zac seraya menyeringai.
"Kau mau mati?"
"Diamm!" Pekik Eli akhirnya. Ia sudah muak melihat dan mendengar kedua orang itu bertengkar karena dirinya. "Kenapa kalian berdua seperti ini?" Ia menatap Zac dan Victor secara bergantian.
Ia lalu berusaha melepaskan tangan Zac dari lengannya, tapi pria itu bergeming.
"Lepaskan aku, Zac." Katanya dengan nada sedikit kesal.
"Tidak mau."
"Tapi.."
"Kau harus ikut denganku." Kata Zac seraya menarik Eli menjauhi Victor.
●●●
"Jadi," kata Eli seraya bersidekap. "Kau aku bicara apa denganku?"
Zac menatap gadis itu tajam sebelum menghela napas pelan sambil memijit keningnya.
Saat ini mereka berdua ada di halaman belakang sekolah yang telah lenggang. Tadi Zac memang membawa gadis itu ke tempat itu dengan tujuan supaya mereka berdua bisa berbicara tanpa diganggu siapa pun, termasuk Victor.
"Apa yang akan kau lakukan selama liburan ini?"
Eli mengerjap sesaat sebelum menjawab. Jadi hanya karena hal ini dia sampai membawaku kemari?
"Entahlah." Gadis itu mengangkat bahu. "Aku mungkin akan membantu ayahku di bengkel."
"Kau tidak lupa tugas kita berdua, kan?" Tanya lelaki itu sambil memicingkan mata.
"Tentu saja tidak." Eli memutar bola matanya, seolah pertanyaan yang baru saja dilontarkan Zac adalah pertanyaan paling bodoh yang pernah didengarnya.
"Bagus." Ujar lelaki itu seraya mengangguk cepat.
Ada apa ini? Entah kenapa aku merasa hari ini ia nampak berbeda..
Eli memicingkan matanya, berusaha menatap Zac dengan jelas. Tidak ada yang berbeda dari pria itu. Penampilannya masih seperti biasanya, rambutnya juga tidak berubah, namun ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari lelaki itu.
Eli memiringkan kepalanya sedikit, masih sambil menatap Zac, dan hal itu sukses membuat wajah pria itu sedikit merona.
"Ke..kenapa kau menatapku?"
Ini dia!
Eli tahu apa yang berubah dari lelaki itu, tingkah lakunya!
Biasanya Zac adalah lelaki sombong dan semaunya sendiri.
Tapi sekarang lelaki itu nampak sedikit gugup di depannya.
"Kau.." Eli berjalan mendekati Zac. "Ada yang ingin kau katakan padaku?"
"Apa?" Lelaki itu mengerjap dan Eli tetap memandangnya dengan tajam selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dan hendak berbalik pergi.
"Baiklah kalau tidak ada aku akan.."
"Tunggu!" Zac menarik tangan Eli dan membuat gadis itu menatapnya lagi.
"Sebenarnya memang ada yang ingin kukatakan padamu.."
To be continued.
21-5-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderelli
Teen FictionElisabeth Rochesther atau yang biasa dipanggil "Eli" diberi julukan "Cinderelli" oleh teman-temannya karena setiap hari tubuhnya selalu ditutupi debu dan kotoran dikarenakan ia harus membantu ayahnya mengurus bengkel. Tapi apa jadinya bila suatu ha...