"Bianca?" Zac mengangkat sebelah alisnya, sementara Eli hanya menggeleng dan membungkam mulutnya.
"Lupakan saja yang kukatakan barusan."
"..." Bersamaan dengan Zac yang hendak melontarkan pertanyaan, tiba-tiba terdengar bunyi yang memekakab telinga diikuti berhentinya bianglala itu berputar.
Sontak saja suasana di sekeliling mereka menjadi heboh.
Zac berusaha melihat ke bawah dengan menyipitkan matanya, tapi ia tidak bisa melihat apa pun dari atas sana, karena saat ini posisi mereka sudah mencapai putaran teratas.
"A..ada apa ini?" Mendadak Eli diliputi rasa panik. "A..apa bianglala ini macet?"
"Tenanglah," Kata Zac berusaha menenangkan gadis itu, walau sebenarnya ia juga sedikit panik. "Mereka pasti akan melakukan sesuatu."
Eli mengangguk, tapi ia tak dapat menghalangi keringat dingin yang mengaliri pelipisnya.
"Para penumpang yang terhormat," terdengar sebuah suara dari bawah. "Sepertinya terjadi kesalahan teknis yang belum pernah terjadi sebelumnya." Terdengar kembali suara dari pengeras suara di bawah. "Oleh karena itu, kami selaku tim penanggung jawab memohon maaf sebesar-besarnya. Tapi kami sedang berusaha melakukan yang terbaik, jadi kami mohon agar anda semua bisa tenang. Terima kasih."
"Tenang apanya?" Eli bersedekap.
"Kenapa? Kau takut?" Tanya Zac sambil tersenyum jahil.
"Disaat seperti ini kau masih bisa bercanda?" Eli mengerutkan alis tak percaya. "Gila."
Zac tertawa. "Kau tahu? Kau adalah satu-satunya gadis yang tidak pernah membuatku mati kebosanan."
"Apa?"
"Tidak lupakan saja."
●●●
"Kukira kita tidak akan selamat." Kata Eli setelah mereka sudah berada di mobil Zac.
"Kalau kita tidak selamat, setidaknya kau beruntung karena disaat terakhirmu, kau ditemani oleh cowok super tampan." Kata Zac menyeringai.
Eli hanya memutar bola matanya malas. "Setelah ini, belok ke kiri, rumahku adalah rumah ketujuh dari sana."
Zac mengangguk dan membelokkan mobilnya.
Tepat ketika mobil mencapai belokkan, Eli bisa melihat seseorang sedang berdiri di depan rumahnya.
Eli berusaha melihat dengan jelas siapa itu, hingga akhirnya ia membulatkan matanya. "Oh, bukankah itu.."
"Victor." Desis Zac. Tanpa sadar ia mengetatkan pegangannya di kemudinya.
Zac lalu menghentikan mobilnya tepat dihadapan Victor yang berdiri membelakangi motornya.
Secepat kilat, Eli segera keluar dari mobil untuk menyapa Victor, dan itu semua tak luput dari pengamatan Zac.
"Hei," Eli maju selangkah mendekati Victor. "Sedang apa kau disini?"
Victor yang sedang berdiri santai sambil memasukkan kedua tangan kedalam saku celananya hanya menggedikkan bahu sambil tersenyum ramah. "Aku menunggumu pulang."
Eli mengangkat alisnya tak percaya. "Sungguh? Tapi kenapa?"
Victor menggeleng, "Aku hanya khawatir kau diculik oleh seorang baji.." sebelum Victor menyelesaikan kalimatnya, Zac langsung memelototinya sambil menyela ucapan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderelli
Teen FictionElisabeth Rochesther atau yang biasa dipanggil "Eli" diberi julukan "Cinderelli" oleh teman-temannya karena setiap hari tubuhnya selalu ditutupi debu dan kotoran dikarenakan ia harus membantu ayahnya mengurus bengkel. Tapi apa jadinya bila suatu ha...