"Lo yakin udah ngga apa-apa?" tanya Soobin yang tampak masih mengkhawatirkan keadaan Lia. Sekarang ini Lia sudah duduk di ruang tamu, bersama Soobin dan tentunya ada Hyunjin juga disana.
Lia mengangguk sambil tersenyum, "gue udah baikan kok. Lo tenang aja, Soobin."
Soobin menghela napasnya panjang. "Sekali lagi maafin gue, Lia."
Lia menggulirkan matanya malas.
"Ini udah kesekian kalinya lo minta maaf sama gue, lagian ini bukan salah lo kok. Lo kan emang belum tau sebelumnya."
Hyunjin yang sejak tadi hanya memperhatikan, berdehem pelan. Guna menarik perhatian kedua orang tersebut yang sepertinya tidak menganggap keberadaannya disini.
"Ekhem,"
Mendengar itu, Lia sontak menoleh. "Oh iya, dan lo Hyunjin, kayaknya udah ngga ada lagi yang perlu kita bicarain kan? Terus kenapa lo tiba-tiba kesini?"
Hyunjin terkekeh pelan saat Lia mengatakan itu padanya. Rupanya gadis itu masih marah terhadapnya, padahal kejadian itu sudah 5 bulan yang lalu.
"Hei, emangnya gue ngga boleh nemuin teman gue sendiri? Kita masih temenan kan?"
Lia memandang pemuda itu dingin. Teman katanya? Memang sih, sebelum mereka menjadi sepasang kekasih, mereka berdua memang sudah berteman baik. Tetapi setelah mereka mengakhiri hubungan mereka, rasanya tidak mungkin bisa di katakan sebagai teman lagi. Karena Lia masih tidak bisa melupakan perbuatan Hyunjin kepadanya dulu.
"Sorry ya, tapi gue ngga mau temenan sama pembohong kaya lo, Hyunjin. Silahkan pergi!"
Hyunjin terkekeh sesaat lalu beranjak mendekati Lia. "Jangan kaya gini dong, Lia. Gue tau gue salah. Dan gue bener-bener nyesel udah bikin lo terluka. Tapi bisa kan kita memulai semuanya dari nol lagi? Gue pengen balik jadi temen lo kaya dulu lagi."
Lia dengan tremor yang perlahan naik langsung beranjak dan menatap tajam Hyunjin. "Temen baik itu ngga bakal mainin perasaan temen baik mereka, camkan itu! Dan lo itu bukan temen baik yang kaya lo bilangin! Pergi atau gue usir lo secara paksa!!"
Melihat itu, Soobin pun ikut berdiri. Ia memang tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam masalah Lia. Tapi melihat Lia seperti ini, ia pun tidak bisa hanya diam saja.
"Hei hei, udah... lo ngga denger Lia nyuruh lo pergi? Gue emang ngga tau apa-apa tentang msalah kalian, tapi gue cuman--"
"Lo diem aja ya! Gue ngga ngomong sama lo!!" Hyunjin segera menyela ucapan Soobin dengan memasang tatapan nyalangnya.
Soobin yang menerima tatapan itu hanya terkekeh, "Heh--"
"Soobin udah, biar gue aja yang ngomong sama dia." ucap Lia.
Lalu Lia langsung memandang sinis Hyunjin. "Hyunjin denger, gue cuman pengen temenan sama orang-orang yang tulus mau temenan sama gue. Bukan sama orang fake dan yang ada maunya aja kaya lo, ngerti?!"
"Hei, maksud lo apa, Lia? Gue tulus mau temenan sama lo dan--"
"Dan lo rela ngehianatin temen lo karena taruhan sialan itu?! Maaf Hyunjin.... Gue ngga percaya lagi sama lo."
Mendengar itu, dada Hyunjin langsung naik-turun. Ia tidak bisa menerima perlakuan Lia padanya. Ia harus kembali mendapatkan hati Lia bagaimana pun caranya. Kini ia benar-benar mencintai gadis itu, meskipun dulu ia melakukan kesalahan yang sangat fatal dan membuat hubungan mereka berakhir.
"Lia.... Dengerin gue!" Hyunjin mencengkram tangan Lia kuat.
"Ngga Hyunjin, silahkan pergi dari sini." ucap Lia sambil berusaha melepaskan tangannya.