-07-

2.9K 388 3
                                    

Yeji sedang menunggu pesanan mereka di kantin. Ia tengah duduk di salah satu kursi di samping kedai ramen yang memang di sediakan untuk tempat menunggu, sambil memainkan ponselnya. Sedangkan keempat sahabatnya menunggu di meja lain karena hari ini memang gilirannya untuk memesan makanan.

Ya, itulah salah satu kebiasaan mereka. Saling bergilir untuk memesan makanan yang bertujuan agar tidak ada yang merasa di rugikan atau di untungkan. Semuanya akan kebagian merasakan antrean panjang demi mendapatkan makan siang mereka.

Tiba-tiba kedua matanya menangkap seorang gadis yang tengah memesan minuman di salah satu kedai yang ada di kantin. Namun gadis itu tampak asing untuknya. Sepertinya gadis itu mahasiswi baru di kampus ini, karena terlihat dari wajahnya yang sedikit kebingungan mencari makanan. Gadis itu pun tampak beberapa kali ia bertanya mengenai menu di kantin ini. Tidak seperti yang lain yang sudah khafal pada apa yang akan mereka pesan.

Yeji langsung menggelengkan kepalanya berulang kali. Sadar dengan apa yang seharusnya ia tidak pikirkan sama sekali.

"Yeji!" seru penjaga kantin sambil menyodorkan nampan besar yang di atasnya sudah ada lima mangkuk ramen dan lima gelas minuman berbagai macam jenis.

Yeji langsung beranjak, "oh, udah ya mbak?" sambil mengambil alih nampan itu dari pantry.

"Lima ramen pedes sedeng, dua jus strawberry, satu jus jeruk, satu ice latte dan satu lemon tea." ucap penjaga kantin sembari menunjuk satu per satu menu sesuai dengan nama yang ia sebutkan.

"Iya, bener mbak. Makasih ya."

Setelah membayar, Yeji pun berjalan perlahan menuju tempatnya. Ternyata pesanan siang ini cukup membuatnya mengeluarkan banyak tenaga dan harus ekstra hati-hati.

Tap

Yeji tiba-tiba menghentikan langkahnya begitu seseorang menghadangnya. Ia membulatkan matanya sambil memekik dalam hati. Untuk saja ia mengerem tepat waktu, jika tidak entah apa yang akan terjadi dengan makan siang mereka kali ini.

"Lo mau mati ya?" sungut Yeji kepada pemuda di depannya.

"Cih, gue nyamperin lo itu justru gue pengen bantuin lo. Sini kasih gue!" Yeonjun langsung mengambil alih nampan tersebut dari tangan Yeji. Meskipun sebenarnya Yeji masih ingin memaki pemuda itu, akhirnya Yeji membiarkan Yeonjun melakukannya. Toh ia sendiri yang memintanya.

"Astaga, berat banget!" ucapnya setelah nampan itu berpindah seluruhnya di tangannya.

"Cih, lo sendiri yang minta." Yeji berdecih sambil melanjutkan langkahnya. Di susul oleh Yeonjun dari belakang.

"Emang kemana yang lainnya? Harusnya lo jangan bawa ini sendirian. Gimana kalau terjadi sesuatu sama lo? Menurut lo ini ngga berat apa? Jangan sok kuat kaya gitu." omel Yeonjun yang membuat Yeji hanya menggerlingkan matanya malas.

"Siang ini giliran gue yang pesen makanan. Udah, kalau lo emang pengen bantu, ya bantunya yang ikhlas. Jangan banyak ngomong." ucap Yeji datar.

Yeonjun menghembuskan napasnya pasrah, "iya deh, Hwang Yeji."

Mereka pun akhirnya melanjutkan langkahnya. Sesampainya di tempat tujuan, Lia dan yang lain terkejut melihat Yeji datang bersama Yeonjun. Apalagi kali ini tumben sekali Yeji mengijinkan Yeonjun untuk membawa pesanan mereka.

"Yeonjun?" sapa Lia yang memasang wajah heran.

Yeonjun tersenyum lalu meletakan satu persatu mangkuk ramen ke atas meja, di bantu oleh Yeji.

"Yap, anggap aja hari ini gue yang gantiin posisi Yeji."

Chaeryoung memadang wajah terharu, "ya tuhan, baik banget lo."

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang