-22-

2.5K 319 13
                                    

Suasana di kantin pagi ini lumayan ramai. Tapi ternyata tidak bagi Yuna dan Hueningkai yang rupanya merasa ada yang kurang dari mereka. Ya, beberapa teman-temannya sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya juga. Hari senin memang hari yang paling malas untuk pergi setelah kemarin libur. Jadi banyak sekali alasan mengapa beberapa orang telat datang.

"Ya udah, gue pesenin sarapan dulu aja ya buat lo, sambil nunggu yang lain?"

Yuna langsung menggelengkan kepalanya begitu Hueningkai mengatakan itu. "Ngga, Kai. Aku ngga laper."

Hueningkai terkekeh saat mendengar Yuna memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Aku', karena biasanya jika berbicara dengannya, gadis itu selalu memanggil dirinya sama seperti pada sahabatnya yang lain.

"Ciee... Lo sekarang bilangnya 'aku' nih? Ngga 'gue' lagi?"

Yuna seketika memanyunkan bibirnya kesal. "Emang kenapa, ngga boleh? Ya udah ngga jadi."

Melihat Yuna kesal seperti itu, Hueningkai bergegas memengang tangan sahabat yang sekarang telah menjadi kekasihnya itu. "Eh, jangan ngambek dong... Boleh kok, boleh. Mulai sekarang lo boleh manggil Aku-kamu."

Yuna mendelik sekilas, lalu senyum tercetak di bibirnya. "Cuman sama kamu aja kok, biar kedengerannya sedikit manis aja gitu."

"Bukan karena kebiasaan sama Jeongin kan?" selidik Hueningkai.

Plak

Yuna langsung memungkul pelan paha Hueningkai. "Ngga lah! Ngapain juga? Aku kan udah bilang alasannya, supaya kedengerannya lebih manis dan lebih enak di denger aja."

Hueningkai meringis kecil, seraya mengusap pahanya. Pukulan seorang gadis itu memang tidak begitu kencang, tapi cukup terasa perih. "Iya iya, ngga usah sambil geplak kan bisa, Yuna sayang?"

"Ngga usah manggil sayang. Aku masih bete."

"Cieee ngambek...."

Di saat sejoli itu tengah asik saling menggoda satu sama lain, tiba-tiba Lia muncul dan duduk bergabung bersama mereka berdua seraya menggebrak meja pelan.

"Idih... Pacaran mulu lo berdua? Masih pagi nih!" sindir Lia.

Hueningkai dan Yuna hanya terkekeh dan sedikit malu oleh Lia. Tapi sejurus kemudian, Yuna melihat kearah sekitar karena tidak biasanya Lia datang sendirian.

"Loh, mana yang lain?" heran Yuna.

Lia menggelengkan kepalanya. "Ryujin sama Chaeryeong lagi di jalan. Kalau Yeji, dia males katanya, mau bolos aja."

Yuna mengerutkan dahi, "bolos? Kok tumben banget?"

Lia menggendikan bahu, "selain males, dia juga mau anter orangtuanya yang baru dateng dari Daegu buat jengukin Yeonjun nanti."

Keduanya mengangguk mengerti. Tapi tiba-tiba Hueningkai berkata, "waduu... keluarganya Yeji mau ke rumah? Mana kita ninggalin Yeonjun sendirian lagi?"

"Tenang aja, Kai. Paling kakak-kakaknya Yeonjun dateng kok nanti." sahut Yuna saat melihat Hueningkai sedikit khawatir.

"Oh iya.... Soobin, Taehyun sama Beomgyu kemana?" Lia baru ingat ingin menanyakan tentang keberadaan ketiga pemuda itu sejak tadi.

"Oh, Beomgyu sama Taehyun sih lagi ngurus sesuatu di kantor administrasi. Tapi kalau Soobin....." Hueningkai mendadak terdiam seraya memandangi Lia, seolah teringat sesuatu, "loh, katanya Soobin mau jemput lo ke rumah, Li? Lo dateng kesini sama siapa emang?"

Lia langsung mengerutkan dahinya, menggeleng pelan. "Gue dateng di anter supir kok, emang Soobin mau jemput ya? Kok ngga bilang? Lagian gue juga ngga ketemu sama dia."

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang