-15-

2.7K 336 11
                                    

"Yuna!!"

Dengan napas tersenggal, Jeongin akhirnya berhasil menahan lengan Yuna setelah gadis itu berlari keluar dari club setelah mengakhiri hubungannya dengan Jeongin secara sepihak. Lantas Jeongin buru-buru mengejar kekasihnya itu meninggalkan orang-orang yang kini mendadak dalam keheningan.

"Lepasin, gue mau pulang, Jeongin!!" Yuna memekik sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman kuat Jeongin.

"Yuna, jangan kaya gini dong, sayang. Kita bisa bicara baik-baik, Yun!"

Yuna tersenyum miring, "bicara baik-baik kata lo? Dari tadi gue bilang kalau gue pengen pulang kenapa ngga lo gubris, hah?!!"

Jeongin menghela napasnya dalam. Menahan diri untuk tidak marah pada Yuna. "Hei, aku mohon kamu ngerti. Hari ini ulang tahunku, jadi aku harus menyapa temen-temen yang udah dateng ke pestaku. Kamu harusnya bisa paham sebentar aja."

Yuna terkekeh pelan. Menertawakan dirinya sendiri yang ternyata baru menyadari kalau selama ini dirinya begitu bodoh. "Ngerti lo bilang? Terus kapan lo ngertiin gue? Selama ini gue yang selalu ngertiin lo! Gue kira lo udah kenal gue dengan baik, tapi ternyata ngga. Terus tadi, kenapa lo ngebiarin temen-temen lo itu godain gue? Emangnya gue ini cewek macam apa, hah?!"

"Yuna, oke. Maafin aku. Sekali lagi, ini adalah kebiasaan temen-temenku yang seharusnya ngga terjadi sama kamu. Aku minta maaf, aku janji semua itu ngga akan terulang lagi. Aku janji. Sekarang.... Ayo kita ke dalem lagi?" ucap Jeongin yang masih mencekal pergelangan tangan Yuna, namun kali ini sedikit mengendur.

Yuna memanfaatkan kesempatan itu, ia langsung melepas tangannya paksa, dan berhasil.

"Gue ngga bisa Jeongin. Hubungan kita berakhir sampai disini aja. Makasih buat semuanya. Sampai jumpa."

Jujur, Yuna tak sampai hati mengatakan itu semua pada Jeongin. Tapi ia tidak ada pilihan lain, ia terlanjur marah karena perilaku Jeongin padanya di dalam tadi. Seharusnya pemuda itu tau kalau kekasihnya itu tak suka di perlakukan seperti itu. Karena pergaulannya dengan teman-temannya itu berbeda dan tidak bisa di samakan. Seharusnya Jeongin tau itu karena telah mengenalnya dengan baik.

"Yuna, tung--"

Langkah serta ucapan Jeongin terhenti begitu seseorang menghadang jalan dengan berdiri di depannya.

Yuna yang sudah berada beberapa meter di depan pun ikut menoleh ke belakang. Merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

"Kai?" guman Yuna pelan.

"Cukup sampai disini, Jeongin. Lo ngga denger apa kata Yuna? Hubungan kalian udah berakhir." ucap Kai dengan suara yang mengalun tenang.

"Kai, dengerin gue dulu. Gue tau gue salah, tapi gue ngga ada maksud--"

"Gue tau. Tapi, apa yang lo pengen lagi setelah nyakitin hati Yuna, dan berulang kali?"

Jeongin terdiam. Ia tau, Yuna sudah sering kecewa karena sikap dirinya selama ini yang selalu menomor duakan kekasihnya itu di banding kawan-kawan sepermainannya.

"Gue ngga mau liat Yuna sedih lagi karena lo. Jadi, tolong tinggalin dia sendiri. Yuna ngga bisa terus ngikutin apa yang lo mau."

Kai tersenyum tipis, lalu setelah itu ia berbalik untuk menghampiri Yuna yang masih berdiri di tempatnya sambil menundukan kepala. Ia tau, Yuna tengah menahan tangis saat ini.

"Yuna, ayo kita pulang?"

Tidak ada jawaban dari gadis itu, ia hanya mengangguk sekali untuk menanggapi ucapan Kai.

Kai menghela napasnya dalam lalu membuka jaket yang ia kenakan. Kemudian ia lampirkan jaketnya itu pada gadis di depannya, membuat Yuna mendongakkan kepala terkejut dengan perlakuan Kai.

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang