Hanya tangisan samar dari Ryujin yang terdengar di ruangan tersebut. Sudah dua belas jam lebih, tapi Chaeryeong masih tidak membuka kedua matanya. Padahal dokter bilang kalau Chaeryeong sudah melewati masa kritis dan tinggal menunggunya siuman. Tapi sampai sekarang gadis itu belum menunjukan tanda-tanda kesadaran pada mereka.
Bukan hanya ada sahabat-sahabat Chaeryeong saja disana, tapi ada kakak laki-laki dan ayah tercintanya yang menunggu disini. Ramai orang memang, tapi entah mengapa terasa begitu sepi dan tenang.
"Sana, kenapa Chaeryeong belum juga siuman sampai sekarang?" kakak laki-laki Chaeryeong yang bernama Hoseok itu bertanya pada Sana, salah satu dokter jaga di rumah sakit ini sekaligus kekasihnya.
Sana menggelengkan kepalanya pelan, kemudian memandang Chaeryeong yang masih terbaring lemah di atas ranjangnya. "Kamu doain aja. Mungkin sebentar lagi."
"Sana, kamu boleh kembali kerja. Disini banyak orang yang menunggu Chaeryeong. Pasti ada pasien yang menunggu kamu juga kan?" tuan Jung atau ayah dari Chaeryeong dan Hoseok akhirnya bersuara, setelah sejak tadi hanya terdiam memandangi putri kesayangannya itu.
Menghela napas panjang, Sana pun menganggukan kepalanya. "Iya om. Kalau gitu saya permisi."
Semua yang ada disana menganggukan kepala mereka kepada Sana yang pamit keluar dari ruangan tersebut.
Tuan Jung kemudian menatap sahabat-sahabat Chaeryeong satu per satu. "Sudah mau siang, kalian semua boleh pulang. Sudah semalaman kalian nunggu Chaeryeong disini, kalian juga harus kuliah kan?"
Ryujin menggelengkan kepalanya kuat. "Ngga om, aku pengen nunggu Chaeryeong disini sampe dia siuman. Boleh ya om?"
"Ryujin, kamu keliatan cape banget. Nanti malah kamu yang sakit lagi." tambah Hoseok. Pria itu bahkan sampai merasa khawatir karena Ryujin terus menangisi Chaeryeong tanpa henti. Ia tau, itu cukup menguras tenaga gadis itu.
Tidak ada yang sadar, sejak semalaman pula Beomgyu terus memerhatikan Ryujin dalam diam. Ia tidak berani mendekat atau sekedar mengajak gadis itu berbicara karena Lia, Yuna dan Yeji berada di sekitarnya. Otaknya seolah terbagi dua, mengkhawatirkan keadaan Chaeryeong dan memikirkan sesuatu yang terus mengganjal di hatinya; apakah benar orang itu adalah Ryujin?
"Iya, Jin. Muka lo udah keliatan lelah banget. Ayo gue anter pulang!" entah siapa yang menyuruhnya, tiba-tiba saja mulutnya mengatakan hal tersebut.
Semuanya kini menoleh kearah Beomgyu. Namun tanpa di duga, ayah serta kakak laki-laki Chaeryeong setuju dengannya.
"Bener, kamu pulang sama Beomgyu ya, Ryujin? Om ngga mau karena nungguin Chaeryeong semalaman, kalian malah jadi sakit. Nanti kalau Chaeryeong udah siuman, om pasti kabarin." ucap tuan Jung.
"Ya udah, kalian semua pulang dulu aja. Istirahat! Kalian kan dateng kesini lebih dulu dari kita." lanjut Hoseok yang memang datang sedikit terlambat karena mereka datang dari luar kota.
Tapi seseorang di antara mereka tiba-tiba menangkap pergerakan kecil dari jemari pucat milik Chaeryeong. Taehyun bergerak mendekat dengan detak jantungnya yang perlahan meningkat.
"Chaeryeong? Chaeryeong bergerak!"
Semua serempak mengarahkan pandangan mereka pada Taehyun, lalu kemudian mengalihkannya pada Chaeryeong. Ternyata benar, jari-jari Chaeryeong perlahan bergerak.
"Chaeryeong, sayang?" tuan Jung mendekat dan mencodongkan tubuhnya seraya mengelus lembut pipi putrinya tersebut.
"Chaeryeong, ini kakak sama ayah," Hoseok pun melakukan hal yang sama seperti apa yang di lakukan oleh sang ayah. Bagi Hoseok dan sang ayah, Chaeryeong adalah satu-satunya harta yang harus mereka jaga sekarang. Gadis imut dan ceria yang selalu membuat rumah mereka berisik itu, kini berada di tempat ini dalam keadaan lemah. Sungguh, mereka tidak tega melihatnya.