10 tahun kemudian...
"Selamat ulang tahun, Chaer."
Yeji menyimpan buket bunga ke atas sebuah pusara yang bahkan sudah di penuhi oleh berbagai macam bunga disana sebelum mereka datang. Terlihat begitu subur dan berwarna-warni di tengah bukit yang kosong dan hampa. Ya, di atas sini memang hanya ada dua pusara saja. Masih tampak begitu sepi dan tenang.
Yeonjun yang tengah menggendong seorang anak laki-laki berusia empat tahunan tampak tersenyum kearah pusara di depannya.
"Chaer... Kenalin, anak aku sama Yeji. Namanya Yeonan. Cakep kan?"
Soobin dan Lia terkekeh mendengar ucapan Yeonjun. Seolah tidak mau kalah, mereka juga mengenalkan anak mereka pada pusara Chaeryeong.
"Chaer, anak aku sama Soobin juga cantik kok. Kamu bisa liat sendiri, lagi di gendong sama ayahnya." ucap Lia.
Soobin mengangguk, seraya mengecup pipi putrinya itu. "Cantik kan, Chaer? Namanya Naeri."
"Sayangnya anak aku sama Ryujin ngga kita bawa, soalnya masih kecil. Kalau ngga, mungkin dia yang paling cakep." seru Beomgyu menambahi.
Kai tersenyum simpul. "Oh ya, Chaer... Maaf Yuna ngga bisa dateng sekarang. Soalnya Yuna lagi hamil besar. Kalau ikut, kita khawatir terjadi sesuatu di jalan. Tapi dia nitip salam sayang dia buat kamu. Katanya, semoga kamu di berikan tempat terindah disana."
Ryujin mengangguk setuju. Kemudian ia berjongkok dan mengelus nisan dengan gurat emas yang bertulisakan nama Chaeryeong tersebut.
"Chaer, kita semua kangen banget sama kamu. Apa kabar kamu disana? Ngga kerasa, udah tujuh tahun aja kamu ninggalin kita. Rasanya masih tetep sama, kaya baru kemarin kamu jalan-jalan bareng dan kumpul bareng sama kita. Sekarang kita udah punya anak semua, Chaer. Kamu pasti seneng kan liatnya?"
Meski mereka hanya bisa melihat pusara sahabatnya itu, tapi entah mengapa hati mereka menghangat seolah Chaeryeong ada di dekat mereka.
Akhirnya setelah lama mengutarakan kerinduan mereka disana, mereka semua memutuskan untuk pulang dan satu persatu melangkah pergi menjauh dari pusara Chaeryeong.
Dan ternyata di belakang mereka berdiri sesosok pria tampan dan gagah.
Soobin menepuk pundak pria itu sebelum mereka benar-benar meningalkan puncak bukit.
"Kita tunggu di bawah ya, Tae."
Pria yang ternyata Taehyun itu menganggukan kepalanya.
Setelah mereka benar-benar pergi, Taehyun melangkahkan kaki mendekat kearah pusara Chaeryeong. Memandangnya teduh dan lekat.
"Chaer, aku dateng."
Ia merunduk untuk menaruh satu kuntum bunga mawar merah ke atas sana.
"Selamat ulang tahun."
Taehyun kembali berdiri lalu menghela napasnya panjang. Menahan diri agar ia tak menangis di sini.
"Sepi ya disini? Pasti kamu betah."
Taehyun menundukan kepala sejenak.
"Chaer, maaf aku belum ngelakuin permintaan terakhir kamu. Kamu bilang, kamu pengen ngeliat aku menikah dan punya anak. Tapi aku belum sampai sekarang. Maaf."
Taehyun tersenyum tipis lalu menatap ke sembarang arah. "Aku cuman, belum ketemu perempuan yang bisa ngegantiin posisi kamu di hatiku. Tapi aku janji, aku akan berusaha mencarinya dan nepatin janji aku ke kamu."
Taehyun kembali merunduk, kali ini ia mengelus nisan di hadapannya. "Aku pamit, Chaer. Semoga kamu senang kita semua datang."
Setelah mengatakan itu, Taehyun pun berbalik untuk pergi dari tempat itu.