Lia membuka pintu rumah dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya. Ia berulang kali memandangi sebuket bunga yang ada dalam genggamannya dengan perasaan suka cita. Kakinya melangkah perlahan-lahan sambil melompat kecil memasuki arena ruang tamu. Wajahnya bersemu kemerahan menandakan kalau saat ini ia tengah merasa senang sekali.
Namun begitu ia sudah melewati ruangan itu, langkahnya terhenti karena seseorang memanggilnya.
"Lia, dari mana aja kamu?"
Lia menolehkan kepalanya kearah sang ibu, namun seketika senyumnya memudar berganti raut tak percaya saat ia melihat ternyata sang ibu duduk di ruang tamu tidak seorang diri. Melainkan bersama pemuda yang sudah malas sekali ia temui, Hyunjin.
Lia kembali mengalihkan pandangannya kearah lain. Seolah enggan menatap pemuda itu. "Aku habis jalan-jalan sama Soobin, bu."
Ibunya mengangguk paham. "Oh, gitu. Hyunjin dari tadi nungguin kamu loh. Katanya dia mau ngobrol sama kamu."
Lia menghembuskan napasnya panjang. Melirik pemuda tersebut tak minat. Namun di hadapan sang ibu, ia tidak boleh bersikap kurang ajar terhadap tamu. "Mau ngobrol apa?"
Hyunjin tersenyum tulus. "Banyak."
Lia menertawakan Hyunjin dalam hati. Kemudian ia beralih pada sang ibu, tak memperdulikan ucapan Hyunjin yang menurutnya seperti lelucon itu. "Bu, tapi aku capek. Aku mau mandi terus bersih-bersih dulu ya? Ibu temenin dulu aja Hyujin disini."
Ibu memandang putrinya itu heran. "Oh gitu, ya udah sana."
Lia pun menganggukan kepalanya dan lalu beringsut pergi dari tempat itu begitu saja. Bahkan ia enggan menatap wajah Hyunjin walau hanya sebentar.
Caper banget sih jadi cowok? Lagian ngpain lagi sih kesini?
Sementara disana kembali hanya ada ibunya Lia dan Hyunjin. Sampai tadi, ibu Lia merasa ada sesuatu yang terjadi antara Lia dan Hyunjin. Ya, beliau memang sudah tau kalau putrinya itu telah berpisah dengan Hyunjin, tapi tidak menyangka hubungan mereka akan berubah mendingin seperti ini. Terlihat dari cara Lia bersikap pada Hyunjin tadi.
"Hyunjin, kamu baik-baik aja kan sama Lia? Maksud tante, kalian ngga lagi marahan kan?"
Hyunjin tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Ngga kok, tan. Mungkin karena kita jarang ketemu aja jadi Lia kaya yang ngga nyaman ngeliat aku ada disini. Apalagi Lia sekarang udah ada Soobin."
Ibu Lia tampak sedikit terkejut. "Oh, kamu juga kenal Soobin?"
"Pernah ketemu dua kali, tan."
Ibunya Lia hanya menganggukan kepalanya. Tidak menyangka kalau Hyunjin ternyata kenal juga dengan Soobin, pemuda yang belakangan ini dekat dengan putrinya itu.
"Tante, Soobin itu pacarnya Lia ya?" tanya Hyunjin tiba-tiba.
Ibunya Lia menatap Hyunjin ragu. Dirinya juga tidak tau apa hubungan Lia dengan pemuda yang pernah dua kali datang menemuinya itu.
"Aduh, tante juga ngga tau, Hyunjin. Cuman pernah beberapa kali dia nemuin tante di rumah dan ngenalin diri sebagai temennya Lia, bukan pacar."
Mendengar penjelasan itu, Hyunjin menganggukan kepalanya paham. "Tapi... Tante lebih suka Lia deket sama aku atau sama Soobin, tan?"
Mendapat pertanyaan itu, ibunya Lia seketika terdiam. Tentusaja ia akan memilih yang terbaik untuk Lia. Tapi masalahnya, dirinya merasa Hyunjin terlalu berlebihan jika langsung bertanya seperti ini padanya.
"Ah, haha... Pastinya tante akan suka sama apa yang Lia suka. Tante serahin semuanya sama Lia dan tante percaya sama anak tante sendiri."
Senyuman Hyunjin yang semula lebar perlahan mengendur, meski tetap tidak menghilangkannya. Pemuda itu merasa tidak puas dengan jawaban ibunya Lia tersebut.