-20-

2.6K 351 31
                                    

Ryujin meletakkan kepalanya pada tumpukan tangan yang di lipat di atas meja. Entah sudah berapa kali ia menghela napasnya panjang. Sekarang ini sebenarnya ia ingin sekali menangis, tapi tidak bisa. Ia harus kuat, apalagi di depan Chaeryeong. Ia sudah berjanji pada gadis itu untuk tidak bersedih. Karena jika ia sedih, Chaeryeong pun akan ikut sedih dan merasa bersalah.

Ya, kini gadis itu tengah berada di perpustakaan kampus. Tidak seperti biasa dirinya, yang jika ada waktu senggang, pasti akan menghabiskannya di lapangan untuk bermain basket. Tapi sudah beberapa hari ini, ia tidak bersemangat untuk banyak bergerak. Energinya seolah sedang pergi dari tubuhnya.

Karena ia tengah berada di bangku paling ujung dan dekat jendela, ia bisa mendengar suara tumpang tindih dari luar perpustakaan meski sedikit kendap. Tapi telinganya masih cukup tajam untuk mendengar suara yang ia kenali. Dan kini, ia seperti mendengar suara Beomgyu yang tengah bernyanyi di dekat jendela perpustakaan.

Entah siapa yang menggerakan tubuhnya, Ryujin sontak bangun dari posisinya. Menegakan badannya dan menoleh ke jendela yang ada tepat di sampingnya.

Dan benar, Beomgyu sedang duduk seorang diri di bangku tembok yang tepat menghadap kearah jendela. Tapi tenang, jendela itu tidak tembus pandang dari luar, hanya dari dalam saja yang bisa melihat keluar.

Pemuda itu tampak tengah duduk bersandar ke tiang sambil memejamkan mata, mendengarkan lagu dari earphone yang terpasang di kedua telinganya sambil sesekali melantunkan sebaris lirik. Begitu tenang.

Ryujin menghela napasnya panjang. Tangannya bergerak untuk menopang dagunya. Ia memerhatikan pemuda itu lamat-lamat. Ia tidak khawatir Beomgyu akan menangkap basah dirinya sekarang, karena ada sebuah kaca yang membatasi mereka. Tuhan seolah tau, dengan memandang wajah pemuda itu, hatinya akan merasa tenang. Meninggalkan gelisah yang sedang ia rasakan meski sesaat.

"Kenapa lo duduk disitu, Beomgyu? Lo sengaja kan mau bikin gue tenang ngeliatin lo tanpa takut ketauan?" Ryujin tersenyum miris, "tapi meskipun gitu... Thanks, lo udah bikin gue tenang. Meskipun lo ngga tau."

Tanpa Ryujin sadari, sejak tadi Chaeryeong memperhatikannya. Semua pergerakan Ryujin terekam jelas dalam penglihatan Chaeryeong. Siapa yang sebenarnya Ryujin lihat, apa yang gadis itu katakan dan apa yang selama ini ia curigai terjawab semua. Ryujin ternyata diam-diam menaruh hati pada Beomgyu.

Chaeryeong tersenyum miring. Ia tidak percaya dengan kenyataan ini. Ryujin adalah satu-satunya orang yang tau tentang sakit yang di deritanya selama ini, dan ia adalah orang pertama yang mengetahui apa yang di sembunyikan oleh Ryujin belakangan ini.

Sangat adil bukan?

"Ternyata bener dugaan gue."

Ryujin yang tengah anteng menatap Beomgyu di luar sana, seketika menoleh ke belakang. Kedua matanya membulat sempurna tatkala melihat Chaeryeong sudah berdiri di samping rak buku belakang sambil melipat tangan di dada.

Chaeryeong berjalan mendekat lalu duduk tepat di samping Ryujin. Sementara Ryujin masih tak bersuara dan dalam rasa keterkejutannya.

"Sejak kapan?" Chaeryeong menatap lekat kedua manik Ryujin. Namun bukan untuk menuntut jawaban melainkan memberi kesempatan sahabatnya itu untuk bercerita sendiri.

Ryujin mengalihkan pandangannya dari Chaeryeong. Kedua jarinya saling bertautan, mengekspresikan kekhawatirannya. Ini adalah kali pertama Ryujin memiliki perasaan mendalam terhadap seorang laki-laki. Jadi gadis itu sedikit khawatir dengan pendapat orang lain termasuk sahabatnya sendiri.

"Gue sebenernya udah ngira sebelumnya. Dari cara lo natap Beomgyu, dari sikap lo kalau ada Beomgyu, dari pipi lo yang tiba-tiba suka merah kalau Beomgyu ngedeketin lo, gue tau, Ryujin."

𝐿𝑜𝓋𝑒 𝐼𝓈 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang