***
Berkat sebuah panggilan dari Lalisa Jung, delapan sejoli yang beberapa tahun lalu berteman sangat akrab kini bertemu kembali. Mereka berada di negara yang sama, saling menyimpan nomor telpon masing-masing, bahkan walaupun Jennie, Rose, Donghyuk dan Lisa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di luar negri mereka tentu berkemampuan untuk bertemu. Sudah berkali-kali kedelapan orang itu mengatur waktu untuk bisa bertemu, berdelapan seperti sebuah reuni kecil, Donghyuk bahkan bersedia membiayai seluruh kebutuhan pertemuan itu, namun ada saja alasan untuk menggagalkan rencana mereka. Mulai dari jadwal yang tidak bisa di tunda, sakit sampai hampir mati di kejar waktu tenggat.
Namun ternyata, sebuah panggilan tiba-tiba yang tanpa rencana justru berhasil mengumpulkan mereka berdelapan di apartement baru Lisa. Dengan Bobby yang membawa sushi mahal, Donghyuk membawa dua botol wine, Jennie dengan tiga kotak ayam goreng, Rose membawakan dua kotak salad, June dengan beernya, dan Hanbin yang membawakan beberapa kotak pizza.
"Semuanya makanan kesukaan Lisa," komentar Jisoo setelah melihat lantai yang ada di bawah sofanya penuh dengan makanan. Bahkan ketika si anak konglomerat, penulis terkenal sampai model terkenal duduk di atas lantai itu bersama makanan-makanannya, Jisoo tetap berbaring di sofa, enggan membagi tempat dengan siapapun.
"Lisa-ya," panggil Donghyuk, sementara Lisa, Rose, Bobby dan Hanbin tengah berdiri di balkon– merokok. "Bisakah kau memberi Jisoo selimut? Aku bisa melihat selangkangannya dari sini dan itu sangat mengganggu,"
"Kenapa? Aku mengganggu adik kecilmu, Dongie?" ledek Jisoo yang justru menarik lepas cardigannya, membuatnya hanya memakai sebuah piyama sutra super pendek dan sebuah celana dalam yang warnanya mirip dengan warna kulit Jisoo.
"Ada dua kamar kosong disini, kalian boleh memakainya," jawab Lisa yang kemudian terkekeh bersama Rose.
"Bukannya Dongie tadi ada di hotel bersama seorang gadis? Kau berpura-pura tidak melihatku tadi," tambah Rose. "Kau belum puas?"
"Bagaimana denganmu, Rosie? Kau sudah puas?" celetuk Bobby di susul sebuah remasan kecil di bokong Rose. Membuat si gadis menepuk pelan tangan Bobby dan menjauhkan tangan itu dari tubuhnya.
"Ya! Aku belum selesai tadi!" protes Rose. "Kalau kau tidak mau membantu, jangan menggangguku,"
"Sepertinya ada yang bergetar di selangkangan Rose, apa yang kau masukan kedalam sana, Rosie?" canda Jennie. Gadis itu tidak benar-benar memperhatikan pakaian Rose– sebuah rok berbahan jeans selutut dengan kaos oversize yang ujung-ujungannya dimasukan kedalam roknya– namun sepertinya Rose justru tertangkap basah.
"Apa kelihatan- heish sial-" umpat chef yang terkenal sangat lugu itu ketika ia menyadari ia baru saja salah bicara. Ketika ia baru saja menyadari kalau ia masuk ke jebakan Jennie.
"Aah... Rosie butuh bantuan heum?" ledek Bobby sekali lagi– yang lagi-lagi meremas bokong Rose, membuat Rose benar-benar kesal dan melangkah kesal, menjauhi Bobby kemudian masuk kedalam kamar mandi. "Rosie-ya... Kau ingin aku menyusul kesana?" teriak Bobby tepat setelah pintu kamar mandi Lisa di geser sampai tertutup oleh Rose.
"Satu!" seru Donghyuk secara tiba-tiba.
"Dua!" susul Hanbin dan Bobby secara bersamaan.
"Kalian berdua tersingkir," jelas Jennie di susul Donghyuk dan June yang kemudian beradu suit. Lisa benar-benar tidak merencanakannya, gadis itu hanya mengundang teman-temannya dan semua permainan disana terjadi begitu saja, secara spontan. Lisa bahkan tidak pernah membayangkan kalau empat pria disana akan bersaing untuk membantu Rose di kamar mandi.
"Kau dengan Jisoo saja," komentar June yang sejak tadi hanya meminum beer dan wine di depannya sembari menertawakan candaan teman-temannya. June lantas bangkit setelah mengalahkan Donghyuk di adu suit mereka, pria itu berjalan kekamar mandi untuk membantu Rose. "Aku akan menyenangkan pelacur kita dulu,"
"Pelacur? Ya! Koo June!" bentak Lisa setelah ia mendengar ucapan June barusan. "Pelacur? Bukankah kau terlalu kasar?! Apa kau sakit mental atau sejenisnya?! Tidak ada wanita yang pantas di sebut pelacur! Kau penulis kenapa kau tidak bisa menjaga mulutmu?! Menyebalkan!" marah Lisa yang kemudian berjalan ke kamar utama di sebelah ruang pakaiannya. Sebutan pelacur sedikit sensitif untuknya selama beberapa jam terakhir ini.
"Ada apa dengannya?" tanya June, sedikit terkejut dengan ucapan Lisa, pasalnya Roseanne Park, chef mereka yang hanya lugu di depan publik tidak pernah keberatan setiap kali di sebut pelacur oleh teman-temannya.
"Harinya sedang buruk," ucap Bobby sengaja mencari-cari alasan. "Aku akan bicara dengannya, kau bersenang-senang saja dengan Rose tapi jangan berisik,"
"Bermainlah di rumahku, rumahku kosong," suruh Jisoo yang kemudian mengajak teman-temannya pergi ke rumahnya, memberi waktu pada Bobby untuk bicara berdua dengan Lisa. "Dia seperti mayat hidup ketika pulang tadi, mungkin pertemuannya dengan Seunghyun oppa di rumah sakit tidak berjalan lancar hari ini," bisik Jisoo sebelum Bobby menghampiri kamar Lisa.
"Dia bertemu dengan Seunghyun oppa?" tanya Jennie, ikut berbisik karena khawatir Lisa dapat mendengarnya.
"Ku ceritakan di rumahku, ayo, gendong aku," ajak Jisoo yang kemudian mengulurkan tangannya, meminta Donghyuk serta Hanbin untuk membawa tubuhnya pulang ke rumah.
Sementara enam lainnya pergi ke rumah Jisoo, Bobby mematikan rokoknya kemudian menghampiri Lisa di dalam kamarnya. Lisa tengah duduk di lantai, bersandar pada ranjangnya ketika Bobby masuk dengan sekaleng beer di tangannya.
"Ada apa?" tanya Bobby, sembari menjatuhkan tubuhnya di sebelah Lisa dan memberikan beer yang di bawanya pada Lisa. "Kenapa kau terlihat kesal?"
"Bobby,"
"Hm?"
"Apa kau ingat hari ulangtahunku 10 tahun lalu? Kau dan yang lainnya ingin memberiku sebuah kejutan, tapi aku tidak pernah datang ke pesta kejutan itu, sampai kalian semua marah,"
"Tentu saja aku mengingatnya," jawab Bobby disusul Lisa yang kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Bobby. "Tapi dalam ingatanku, kami tidak marah padamu. Kami hanya khawatir karena kau tidak juga datang ke pestanya. Malam itu... Tidak satupun dari kami yang tahu kalau kau terlibat kecelakaan,"
"Lalu kemudian kau menemukanku di rumah sakit," gumam Lisa dan Bobby hanya menganggukan kepalanya. Ya, Bobby ingat ketika ia menemukan Lisa di atap rumah sakit. Malam itu, Bobby langsung datang ke rumah sakit begitu ibunya mengatakan kalau Lisa dan keluarganya terlibat kecelakaan. Setibanya di rumah sakit, Bobby dan orangtuanya mendapat kabar kalau orangtua Lisa meninggal. Di tengah kekacauan itu, Lisa menghilang dan Bobby menemukannya di atap rumah sakit. Tanpa Lisa perlu mengatakan apapun, saat itu Bobby tahu kalau Lisa ingin pergi bersama orangtuanya juga. Tanpa perlu Lisa menjelaskannya, Bobby tahu kalau saat itu Lisa ingin melompat dan mati menyusul kedua orangtuanya. "Saat itu, aku merasa sangat takut... Aku ingin mati dan pergi bersama orangtuaku, tapi aku terlalu takut untuk jatuh," ucap Lisa, untuk pertama kalinya setelah sepuluh tahun mereka menghindari topik itu.
Lisa tidak langsung melanjutkan ceritanya, gadis itu meneguk beer yang Bobby berikan untuknya sementara Bobby sendiri tetap diam menunggu Lisa melanjutkan ceritanya. "Saat itu, ada seorang pria yang menyelamatkanku. Pria itu menyelamatkan hidupku hanya dengan beberapa kata darinya. Katanya hidup ini lucu,"
"Siapa?"
"Hm?"
"Pria yang menyelamatkanmu, siapa dia?"
"Dia hanya... Seorang pria hebat. Ku pikir begitu," jawab Lisa. "Sekarang dia sangat kasar. Walaupun aku tahu dia sakit dan sekarang dia menjadi salah satu pasienku. Tapi mendengarnya bicara dengan sangat kasar, membuatku benar-benar terluka,"
"Pria yang dulu menyelamatkanmu, sekarang menjadi pasienmu? Sakit apa dia? Parah?"
"Lobus frontalnya menyusut, tempramennya buruk, dia tidak mampu berempati dan sangat kasar, dia manipulatif dan impulsif, kau pasti tidak mengerti,"
"Adakah istilah dari penyakitnya yang bisa ku pahami?"
"Bajingan gila, psikopat,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.