***
Seunghyun marah, karena Lisa tidak memberitahunya mengenai penguntit itu. Seunghyun marah, karena Lisa memberitahu Jiyong namun tidak memberitahunya. Dan Seunghyun lebih marah lagi karena Jiyong membiarkan gadisnya terluka.
"Tuan Kwon sudah menolongku," ucap Lisa, yang menahan Seunghyun agar tetap duduk di kursinya. Keduanya kini berada di ruang kerja Seunghyun– di rumah pria itu. Kedatangan Lisa tentunya mengejutkan seisi rumah, namun nyonya rumah itu tidak dapat melakukan apapun selain membiarkan Lisa masuk dan menemui Seunghyun. Yuri yang mengusulkan permainan dua hari lalu dan ia kalah dalam permainannya sendiri, wanita beranak satu itu benar-benar kehilangan hak-nya untuk melarang Lisa menemui suaminya.
"Tapi kau terluka!" balas Seunghyun sembari memperhatikan wajah Lisa yang sudah lebih baik di banding dua hari lalu. Luka di wajahnya sudah mulai sembuh, begitu juga luka di kakinya. "Kenapa selama ini kau tidak mengatakan apapun padaku?"
"Oppa akan khawatir," jawab Lisa sembari berjalan menjauhi Seunghyun, melirik ke arah pintu dimana Yuri baru saja mengetuk pintu. "Kita harus menyembunyikan hubungan ini, jadi aku tidak bisa membiarkanmu mengkhawatirkanku, oppa pasti belum lupa alasanmu memperkerjakanku di sini, di dekatmu,"
Yuri melangkah masuk sementara Lisa melihat-lihat buku di sebuah rak dalam ruang kerja tersebut. Ada banyak buku di sana dan Lisa sangat tahu kalau Yuri tidak pernah dan tidak akan pernah menyentuh buku-buku itu.
"Ke kiri dua langkah, buku barunya ada disana," ucap Seunghyun sembari melirik Yuri yang datang dengan wajah kesal kemudian menaruh dua cangkir teh hangat di atas meja kerja Seunghyun. Wanita itu kesal karena Lisa menginjak-injak harga dirinya di rumahnya sendiri. Wanita itu juga sedikit bersyukur karena tidak melihat adegan mesra apapun di dalam ruang kerja Jiyong.
"Camilan-"
"Tidak perlu, tinggalkan kami berdua," potong Seunghyun yang tentu saja sempat marah karena taruhan konyol Yuri.
Seunghyun sempat marah karena taruhan tersebut membuat Lisa yang tidak bisa bermain tennis jatuh dan terluka. Seunghyun juga sempat marah karena Yuri merencanakan sesuatu yang licik terhadap Lisa.
"Eonni, aku dan Seunghyun oppa sudah membuat keputusan," ucap Lisa, menyela Yuri yang hendak membuka mulutnya. "Kami tidak akan memamerkan hubungan kami, kami akan berkencan secara diam-diam seperti sebelumnya saja,"
"Kenapa-"
"Jangan bertanya, aku juga sedang tidak meminta izinmu," potong Seunghyun yang lantas menghampiri Lisa untuk menunjukan sebuah buku baru padanya. "Aku hanya memberitahumu agar kau berhati-hati saat bersikap,"
"Jangan bersikap bodoh seperti kemarin lagi, eonni," ucap Lisa yang kemudian membuka buku pemberian Seunghyun dan terkekeh karenanya, terkekeh karena isi buku tersebut. "Mungkin kau harus rela bercerai kalau-"
"Dia marah," ucap Seunghyun begitu ucapan Lisa di potong oleh sebuah suara pintu yang dibanting. Yuri marah, tentu saja marah melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain bahkan memberi wanita itu sebuah hadiah berupa tiket konser. "Setelah ini akan menangis dan menelpon sepupunya,"
"Jiy- Tuan Kwon?" tanya Lisa dan Seunghyun menganggukan kepalanya. "Setelah itu apa yang Tuan Kwon lakukan padamu? Dia memarahimu?"
"Tidak, dia tidak melakukan apapun. Memberitahuku saja tidak," jawab Seunghyun. "Dia hanya memberi Yuri saran-saran bodoh seperti taruhannya kemarin,"
"Taruhan bodoh? Oh ayolah oppa... Aku sangat senang karena memenangkan taruhan bodoh itu," protes Lisa sembari mengalungkan tangannya ke leher Seunghyun. "Aku bisa bebas keluar masuk rumahmu, atau bahkan tidur dikamarmu sekarang. Ingin merasakan tidur diantara dua wanita malam ini?"
"Ah... Kau ingin tidur bersama Yuri? Tapi bagaimana ya? Sejak menikah kami tidak pernah tidur bersama,"
"Kalian tidur terpisah? Dikamar masing-masing?" tanya Lisa dan Seunghyun menganggukan kepalanya. "Berarti selama ini oppa adalah suami yang kesepian heum? Tidak ada yang memelukmu di malam hari? Wah... Haruskah aku tinggal disini saja bersamamu?" lanjutnya sembari mengusap-usap bagian belakang leher Seunghyun. Mendekatkan wajah cantiknya pada wajah keras Seunghyun, hendak mencium pria itu namun tidak benar-benar menempelkan bibir mereka.
Seunghyun lantas mendorong Lisa ke rak buku, memerangkap tubuh gadis itu diantara tubuhnya dan rak buku kemudian memamerkan senyum tipisnya. Nafas keduanya memburu, degup jantung mereka semakin cepat dan sebuah ciuman yang memabukan tidak dapat terelakan.
"Aku benar-benar senang bisa melihatmu disini," bisik Seunghyun sementara gadis di depannya tengah sibuk menyapu leher Seunghyun dengan bibirnya.
"Foto pernikahan yang oppa tutup di dinding itu... Bagaimana kalau oppa menggantinya dengan fotoku?" balas Lisa sebelum ia kembali menaikan wajahnya dan kembali meraup bibir Seunghyun dengan miliknya. Ciuman panas yang kedua kembali terjadi, suara dari pergulatan lidah dan bibir mereka memenuhi ruang kerja itu. Ciuman yang diiringi suara isak tangis dari ruangan sebelah benar-benar terasa sangat memabukan untuk Lisa.
Di jam makan malam, setelah mereka menyelesaikan dua permainan panas mereka, Seunghyun meminta Lisa menunggu sebentar– sebelum mereka berangkat untuk menonton sebuah konser musik.
"Aku akan mandi sebentar, mengantarmu untuk pulang berganti pakaian lalu makan malam dan kita bisa menonton konsernya setelah itu," jelas Seunghyun sembari memakai kembali pakaiannya dan bangkit dari sofa tempatnya bermain beberapa menit yang lalu. Mereka bermain di ruang kerja Seunghyun, di atas sofa yang biasanya Yuri duduki ketika ia ingin mengobrol dengan Seunghyun.
"Ramyun dan kimbab? Atau tteokboki?" tanya Lisa dan Seunghyun meminta keduanya. Di New York, semua makanan itu adalah menu yang sangat langka bagi mereka. Keduanya hanya bisa menikmati menu itu ketika Seunghyun pulang dan membawa beberapa bungkus ramyun serta tteokboki instan di kopernya.
Di luar, ketika Seunghyun hendak berjalan ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian, Yuri menghentikan langkahnya. Yuri menawarkan makan malam untuk mereka bertiga.
"Apa yang harus ku siapkan? Steak dan wine kesukaanmu? Atau pasta? Aku ingin pasta,"
"Kalau begitu makan saja pasta, aku dan Lisa akan makan diluar,"
"Kau sudah menghabiskan banyak waktu dengannya, hari ini kau cuti kerja hanya karena wanita itu akan datang? Kau tidak ingat pada anak-"
"Kau yang membuatnya berani datang kesini, kau menyesal sekarang? Karena itu kukatakan padamu untuk tidak mendengarkan sepupumu itu," jawab Seunghyun yang kemudian berlalu meninggalkan Yuri. Membuat Yuri berteriak marah dan membangunkan anak mereka– namun tidak membuat Seunghyun menghentikan aktivitasnya.
"Berapa banyak yang kau inginkan?" tanya Yuri yang kemudian masuk ke dalam ruang kerja Seunghyun dan berdiri di depan Lisa yang tengah bicara di telepon.
"Oppa, sebentar, aku harus bicara dengan orang lain sekarang," ucap Lisa yang kemudian menurunkan handphone di telinganya tanpa mematikan panggilan disana. "Apa maksudmu, eonni?"
"Berapa banyak yang kau inginkan? Aku akan memberikan semuanya tapi jangan datang kesini lagi, jangan menemui suamiku lagi,"
"Eonni... Apa kau lupa? Kalau kau kalah taruhan? Aku memenangkan permainan tennis kemarin,"
"10.000 dollar, apa itu cukup?"
"Apa yang harus ku lakukan untuk 10.000 dollar itu?"
"Berhenti menemui suamiku," jawab Yuri dengan sangat tegas, terdengar sangat serius dengan ucapannya, terdengar sangat marah karena Lisa berani-beraninya datang dan bercinta dengan suaminya didepan dirinya. "10.000 dollar ditambah sebuah apartemen di luar kota, aku akan memberikannya sekarang juga kalau kau setuju,"
"Oppa," ucap Lisa, kemudian kembali bicara pada seseorang yang ditelponnya. "Ada seseorang yang ingin membeli harga diriku sebanyak 10.000 dollar, bagaimana ini?"
"Jangan menjual harga dirimu padanya," jawab seorang pria yang Lisa telpon tersebut– Jiyong. "Jual saja padaku, akan ku bayar 100.000 dollar,"
"Uhm... Baiklah," ucap Lisa sembari menganggukan kepalanya. "Maaf, aku tidak bisa menjual cintaku. Saat ini Seunghyun oppa, bernilai lebih dari 100.000 dollar untukku,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.