***
Lisa membuka matanya, menatap jam dinding di kamarnya dan menemukan angka 3 disana. Baru satu jam ia terlelap- dalam keadaan telanjang. Dan untuk kali pertama- setelah beberapa hari terakhir ia bergantung pada obat tidur- tidurnya kali ini benar-benar nyenyak, walaupun hanya satu jam. Mungkin karena ia benar-benar lelah setelah melayani pasiennya selama beberapa jam- tanpa jeda.
Jiyong benar-benar psikopat, pikir Lisa. Namun sedikit demi sedikit, Lisa mengakui kalau ia mulai terhipnotis oleh ucapan pria itu. "Merebut suami orang lain memang salah, tapi aku mencintainya. Lalu kenapa kalau itu salah? Aku menyukainya, aku menyukai pria itu," gumamnya sembari menarik selimut sampai ke bahunya, melindungi tubuhnya dari hembusan angin pendingin ruangannya. "Jangan membenci dirimu sendiri Lisa, merebut suami orang lain memang salah, tapi seseorang sudah melakukannya lebih dulu padamu," lanjutnya sampai ia menyadari kalau Jiyong tidak di dalam kamarnya.
Rasa takut lantas menyerangnya. Bagaimana kalau Jiyong pergi saat ia tidur dan Chanyeol datang? Dengan terburu-buru gadis itu memakai pakaian dalamnya dan berlari keluar dari kamarnya- mencari Jiyong.
Lisa menghela lega nafasnya, begitu melihat Jiyong berbaring di sofanya. Bersyukur karena pria itu masih ada disana menjaganya- walaupun Jiyong tidak sudi mengakuinya. Melihat Jiyong tidur disana, Lisa lantas masuk kembali kedalam kamarnya, mengambil selembar selimut untuk Jiyong.
"Kau beruntung sekali... Sebagian manusia menghabiskan waktunya untuk merasakan emosi, tapi kau tidak perlu repot-repot melakukannya dan bisa fokus pada hidupmu sendiri," bisik Lisa sembari memasang selimut di atas tubuh Jiyong- yang hanya memakai celana panjangnya.
"Aku bisa mendengarmu," balas Jiyong, tanpa membuka matanya, membuat Lisa sedikit terkejut kemudian jatuh terduduk di atas karpet karena tersandung kakinya sendiri. "Tutup kakimu kalau kau tidak sedang meminta ditiduri lagi,"
"Tu- oppa tidak tidur?" gugup Lisa yang lantas merubah posisinya- duduk sembari melipat kedua kakinya ke satu arah yang sama, memastikan selangkangannya tidak terlihat oleh Jiyong yang berbaring di sofa dengan mata terbuka. Lisa pun meraih jas Jiyong yang di biarkan begitu saja di atas karpetnya, ia memakai jas tersebut untuk menutupi tubuh bagian atas dan sedikit pahanya. Seharusnya ia berpakaian saat keluar dari kamar tadi, ia tidak menduga kalau Jiyong masih bangun.
"Aku sedang mencoba untuk tidur," jawab Jiyong, sama sekali tidak merubah posisinya.
"Tidurlah di kamarku- maksudku kamar itu-" ucap Lisa sembari menunjuk kamar di belakang sofa, kamar tamu yang tidak pernah kedatangan tamu.
"Kamarnya terlalu sempit," jawab Jiyong membuat Lisa merasa bersalah. Tentu saja orang sekaya Jiyong tidak akan merasa nyaman di rumah sesempit miliknya.
"Maaf-"
"Maafmu tidak akan membuat rumah ini menjadi luas,"
"Apa- apa yang harus ku lakukan agar kau bisa tidur- maksudku bagaimana kalau coklat hangat?" tawar Lisa berusaha membuat tamunya merasa lebih nyaman- apapun yang dirasa dapat membuat Jiyong tetap berada di rumahnya.
"Siapkan tempat tidur disini-"
"Ya? Bagaimana? Aku harus mengangkat ranjangnya kesini?" tanya Lisa, dengan kepala yang sibuk membayangkan cara menarik ranjang kayu di kamarnya ke ruang tengah.
"Matras, selimut tebal atau sleeping bag, apapun yang kau punya bawa kesini, taruh di atas karpetmu, singkirkan meja kacamu itu. Kenapa juga aku harus menjelaskan hal seperti itu padamu? Kau bodoh?"
"Ah! Baiklah!" seru Lisa yang lantas bangkit, berlari kecil kedalam kamarnya untuk mengambil sebuah selimut paling tebal yang di milikinya. Gadis itu mendorong meja kaca barunya sampai ke dalam ruang ganti kemudian memasang selimut miliknya di atas karpet dan menaruh dua buah bantal di atas tempat tidur darurat yang disiapkannya. "Oppa, sudah-"
"Matikan lampunya, pergi kekamarmu, aku tidak ingin tidur denganmu," potong Jiyong yang kemudian berbaring di atas selimut tebal itu dan melempar satu bantal ke arah pintu kamar Lisa. Beberapa waktu lalu pria itu meniduri Lisa seakan sangat menginginkan gadis itu tapi sekarang dia mengusir Lisa dari ruang tengah rumahnya sendiri.
Lisa kembali ke dalam kamarnya, kembali tidur namun beberapa jam kemudian ia kembali dibangunkan oleh suara bel pintu rumahnya. Kali ini Lisa ingat untuk memakai pakaiannya- sebuah piyama dengan kemeja dan celana satin. Gadis itu keluar dari kamarnya dipukul 6 pagi karena seseorang yang menekan bel pintu rumahnya. Di luar, Jiyong masih terlelap. Tidak terlihat begitu nyenyak namun tidak bangun ketika Lisa membukakan pintu untuk tamunya- Sekretaris Song.
"Dimana Tuan Kwon?" tanya Mino ketika Lisa tidak membiarkannya masuk dan mengganggu Jiyong yang masih tidur.
"Masih tidur, ada apa?" tanya Lisa yang sama sekali tidak menduga kalau Sekretaris Song akan datang sepagi ini. "Dia tidak bisa tidur semalam jadi- jam berapa jadwalnya hari ini? Tidak bisakah membiarkannya tidur lebih lama?"
"Semalam Tuan Kwon memintaku datang untuk mengantarkan pakaian dan mobilnya, mobilnya ada di tempat parkir di depan gedung," ucap Mino sembari mengulurkan sebuah tas kertas serta kunci mobil pada Lisa. "Jadwalnya dimulai jam 10 nanti, meeting di kantor, jadi dia bisa tidur lebih lama. Tapi kenapa Tuan Kwon tidak bisa tidur?"
"Baiklah, aku akan memberitahunya nanti," jawab Lisa sembari menoleh ke kanan dan kiri, memastikan kalau Chanyeol tidak ada di lorong apartemennya itu. "Tapi apakah Tuan Kwon juga mengidap Claustrophobia? Gangguan itu tidak tertulis di catatan kesehatannya,"
"Kalau begitu dia seharusnya tidak akan bisa naik lift," jawab Mino sembari menaikan bahunya. "Tuan Kwon tidak bisa tidur karena kamarnya sempit? Rasanya Tuan Kwon tidak mengidap Claustrophobia, dia hanya tidak merasa nyaman di ruangan yang sempit. Tidak bisa tidur dan sedikit risau. Mungkin karena sudah terbiasa tinggal di ruangan yang besar dan mewah,"
Lisa mengiyakan ucapan Mino, mungkin ia harus mengetes sendiri gangguan Claustrophobia itu, jawaban Mino tidak seberapa memuaskan untuknya. Mino tidak berlama-lama disana, setelah Lisa menerima pakaian dan kunci mobil milik Jiyong, Sekretaris Song pergi meninggalkan apartemen itu.
Bersamaan dengan Mino yang masuk ke dalam lift, pintu apartemen di depan apartemen Lisa terbuka dan Jisoo keluar dari sana- masih sembari mengenakan piyama seksinya.
"Siapa pria itu?" tanya Jisoo sembari mencoba melihat ke lift namun tidak menemukan apapun disana, sosok Mino sudah terhalangi oleh pintu lift yang tertutup. "Kau sudah tidak mengencani Seunghyun oppa? Baguslah... Akhirnya kau sadar kalau mengencani suami orang lain itu tidak baik, lain kali kenalkan kekasihmu itu pada kami, oke? Kami harus memastikan dia pria yang baik atau tidak untukmu," ucap Jisoo, sembari mengusap rambut Lisa dengan sangat lembut, seperti seorang ibu yang tengah memuji hasil ujian putrinya.
"Kenapa?" sinis Lisa, yang justru tersinggung dengan ucapan Jisoo. "Kenapa kau peduli dengan siapa pria yang ku kencani? Apa yang kau tahu tentang baik tidaknya pria untukku?"
***
Gimana karakter Jiyong sama Lisanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.