26

1.7K 311 31
                                    

***

"Kau jadi sangat banyak bicara," komentar Jiyong karena gadis di hadapannya itu tidak juga berhenti mengulang cerita kemenangannya. Lisa senang, sangat senang karena dapat mengalahkan Yuri. Kekalahan itu pasti menjadi sebuah tamparan yang luar biasa keras untuk Yuri. Pemain profesional dikalahkan seorang gadis amatir yang sedikit gila.

"Hehe maaf," jawab Lisa. "Aku sedang sangat senang. Tidak bisa menahan diri,"

Jiyong hanya tersenyum, namun kemudian handphonenya bergetar dan itu adalah panggilan dari Yuri. Jiyong melirik Lisa, yang tengah asik memotong daging di depannya sembari tersenyum.

"Kenapa tidak diangkat?" tanya Lisa sama sekali tidak peduli dengan siapa yang menelpon Jiyong itu.

"Tentu saja harus diangkat," jawab Jiyong yang kemudian menjawab panggilan tersebut. "Hm? Yuri-ah, ada apa?"

"Oppa, bagaimana ini? Aku kalah... Padahal kau sudah membantuku,"

"Bagaimana lagi? Kau sudah kalah, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang,"

"Kau akan membiarkan mereka berkencan? Kau tidak keberatan kekasihmu berkencan dengan Seunghyun oppa? Bagaimana kita bisa membiarkannya begitu saja? Aku tidak-"

"Yuri-ah... Kau bersedia memohon pada Lisa untuk tidak mendekati suamimu?"

"Tidak!" jawab Yuri, berteriak dengan cukup keras sampai-sampai Jiyong harus menjauhkan handphone itu dari telinganya. Sedangkan Lisa? Terkekeh karena mendengar ucapan Jiyong tadi. Gadis itu kini menikmati reaksi marah yang Yuri tunjukan. Mungkin seperti ini perasaan Jiyong ketika melihat seseorang kesal karenanya, menyenangkan, pikir Lisa.

"Lalu bagaimana?"

"Tidak bisakah oppa melakukan sesuatu? Seperti yang oppa lakukan pada Sandara eonni?"

"Apa yang ku lakukan pada Sandara?" tanya Jiyong yang lantas mematikan panggilan tersebut secara sepihak. Suara pria itu terdengar marah bagi Yuri dan Lisa, namun Lisa tidak menanyakan apapun sampai Jiyong membuka mulutnya. "Apa yang ingin kau tanyakan? Terlihat sangat jelas di wajahmu kalau kau ingin mengetahui sesuatu,"

"Apa yang kau lakukan sampai Sekretaris Song kehilangan izin prakteknya?" tanya Lisa membuat sebelah alis Jiyong terangkat. "Tuan Kwon, anda benar-benar bermasalah, aku yakin Sekretaris Song mengetahui sesuatu, apa yang kau lakukan padanya sampai dia mau tutup mulut dan menjadi Sekretarismu?"

"Sebelum menanyakan masalah itu, bukankah kau seharusnya menanyakan hal lainnya?" tanya Jiyong dan Lisa menaikan bahunya.

"Kau tidak akan menjawabnya," jawab Lisa. "Bukan hanya anda yang mempelajariku Tuan, aku juga harus mempelajarimu untuk menulis laporanku, aku bahkan punya satu buku khusus untuk mencatat semua ucapanmu, mau lihat?"

"Apa yang kau tulis?"

"Kwon Jiyong, pria gila paling menyebalkan yang pernah muncul di depanku," jawab Lisa dan Jiyong hanya menaikan sebelah alisnya, dengan sebelah tangan yang tengah mematikan handphonenya– menghindari panggilan menyebalkan dari Yuri. "Hehe... Kau marah?"

"Kau sudah banyak belajar," ucap Jiyong membuat Lisa kembali tersenyum namun senyum itu tidak bertahan lama karena raut wajah Jiyong yang terlalu datar hingga tidak dapat Lisa artikan. Lisa khawatir Jiyong akan marah.

"Oppa, kau marah?"

"Kau sudah selesai makan?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kalau begitu, pergilah ke mobil lebih dulu, ada seseorang yang harus ku temui disini," ucap Jiyong sembari mengusap lembut pipi Lisa dan menyuruh gadis itu untuk segera bangkit.

Joker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang