09

2.2K 341 13
                                    

***

Dengan pakaian khusus golf yang dimilikinya, Lisa datang ke alamat lokasi pertemuan yang Sekretaris Song kirimkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan pakaian khusus golf yang dimilikinya, Lisa datang ke alamat lokasi pertemuan yang Sekretaris Song kirimkan. Sebuah lapangan golf mewah khusus para konglomerat yang ada di tengah kota. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai, sebuah kaos olahraga pas badan berwarna merah muda serta rok biru yang menutupi celana pendek ketat dibaliknya, juga sepatu kets putih kesukaannya. Sebuah tas olahraga berisi beberapa berkas, baju ganti dan dompet ia jinjing menghampiri Jiyong dan Sekretarisnya di ujung tempat pemanasan.

 Sebuah tas olahraga berisi beberapa berkas, baju ganti dan dompet ia jinjing menghampiri Jiyong dan Sekretarisnya di ujung tempat pemanasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiyong tengah duduk di sofa ketika Lisa sampai di pintu dan mencari pria itu. Ada lebih dari sepuluh set tempat berlatih untuk para pemain golf sebelum mereka turun ke lapangan golf yang sebenarnya. Satu set tempat latihan terdiri dari sebuah karpet rumput persegi, sebuah lemari penyimpanan dengan sembilan loker berkunci, dua buah sofa single serta sebuah meja. Tempat latihan itu di bangun sebagai fasilitas untuk para pemain golf agar dapat melakukan pemanasan lebih dulu– sembari menunggu teman bermain mereka datang. Untuk sampai ke tempat Jiyong, di paling ujung bangunan, Lisa perlu berjalan melewati sembilan set tempat latihan. Namun, di set latihan nomer sembilan, seorang pelayan tidak sengaja menabrak Lisa. Nampan berisi air mineral dingin serta kentang goreng dan saus yang dibawa pelayan tersebut jatuh mengenai rok dan sepatu Lisa. Namun bukan disana masalahnya, Lisa jatuh kemudian menabrak seorang Caddy seksi dan seorang pemain golf yang tengah berlatih bersama caddy-nya.

Kepala Lisa belum merespon, karena ia jatuh terduduk di sebelah kaki si Caddy seksi dan membuat pukulan si pemain golf yang seharusnya menjadi pukulan sempurna jadi gagal. Di set latihan nomor sembilan itu, ada dua pasang caddy dan pemain golfnya yang sedang bertaruh dan sepertinya jatuhnya Lisa membuat salah satu dari dua pasangan itu kalah. Lisa hendak bangkit untuk berdiri, sementara si pelayan sibuk meminta maaf namun si pemain golf yang kalah karena tersenggol justru melempar stick golfnya ke arah Lisa– membuat besi keras itu menghantam lengan Lisa.

"Ya! Lee Taeyong! Apa yang kau lakukan?!" tegur seorang temannya– ketika pemain golf bernama Lee Taeyong itu melempar stick golfnya ke arah Lisa.

Lisa sebelumnya tidak sadar, kalau ia baru saja membuat masalah disana. Gadis itu pikir ia hanya terdorong seorang pelayan sampai sampai jatuh. Lisa sudah berniat memaafkan si pelayan dan hendak bangkit– sama sekali tidak berniat memperumit keadaan disana. Namun belum sampai ia berdiri dengan tegak dan membersihkan roknya, sebuah stick golf sudah lebih dulu terlempar ke arah.

"Ya! Kau caddy baru disini?!" marah Lee Taeyong kemudian. Tidak memberi Lisa kesempatan untuk berfikir dan membaca situasi disana. "Ya! Siapa namamu?! Kau harus membayarnya! Karena mu aku kalah taruhan!"

"Taeyong-ah hentikan," bujuk temannya namun Taeyong tidak ingin mendengarkannya. Sampai tanpa memberi kesempatan bagi Lisa untuk membuka mulutnya, sebuah stick golf sudah di arahkan tepat ke kepala Taeyong. Semua orang membeku disana, ketika seorang pria menodongkan stick golf miliknya ke kepala Taeyong. Pria itulah yang menjadi alasan bagi teman Taeyong untuk membujuk Taeyong agar diam dan menutup mulutnya. Pria itu jugalah yang menjadi alasan dua Caddy disana memilih untuk menutup mulutnya. Dan tentu saja pria itu Kwon Jiyong.

"Tuan Kwon-" ucap Lisa, bersamaan dengan Taeyong dan temannya.

"Kenapa kau melempar stick golfmu padanya?" tanya Jiyong, sembari mengetuk-ngetuk ujung bulat stick golfnya ke pelipis Taeyong. Tidak keras, namun sangat mengintimidasi. Tidak ada yang berani menghentikan Jiyong disana, karena tempat itu miliknya dan seharusnya Taeyong serta temannya mengetahui itu.

"Caddy sialan itu- akh!" pekik Taeyong, Jiyong membungkam mulut pria itu dengan sebuah pukulan keras di bagian samping lutut Taeyong.

"Berani sekali kau menyebut gadisku seperti itu. Kau mau mati? Atau ingin perusahaan orangtuamu bangkrut? Katakan saja, aku bisa mengabulkannya dengan mudah," ucap Jiyong yang kemudian melempar stick golfnya ke arah Taeyong. Tidak sampai mengenai Taeyong tapi cukup untuk membuat Taeyong menghindar. "Bereskan masalah ini, aku sudah tidak ingin bermain lagi," ucap Jiyong pada Sekretarisnya sebelum kemudian pria itu meraih tangan Lisa dan menariknya pergi.

"Tuan Kwon, maafkan aku," tahan seorang pria, teman Taeyong. Pria itu berdiri di depan Jiyong dan Lisa, membuat kedua orang itu harus berhenti dan mendengarkannya. "Nyonya, maafkan aku, seharusnya aku-"

"Siapa kau?" tanya Jiyong kemudian. Memotong permohonan maaf tanpa dasar itu. Bukan teman Taeyong yang bersikap kasar pada Lisa, namun ia merasa bertanggung jawab karena hanya diam saat Taeyong melukai Lisa. "Ah... Mark Lee? Putra mantan Jaksa senior yang sekarang membuka firma hukum di gedungku? Ku dengar kau seorang pengacara sekarang,"

"Iya, tuan-"

"Kenapa tadi kau meminta maaf?" tanya Jiyong kemudian, yang lantas menyuruh Lisa untuk duduk di sebuah sofa dan menunggunya. Lisa sama sekali tidak bisa bicara karena ia masih terkejut melihat Jiyong memukul seorang aktor terkenal– Lee Taeyong. "Karena temanmu memukul gadisku? Kalau begitu, pukul dia," ucap Jiyong yang kemudian meraih sebuah stick golf dari sebuah tas yang ada di dekatnya. Stick golf itu mungkin milik Mark atau Taeyong, Jiyong tidak begitu peduli.

"Ya?"

"Kenapa? Tidak mau memukul temanmu sendiri? Tapi karena sikap temanmu itu, aku bisa mengusir appamu dari gedungku. Kau akan membiarkan bisnis appamu hancur karena temanmu?"

"Ji-" Lisa hendak menghentikan Jiyong, namun ucapannya tertahan karena Mark sudah lebih dulu memukul punggung Taeyong. Padahal Taeyong masih kesakitan karena pukulan Jiyong sebelumnya. Satu kali, dua kali, tiga kali Mark memukul Taeyong dengan sangat cepat, sementara Jiyong hanya menunjukan sedikit tawa meremehkannya.

Setelah menaiki lift, Jiyong dan Lisa berakhir di sebuah ruang tunggu yang lengkap dengan TV, sofa, meja, sebuah dispenser beserta beberapa minuman kemasan dan camilan.

"Tanganmu sakit?" tanya Jiyong kemudian setelah ia duduk di atas sebuah sofa, sembari memperhatikan Lisa yang tetap berdiri– Lisa tengah memperhatikan isi ruangan tersebut.

"Sedikit, tapi tidak apa-apa," jawab Lisa yang kemudian berjalan ke dekat jendela besar di salah satu bagian dinding. Jendelanya begitu besar juga bersih, yang memperlihatkan pemandangan hijau padang rumput khusus untuk golf. "Kau terlalu berlebihan-"

"Kenapa kau diam saja di perlakukan seperti itu?"

"Di perlakukan seperti apa? Pelayan itu tidak sengaja menabrakku dan dia sudah meminta maaf,"

"Kenapa kau membiarkannya melemparmu dengan stick golf. Kalau kau tahu itu bukan salahmu karena karena jatuh dan menabraknya, kenapa kau diam saja?"

"Aku tidak tahu, ada banyak sekali hal yang sedang ku pikirkan, aku tidak tahu kalau dia marah dan melemparku dengan stick golf sampai ahjussi- maksudku sampai kau datang dan bicara padanya," jawab Lisa, berbalik untuk memunggungi jendela besar di belakangnya dan menatap Jiyong yang duduk santai di sofanya. "Tapi kau terlalu berlebihan tadi... Kenapa kau menyuruhnya memukul temannya sendiri? Dia tidak melakukan apa-"

"Memang sedikit berlebihan tapi itu menghibur," potong Jiyong membuat Lisa membulatkan matanya tidak percaya. Pria di depannya benar-benar psikopat, pikir Lisa. "Kenapa kau menatapku begitu? Bukankah kau sudah tahu alasanku menjadikanmu psikiater pribadiku?"

***

Joker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang