***
Roda kopernya bergulir santai di lantai bandara. Tubuh indahnya di bungkus sebuah atasan hitam yang hanya menutupi bagian dadanya, dan kaki jenjangnya di tutupi celana panjang coklat. Hari ini rambutnya tidak sepanjang biasanya, namun gadis itu tetap terlihat sangat menawan– hingga membuat Ten dan temannya membeku di depan pintu kedatangan bandara.
"Apa yang kalian lihat?" tegur seorang pria yang berdiri tepat di belakang Lisa– Jiyong.
Jiyong pergi ke Jeju bersama Lisa karena Mino yang memaksanya– karena Mino khawatir Lisa akan menemukan kenyataan dari seluruh pembunuhan berantai yang tengah Ten selidiki.
"Ini Tuan Kwon Jiyong, temanku," ucap Lisa yang kemudian mengenalkan Jiyong pada Ten dan seorang pria yang belum Lisa kenal. "Dia datang untuk membantuku, mana berkas kasusnya?"
"Dan ini Detektif John Seo yang memimpin penyelidikan kasusnya," ucap Ten setelah ia memperkenalkan dirinya pada Jiyong.
"Dan salinan berkasnya?" tanya Lisa setelah ia tersenyum singkat pada Johnny. Perasaan gadis itu tidak terlihat begitu baik, hingga Ten langsung memberikan salinan dari berkas kasus yang telah ia siapkan sebelumnya.
"Moodmu sedang tidak bagus?" tanya Ten dan Lisa menganggukan kepalanya. "Ada apa?"
"Ya... Kau membawa mobilmu?" tanya Lisa dan Ten menganggukan kepalanya. "Pinjami aku mobilmu," paksa gadis itu membuat Ten menaikan sebelah alisnya namun tetap memberikan kunci mobilnya pada Lisa. Baik Ten, Johnny bahkan Jiyong tidak ada yang tahu alasan Lisa terlihat sangat kesal seperti sekarang. Ten berulang kali bertanya, namun Lisa tidak memberinya jawaban.
"Tidak ada, aku pergi duluan, nanti ku hubungi setelah membaca berkasnya," ucap Lisa yang kemudian menarik Jiyong meninggalkan Ten dan Johnny disana. Meninggalkan kesan yang buruk untuk Johnny dan rasa bingung untuk Ten.
Ten pikir Lisa masih bertengkar dengan kekasihnya karena panggilannya beberapa waktu lalu, sedangkan Johnny menilai Lisa sebagai gadis dengan perilaku yang buruk. Tidak ada yang bicara sampai akhirnya Lisa masuk ke kursi pengemudi dan meminta Jiyong duduk di sebelahnya. Namun dengan angkuh, Jiyong menolak duduk di sebelah Lisa dan memilih untuk duduk di kursi penumpang bagian belakang.
"Kau ingin bunuh diri?" tanya Jiyong, kerena Lisa mengemudi dengan sangat cepat, gadis itu sampai menekan klakson mobil berkali-kali hanya untuk menyuruh mobil di depan mereka menyingkir. Lisa marah, pikir Jiyong, namun pria itu tidak mengerti apa alasan Lisa sampai semarah sekarang. Pagi tadi Lisa baik-baik saja, pagi tadi Lisa masih tersenyum dan tertawa seakan hidupnya baik-baik saja. Namun begitu gadis itu bangun saat pesawat mendarat, senyumnya lenyap dan keceriaannya hilang.
Lisa mengabaikan Jiyong, sampai mobil yang dikendarainya masuk ke area sepi di pesisir pantai. Ada sebuah tebing tinggi di kiri jalan, dan bibir pantai dapat terlihat di kanan jalan. Ada sebuah hotel mewah di ujung jalannya, sebuah hotel milik seorang teman Lisa yang akan menjadi tempat tujuan mereka saat itu.
"Kurangi kecepatanmu, aku ingin melihat lautnya," pinta Jiyong dan seperti sebelum-sebelumnya Lisa mengabaikan ucapannya.
"Melihat laut?!" bentak Lisa seraya menepikan mobil itu tepat di sebelah tebing, terlalu mendadak hingga membuat bagian depan mobilnya sedikit lecet karena mengenai bebatuan tebing. "Dimana Park Chanyeol?" tanya Lisa sembari menoleh ke arah Jiyong, membuat Jiyong akhirnya melihat wajah Lisa yang sejak tadi diam.
Bibir Lisa hampir berdarah karena digigit, matanya memerah dengan beberapa sisa air mata di pelupuknya. Rasa takut, kalut, marah dan jijik tergambar sempurna di wajah gadis itu.
Di pesawat tadi, Lisa tertidur setelah mengobrol sebentar dengan Jiyong. Gadis itu tertidur sembari bersandar pada bahu Jiyong dengan mood yang sangat bagus. Membayangkan akan tinggal di sebuah hotel mewah, melihat pantai, bermain di pesisir pantai, menyantap ikan segar yang baru saja ditangkap– semua rencana yang sebelumnya Lisa rencanakan dengan Jiyong di pesawat hilang begitu saja karena sebuah mimpi sialan. Lisa terbangun karena mimpi tersebut, namun Jiyong masih terlelap di kursi sebelahnya.
"Apa yang kau lakukan padanya?!" jerit Lisa di susul dengan isakan kecil setelahnya.
"Kau mengingatnya?" tanya Jiyong, membuat Lisa dua ratus persen yakin kalau ingatannya tidak salah. Rasa mual lantas menjalar di perutnya, mengingat apa yang Jiyong lakukan pada Chanyeol membuat Lisa buru-buru keluar dari mobil dan menumpahkan semua isi perutnya di tepi jalan.
Sampai beberapa detik lalu, Lisa masih berharap kalau ingatannya salah. Gadis itu tahu kalau ingatannya mungkin saja benar, gadis itu tahu kalau Jiyong mampu melukai Chanyeol dan menyiksa pria itu dengan sangat keji seperti adegan dalam film-film thriller. Namun Lisa berharap ingatannya salah. Namun Lisa berharap Jiyong tidak seperti bayangan yang muncul di kepalanya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jiyong, yang turun dari mobil dan berjalan ke bagian depan mobil Ten itu untuk mengecek keadaan Lisa.
Lisa membungkuk, masih memuntahkan isi perutnya, sementara Jiyong berdiri di belakang gadis itu dan menepuk-nepuk pelan punggung Lisa, memberinya sedikit pijatan lembut agar Lisa segera selesai dengan muntahannya.
Jiyong ingin membicarakan mengenai ingatan Lisa, serta kasus yang sedang Ten tangani. Jiyong sudah mengetahui garis besar dalam kasus tersebut, namun ia belum dapat meyakinkan Lisa kalau bukan dia pelakunya. Bahkan setelah sampai di hotel sekalipun, Lisa masih terus saja mengeluarkan isi perutnya. Gadis itu selalu memuntahkan isi perutnya setiap kali mengingat bagaimana bentuk isi kepala Chanyeol.
"Kita bisa bicara sekarang?" tanya Jiyong, pada gadis yang duduk lemas di sofa dengan wajah berantakannya.
Lisa mengangguk kemudian menatap Jiyong dengan tatapan memohonnya. Lisa tidak lagi ingat apa yang tertulis dalam berkas kasus Ten, gadis itu hanya berharap kalau ingatannya salah. Lisa berharap Jiyong tidak melukai siapapun. Lisa berharap apa yang ia ingat hanyalah sebuah mimpi buruk yang tidak pernah terjadi.
"Ingatanku salah, bukan?" tanya Lisa, terdengar sangat lemah di telinga Jiyong. Gadis itu kemudian meraih tangan Jiyong, memohon pada Jiyong untuk mengatakan kalau ingatannya tidak benar. "Mimpiku... Apa yang aku lihat di mimpiku... Oppa, kau- kau merusak otak- kepala- otak-"
Lisa tidak dapat menyelesaikan ucapannya, baru memikirkan apa yang akan dikatakannya sudah membuat gadis itu kembali mual. Dengan langkah gontai, gadis itu melangkah menjauhi Jiyong, kembali masuk kedalam kamar mandi dan mencoba memuntahkan isi perutnya lagi– walaupun sekarang sudah tidak ada lagi isi perut yang dapat ia keluarkan.
"Hentikan," ucap Jiyong yang akhirnya bosan mengikuti Lisa masuk ke dalam kamar mandi. "Kau sudah mengeluarkan seluruh isi perutmu, sudahlah... Ingatanmu benar. Kau melihat kepala si penguntit itu dibuka dalam mimpimu? Ya aku membukanya, aku juga membuka selaput otak penguntit itu kemudian mengambil sedikit otaknya dan kau memakannya. Kau ingin tahu kenapa aku melakukannya? Karena itu menyenangkan. Sekarang berhentilah muntah dan terima saja kenyataannya. Kau membuatku lelah,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.