***
Permainan berlangsung lebih sengit dari biasanya. Lisa tidak bisa mengalahkan Yuri, namun gadis itu tidak bisa membiarkan Yuri menang. Yuri terlihat sangat santai selama permainan karena ia menguasai permainan tersebut, sementara Lisa berusaha keras mengabaikan keringat di tubuhnya, berusaha keras mengabaikan perih di lututnya dan berusaha keras untuk tidak lengah. Lisa tahu, mustahil untuk mengalahkan Yuri, namun ia tidak ingin menyerah dalam permainan itu. Walaupun tahu ia akan kalah, sampai akhir Lisa tetap berusaha untuk mengimbangi Yuri. Harga dirinya tidak akan jatuh terlalu jauh kalau ia berjuang sampai akhir.
"Selamat," ucap Jiyong sembari mengulurkan tangannya pada gadis yang tengah berbaring dengan nafas terengah-engah di sudut lapangan– Lisa.
"Panas-" keluh Lisa dan Jiyong berjongkok untuk membuka resleting jacket yang Lisa pakai, mengurangi sedikit sesak yang Lisa rasakan usai berusaha sangat keras.
"Kerja bagus Lisa-ya," puji Jiyong sembari tersenyum dan mengusap rambut Lisa yang sudah tidak lagi terikat, acak-acakan dan basah karena keringat. Lisa ikut tersenyum, kemudian terkekeh masih dengan nafasnya yang terengah-engah.
Seperti cerita kura-kura lamban yang mengalahkan kelinci sombong, Lisa si amatir mengalahkan Yuri yang lebih profesional darinya. Yuri meremehkan Lisa– bahkan Jiyong dan Seunghyun pun sempat sangat yakin kalau Lisa akan kalah. Yuri terlalu menganggap enteng seorang Lalisa Jung yang harga dirinya sedang di pertaruhkan. Yuri terlalu santai dalam permainan tadi sementara musuhnya berjuang sekuat tenaga.
Yuri melangkah dengan kesal keluar dari lapangan dan Seunghyun hendak mengikutinya, sementara Jiyong membantu Lisa berdiri. Seunghyun sempat ingin menghampiri Lisa– saking senangnya karena Lisa menang– namun mengurungkan niatnya karena takut perselingkuhannya terungkap.
"Seunghyun oppa!" teriak Lisa begitu melihat Seunghyun dan Yuri sudah beberapa langkah menjauhinya. "Aku menang! Kau milikku sekarang! Eonni! Tepati janjimu!" teriak Lisa dengan sisa tenaga yang di milikinya.
Matahari sudah terbenam ketika Lisa berendam di sebuah bath tub dalam kamar mandi mewah milik Jiyong. Sebelumnya Lisa ingin di antar pulang namun Jiyong menawarinya sebuah hadiah karena menang– sebuah makan malam mewah dengan pelayanan terbaik.
"Tuan Kwon, kau benar-benar tidak ingin bercinta denganku?" tanya Lisa sembari memperhatikan Jiyong yang tengah berdiri di depan westafel, sedang mengeringkan rambutnya.
"Kenapa?" tanya Jiyong sembari menatap si gadis yang asik berendam di belakangnya melalui cermin. "Kau ingin bercinta denganku sekarang?"
"Tidak," jawab Lisa yang kemudian memutar gelas winenya, mempermainkan cairan di dalam gelasnya. "Aku hanya penasaran-"
"Kau pikir aku selalu ingin bercinta setiap saat? Oh ayolah, bercinta bukan satu-satunya hal yang menyenangkan. Menonton permainanmu tadi jauh lebih menyenangkan,"
"Tentu saja! Aku menang," ucap Lisa membanggakan dirinya sendiri.
"Tapi kau tidak tahu kan kalau kau menang?" tanya Jiyong yang kemudian menghampiri Lisa dan duduk di tepian bath tub mewahnya.
"Hehe... Sampai oppa datang dan memberiku ucapan selamat, ku pikir aku kalah,"
"Selama bermain apa kau melirik papan skor di sebelahku? Sepertinya tidak kau hanya memukul semua bola yang mendekat ke arahmu,"
"Papan skornya ada di sebelahmu? Ya! Kau mengganti skornya?!"
"Hmm..." gumam Jiyong sembari menganggukan kepalanya. "Aku diam-diam mengurangi skormu dua kali," jawab Jiyong membuat Lisa menatap pria itu dengan mulut yang sedikit terbuka, Lisa tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Permainannya akan selesai lebih cepat kalau aku tidak melakukannya, dan Yuri mengetahui itu, dia pikir aku membantunya,"
"Kau tahu apa taruhannya? Astaga! Kwon Jiyong! Kau yang merencanakan permainan tadi, iya 'kan?!" seru Lisa dan Jiyong hanya terkekeh, menikmati reaksi kesal Lisa. "Harusnya aku sudah menduganya saat kau memaksaku berlatih tennis kemarin," gumam Lisa yang kemudian mengangkat tubuhnya dan memeluk Jiyong. Jiyong pikir Lisa akan marah tapi gadis itu justru memeluknya.
"Apa ini cara baru untuk menunjukan rasa marahmu?" tanya Jiyong sama sekali tidak membalas pelukan Lisa yang masih berbusa itu.
"Aku sedang senang sekarang, kau tidak bisa melihatnya? Aku tersenyum sekarang," jawab Lisa yang kemudian melepaskan Jiyong dan membilas tubuhnya di bawah pancuran, membersihkan busa sabun dari tubuh dan rambutnya. "Kalau aku menang, akhiri hubunganmu dengan Seunghyun oppa. Pelacur bodoh, dia pasti menyesali ucapannya sekarang," gumam Lisa di bawah pancuran. Hanya sebentar Lisa berada disana, gadis itu langsung keluar dari kamar mandi setelah ia memakai bathrobenya dan Jiyong mengekori Lisa dibelakangnya. Di luar kamar mandi– tepatnya di kamar Jiyong, seorang pelayan tengah berdiri di sebelah belasan baju wanita yang digantung di rak beroda.
"Itu untukku?" tanya Lisa sembari menoleh pada Jiyong yang berjalan ke lemarinya sendiri.
"Tidak mungkin itu untukku,"
"Benar-benar untukku?"
"Ya, kecuali kau ingin makan malam telanjang,"
"Woah! Uang benar-benar menyenangkan! Beberapa hari lalu aku menolak uang yang Yuri berikan," cerita Lisa kemudian, dengan tangan yang sibuk memilih pakaian yang ingin dikenakannya. "Dia memberiku banyak uang tapi aku menolaknya. Dia benar-benar melukai harga diriku saat itu. Tapi karena rencanamu, aku bisa membalasnya dan itu benar-benar menyenangkan!"
"Rencanaku? Aku tidak merencanakan apapun,"
"Ah... Sungguh? Kemarin kau menyuruhku datang dengan celana, tapi sampai lapangan kau menyuruhku mengganti celanaku. Itu untuk memberimu waktu untuk bicara berdua dengan Yuri, 'kan? Lalu saat bermain denganku, kau memukul bolanya dengan sangat kuat, jauh lebih kuat dibanding saat kita berlatih kemarin. Kau tahu aku akan takut pada bola itu dan tidak akan bisa menangkisnya. Kau sengaja mempermalukanku agar Yuri yakin kalau dia akan menang. Dan benar saja, Yuri yakin kalau dia akan menang jadi dia bermain dengan sangat santai saat melawanku. Kau membuatnya terlanjur meremehkanku, dan aku menang,"
"Dan kau bisa dengan bebas mendekati Seunghyun hyung sekarang,"
"Tapi oppa," ucap Lisa yang kemudian berjalan menghampiri Jiyong ke dalam lemarinya, dengan sebuah gaun keemasan yang seksi. "Sebenarnya tawaran Yuri tadi sangat payah. Kalau aku kalah, aku harus mengakhiri hubunganku dengan Seunghyun oppa. Dan kalau aku menang, dia akan mengizinkanku jadi istri kedua Seunghyun oppa. Keduanya tidak menguntungkan untukku, apa yang di dapat istri kedua selain celaan? Dan walaupun aku kalah, dia pikir Seunghyun oppa akan diam saja kalau aku meninggalkannya? Tidak akan. Bukan itu alasanku menerima tantangannya tadi,"
"Lalu apa alasanmu langsung mengiyakan tawaran yang tidak menguntungkan itu?"
"Aku tidak ingin dia menganggapku pengecut. Aku sudah pernah menolak uangnya dengan sangat angkuh. Dia akan meremehkanku kalau aku terus menolak. Tapi, bukankah aku hebat? Aku bisa menganalisis rencanamu, benar 'kan?"
"Aku sudah pernah bilang, 'kan? Kau seorang pelacur cerdas. Kuliahmu keluar negri ternyata tidak sia-sia," jawab Jiyong yang sudah selesai berpakaian dan memperhatikan Lisa yang masih mengeringkan rambutnya di depan sebuah meja berisi beberapa parfum dan krim perawatan wajah untuk pria.
"Lalu apa rencananya sekarang? Makan malam di tempat yang biasa Yuri dan Seunghyun oppa datangi? Menggoda mereka lagi? Aku baru tahu kalau hal-hal seperti ini bisa sangat menyenangkan. Kurasa aku akan mulai rutin bermain tennis sekarang,"
"Tidakkah menurutmu itu berlebihan?" tanya Jiyong sembari berdiri di sebelah Lisa untuk memilih sebuah parfum.
"Ini, pakai yang ini, aku suka yang ini," ucap Lisa sembari menggeser sebuah parfum ke dekat tangan Jiyong. "Lalu apa lagi rencananya? Tidak mungkin hanya selesai sampai disini. Kau tidak akan puas hanya dengan drama seperti ini, oppa,"
"Kau sudah mengenaliku sekarang? Berhati-hatilah, mungkin aku akan membunuhmu kalau kau sudah terlalu membosankan," jawab Jiyong sembari memakai parfum yang Lisa sarankan untuknya. "Minggu depan seorang temanku mengundang kami– aku, Yuri dan Seunghyun hyung– ke acara makan malam di rumahnya. Kau ingin ikut?"
"Tentu!" jawab Lisa luar biasa bersemangat.
Sepertinya rencana awal Jiyong untuk bersenang-senang sudah mulai berkembang terlalu pesat. Ada terlalu banyak improvisasi Lisa di dalamnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.