16

1.8K 341 27
                                    

***

Lisa menghentikan sebuah taxi di depan restoran tersebut. Tanpa sempat berpamitan dengan Seunghyun, gadis itu pergi begitu saja, meninggalkan Jiyong dan Yuri yang kebingungan. Ingatan akan menakutkannya pria itu membuat Lisa bergetar hebat di dalam taksinya. Seingat Lisa, pria itu adalah seorang mahasiswa jurusan Matematika yang tidak pernah Lisa perhatikan sebelumnya.

Lisa tidak tahu bagaiman mulanya, namun pria itu menyukai Lisa dengan cara yang sangat berbeda dari pria-pria lainnya. Pria itu tidak pernah menyapa Lisa, tidak pernah mengenalkan dirinya pada Lisa, tidak pernah menunjukan keberadaannya pada Lisa. Akan tetapi, pada suatu malam pria itu mengaku Lisa telah melukainya. Tentu saja Lisa mengabaikannya, ia tidak pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya, namun pria itu menyalahkannya atas sesuatu yang tidak Lisa mengerti. Selama tahun terakhir kuliah sarjananya, pria itu benar-benar membuat Lisa takut.

"Lisa-" panggil Jiyong, tepat sebelum taxi yang Lisa naiki berjalan menjauhi restoran. Jiyong membuka pintu belakang taxi tersebut, namun sikapnya itu justru membuat Lisa menjerit ketakutan kemudian menangis. "Hei ada apa denganmu? Kenapa kau menangis?"

Sebelumnya Jiyong senang, melihat Lisa menangis karena terlalu kesal pada masalah asramanya. Namun melihat Lisa menangis ketakutan seperti sekarang membuatnya tidak merasa senang– sama sekali. Jiyong justru bingung karena tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Jiyong tidak dapat menikmati sesuatu yang tidak ia pahami.

Sementara itu di dalam restoran.

"Mana Jiyong dan dr. Jung?" tanya Seunghyun sembari bergerak untuk duduk di kursinya– di sebelah Yuri.

"dr. Jung pergi setelah menerima telpon dan Jiyong oppa menyusulnya," jawab Yuri, terlihat tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Lisa. "Ada pasien darurat," tambahnya, dengan jawaban paling aman agar Seunghyun tidak ikut mengejar Lisa.

Satu jam kemudian, Lisa ada di apartemennya– dan keadaan membuat Jiyong juga berada di sana. Lisa masih ketakutan dan menatap gugup pada layar handphonenya.

"Jadi? Pria yang bertahun-tahun lalu mengganggumu-"

"Tujuh,"

"Pria yang tujuh tahun lalu menguntitmu datang lagi?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Dia sudah pernah di penjara karena menguntitmu, dan sekarang dia datang untuk mengganggumu lagi?"

"Dia tahu aku ada di restoran... Dia melihatku dan aku tidak bisa melihatnya," ucap Lisa sembari duduk di atas sofa dan memeluk kakinya sendiri. Sementara Jiyong duduk diatas meja makan marmer yang membatasi antara dapur dan ruang tengah. Apartemen gadis itu hanya sebesar kamar tidur seorang CEO Kwon Jiyong.

"Kau tahu namanya? Tentu saja kau tahu, kau menuntutnya, siapa namanya?"

"Park Chanyeol,"

"Park Chanyeol?" ulang Jiyong yang kemudian mengambil handphonenya. "Apa yang ingin kau lakukan padanya? Mengurungnya atau melenyapkannya?"

"Ya?" tanya Lisa tidak benar-benar paham dengan pertanyaan Jiyong. Namun alih-alih menjawab, pria itu justru menyuruh Lisa diam dengan sebuah isyarat tangan.

"Selamat malam," sapa Jiyong begitu seseorang yang ia hubungi menjawab panggilannya. "Bagaimana kabar anda Kepala Cho?" ucapnya sekedar berbasa-basi ketika ia menelpon Kepala Kepolisian.

"Jadi alasanku menelponmu adalah..." ucap Jiyong sembari melirik Lisa setelah ia berbasa-basi selama beberapa detik dengan orang yang di telponnya itu. "Seorang temanku di ganggu oleh seorang penguntit, kira-kira apa anda dapat membantuku?"

Tidak sampai lima menit panggilan itu berakhir dengan Kepala Kepolisian yang bersedia membantu dan Jiyong yang akan mengirimkan detail masalah Lisa melalui Sekretarisnya besok pagi. Uang dan kekuasaan benar-benar di bawah kendali Jiyong. Hanya dengan beberapa kalimat persuasif yang keluar dari mulutnya, Jiyong dapat mempengaruhi orang lain. Jack Ma bilang, ketika kamu belum sukses, kata-kata bijakmu akan terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu sudah sukses, bahkan suara kentutmu pun terdengar sangat bijak, dan Jiyong telah membuktikannya.

Bersamaan dengan Jiyong yang mematikan panggilan tersebut. Handphone Lisa kembali berdering, sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal– lagi. Lisa menatap Jiyong serta handphonenya secara bergantian, sementara Jiyong turun dari meja makan marmer tersebut kemudian berjalan menghampiri Lisa dan handphoenya. Pria itu menjawab panggilan di handphone Lisa tanpa mengatakan apapun.

"Sayangku, Lisa... Kenapa kau tidak belajar dari pengalamanmu? Kenapa kau membuatku marah dengan membawa pria itu ke rumahmu? Apa kau sengaja melakukannya? Kau ingin aku marah dan menemuimu seperti terakhir kali? Baiklah... Malam ini setelah pelangganmu itu pergi, aku akan datang. 270309, kau sengaja memilih angka itu-"

"Kau mau mati?" jawab Jiyong kemudian, namun si penelpon sepertinya terkejut mendengar suara Jiyong. Terkejut karena nada bicara Jiyong yang tidak terdengar ramah. Terkejut karena ia sudah membual kepada seorang yang salah. "270309, kode pintumu?" tanya Jiyong setelah Park Chanyeol mematikan panggilannya karena terlalu terkejut.

"Ya? Bagaimana kau tahu?"

"Ganti kode pintumu, bocah itu tahu kode pintumu," jawab Jiyong membuat Lisa kembali pucat, kembali takut, kembali merasa tidak aman. "Ganti kodemu, aku akan pulang setelah kau mengganti-"

"Jangan pulang," potong Lisa yang langsung meraih tangan Jiyong dan memohon padanya. "Tetaplah disini... Ku mohon..."

"Kau hanya perlu mengganti kode pintumu, dia tidak akan bisa masuk kalau kau menggantinya," jawab Jiyong namun Lisa menggelengkan kepalanya. Gadis itu tidak akan bisa merasa tenang kalau ditinggalkan sendirian disana.

"Aku takut dia akan datang dan- ku mohon... Tuan Kwon, tetaplah disini..."

"Hubungi temanmu, kenapa juga aku harus berada disini dengan gadis ketakutan sepertimu, tidak menyenangkan,"

"Mereka akan memarahiku..."

"Hm?"

"Sudah ku bilang jangan memakai pakaian seksi kalau tidak mau diganggu, sudah ku bilang jangan menggoda pria-pria, sudah ku bilang jangan terlalu sombong dan mengabaikan pria yang menyukaimu, sudah ku bilang perlakukan semua orang dengan baik, sudah ku bilang jangan memberikan harapan-harapan palsu pada pria yang menyukaimu, sudah ku bilang! Sudah ku bilang! Sudah ku bilang! Mereka hanya akan mengatakan itu... Hanya untuk malam ini... Tetaplah disini... Ku mohon... Aku tidak bisa meminta Seunghyun oppa kesini malam ini, ku mohon, ya?"

"Kau sedang memohon padaku untuk menjagamu dari bajingan kecil itu?  Kepalamu terbentur di suatu tempat? Hanya orang bodoh yang memohon pada iblis untuk diselamatkan dari anjing kecil,"

***

Joker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang