***
Lisa membuka matanya, dan lagi-lagi ia berada di sebuah kamar mewah milik Jiyong sendirian. Kepalanya masih terasa sangat sakit, namun perlahan-lahan rasa sakit itu menghilang. Saat membuka matanya dan memperhatikan sekelilingnya, Lisa dapat menyadari kalau ia berganti pakaian. Gadis itu ingat kalau ia datang kerumah Jiyong setelah bertemu dengan Seunghyun namun tidak dapat mengingat apa yang terjadi sampai ia bisa terlelap disana.
"Oppa," ucap Lisa yang akhirnya bisa bangkit dan berjalan keluar dari kamar Jiyong. Wanita itu melangkah dengan sangat hati-hati, masuk kedalam ruang kerja Jiyong dan melihat Jiyong duduk sendirian disana, membaca sebuah buku.
"Oh? Kau sudah bangun?" sapa Jiyong yang kemudian menoleh dan melihat Lisa menghampirinya dengan sebuah pakaian olahraga miliknya. "Tidurmu nyenyak?"
"Ya, kurasa... Aku tidak ingat apa yang terjadi sampai aku bisa tertidur disini," jawab Lisa yang kemudian menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di sofa, tidak jauh dari meja kerja Jiyong. "Tapi aku lapar," lanjutnya, membuat Jiyong meraih sebuah gagang telpon di depannya dan meminta pelayannya untuk datang membawakan camilan.
"Apa yang kau baca, oppa?" tanya Lisa sembari memperhatikan Jiyong yang tersenyum sembari membaca sebuah buku.
"Anatomi dan fisiologi manusia,"
"Kau membaca buku seperti itu?"
"Kenapa? Ini menarik," jawab Jiyong yang kemudian menutup bukunya. "Aku ingin belajar membedah dada seseorang mengambil jantungnya dan melihat jantung itu berdetak,"
"Pergilah ke sekolah kedokteran," jawab Lisa membuat Jiyong lantas tertawa- menertawakan Lisa yang tidak dapat mengingat apa yang dilihatnya tadi. "Perlu ku buatkan daftar rekomendasi sekolah kedokteran terbaik? Atau ku daftarkan sekalian,"
"Tidak perlu," jawab Jiyong setelah ia selesai tertawa. "Aku tidak punya waktu untuk itu,"
Lisa mendengus kemudian bertanya apa yang Jiyong berikan padanya sampai ia terlelap di rumah pria itu. Dan dengan gamblang, Jiyong mengatakan kalau ia baru saja memberi Lisa satu pil obat penenang. Jawaban Jiyong tersebut lantas membuat Lisa berfikir kalau Jiyong memperkosanya saat ia terlelap karena obat penenang tersebut. Membuat Lisa melemparkan satu bantal sofa di belakangnya ke arah meja kerja Jiyong.
"Haha... Aku tidak melakukannya, kau bilang kau sedang datang bulan," ucap Jiyong yang lagi-lagi menertawakan Lisa dan ingatannya.
"Aku tidak datang bulan-"
"Kalau begitu kau berbohong saat bilang sedang datang bulan tadi, kemarilah aku akan menghukummu karena berbohong," potong Jiyong dan Lisa kemudian membenarkan posisi duduknya. Gadis itu bersila di atas sofa dengan punggung tegak.
"Aku mengingatnya," ucap Lisa kemudian. "Aku putus dengan Seunghyun oppa, aku juga mengundurkan diri dari rumah sakit- ah bukan begitu urutannya. Aku mengundurkan diri lebih dulu, kemudian putus dengan Seunghyun oppa,"
"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah itu?"
"Tidak tahu," jawab Lisa sembari menggelengkan kepalanya. "Mungkin melamar kerja di tempat lain tapi untuk sementara aku akan berlibur lebih dulu, aku akan pergi ke Jeju,"
"Berapa lama?" tanya Jiyong tanpa merubah ekspresi wajahnya yang senang karena telah membuat Lisa memuntahkan seluruh isi perutnya beberapa jam yang lalu. "Hhh... Kau benar-benar merepotkan karena membuatku harus mencari dokter lain, kenapa kau sangat tidak profesional?" keluh Jiyong yang lantas bangkit dan menghampiri Lisa.
"Aku akan merekomendasikan dokter-"
"Sekretaris Song, mana yang lebih mudah? Mengganti dokternya atau membuat sebuah pusat kejiwaan?" tanya Jiyong begitu Mino melangkah masuk kedalam ruang kerja itu setelah selesai membereskan mainan Jiyong tadi.
"Tentu saja mencari dokter pengganti akan lebih mudah Tuan Kwon," ucap Mino yang kemudian berdiri di sebelah sofa, menunggu perintah Jiyong selanjutnya. Sementara Jiyong justru mendorong Lisa dan membuatnya berbaring di atas sofa.
"Apa yang akan kau lakukan- hentikan Tuan Kwon-" ucap Lisa yang harus menahan Jiyong agar tidak menelanjanginya di depan Mino.
"Membuat sebuah pusat kesehatan jiwa, tempat orang-orang datang untuk memeriksakan kesehatan jiwa mereka, apa itu menguntungkan?" tanya Jiyong sembari menarik lepas retsleting jaket yang Lisa pakai. "Diamlah!" perintahnya namun Lisa tidak mau menurutinya karena ada Mino disana.
"Membangun rumah sakit jiwa akan butuh banyak sekali biaya-"
"Trauma Center! Buka saja Trauma Center, kumpulkan Psikiater dan Psikolog di satu gedung lalu terima anak-anak kaya yang terlibat kasus kekerasan seperti putra temanmu- ya! Jangan melepasnya!" seru Lisa yang harus benar-benar berusaha agar tidak ditelanjangi di depan Sekretaris Song.
"Kau dengar? Cari tahu bagaimana caranya membangun Trauma Center dan laporkan padaku besok, pergilah," suruh Jiyong yang kemudian menekan kedua pipi Lisa dengan sebelah tangannya. Pria itu menatap Lisa dengan tatapan yang sangat tajam dan membuat Lisa berhenti menolak.
"Aku akan melepaskannya sendiri," ucap Lisa setelah Mino pergi dari ruang kerja tersebut. "Jangan marah... Tadi- tadi- tadi ada Sekretaris Song- akh!" seru Lisa ketika Jiyong tiba-tiba saja menamparnya. Pria itu kesal karena Lisa terus saja mendorongnya tadi.
"Aku akan melepaskannya sendiri-" bujuk Lisa namun Jiyong sudah lebih dulu bangkit, kehilangan keinginannya untuk meniduri gadis itu. "Jangan marah-"
"Pergilah sebelum aku memukulmu lagi," suruh Jiyong dan Lisa tidak punya pilihan lain selain benar-benar pergi. Lebih baik pergi di banding di pukuli seorang psikopat gila yang mungkin bisa membunuhnya. Di luar, Lisa kembali bertemu dengan Mino yang baru saja akan pergi dan Mino menawarinya tumpangan untuk pulang.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Mino sembari menyetir mobilnya untuk mengantarkan Lisa pulang. Mino sudah tidak perlu lagi bertanya apa alasan Lisa pulang dan tidak jadi bercinta dengan tuannya.
"Mengemasi pakaianku?"
"Kau akan pergi ke suatu tempat?"
"Aku akan ke Jeju untuk menemui temanku, besok," jawab Lisa sembari memijat pelipisnya sendiri, tiba-tiba saja kepala gadis itu sakit saat mengingat Ten dan pekerjaannya. Pagi tadi Lisa sudah bicara di telpon dengan Ten dan mereka membahas mengenai kasus yang tengah Ten tangani.
"Perlu ku bantu mencarikan tiket?"
"Tidak, temanku sudah mengurusnya, sampai ke tempat tinggal pun sudah," jawab Lisa sembari berpura-pura baik-baik saja. Berpura-pura kalau kepalanya sama sekali tidak sakit.
"Berapa lama kau akan berada di Jeju?"
"Mungkin satu atau dua minggu, hanya sampai kasusnya selesai,"
"Kasus?"
"Ah... Temanku yang ada di Jeju itu seorang profiler, dia sedang menangani kasus pembunuhan di Jeju. Sepertinya itu pembunuhan berantai tapi pembunuhnya belum bisa di identifikasi karena tidak ada satupun yang memahami si pelaku,"
"Ah... Jadi kau akan membantu mencari tahu pelakunya?" tanya Mino dan Lisa mengiyakannya. Mino hanya berharap kasus yang akan Lisa bantu selesaikan itu tidak ada hubungannya dengan Jiyong.
***
Member NCT yang belum aing jadiin tokoh disini, yang bisa jadi temennya Ten siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Joker
FanfictionPada suatu hari, aku adalah orang baik, sampai sesuatu terjadi.