"bukankah ini terlihat cantik.?" Hinata dengan jelas melihat seorang gadis yang mengenakan gaun dengan warna senada rambutnya tengah berputar di hadapan suaminya.
Gaun itu terlihat memeluk tubuhnya yang langsing dan tinggi. Hinata hanya menghela nafasnya, ia meninggalkan bagian pakaian dengan langkah berat.
Meneruskan acara belanja bulanannya dengan cepat, agar anak-anak yang ia titipkan di rumah orang tuanya tidak bosan dan akhirnya menjadi rewel.
.
Hinata pulang dengan dua kantung plastik berukuran besar berisi kebutuhan rumah, saat ia berjalan melewati pintu masuk supermarket, ia melihat pantulan dirinya sendiri.
Dan ia sadar ia terlihat mengerikan, tubuhnya penuh dengan lemak. Kantung mata yang menghitam, rambut yang lepek, dan tentu saja wajah yang terlihat letih dan tidak bercahaya.
Hinata meringis, merasa miris dengan dirinya sendiri. Terlalu sibuk mengurus rumah dan anak-anaknya hingga ia melupakan dirinya sendiri.
Hinata bergegas pulang karna beberapa orang mulai terlihat memperhatikan dirinya.
.
Bolt dan Hima sudah wangi, dan juga sudah kenyang. Dapur masih berantakan selepas ia memasak makan malam. Tapi kali ini Hinata tidak membersihkannya seperti viasa, ia lebih memilih mandi dan merias diri.
Suaminya pulang larut malam seperti biasa, dan kali ini Hinata sudah menunggu di depan pintu rumah.
"Hinata, belum tidur.?" Naruto tampak terkejut mendapati istrinya membukakan pintu saat sudah nyaris tengah malam.
Hinata menggeleng, "aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Mau mandi dulu atau makan dulu.?" dengan antusias Hinata mengikuti suaminya masuk ke dalam kamar.
"aku sangat lelah, mau langsung tidur saja." Naruto berkata, ia melepas dasinya dan langsung tidur tanpa berganti baju.
Hinata menghela napasnya, malam ini suaminya kembali tak menyentuhnya.
👗👗👗
.
"apa kau bersungguh-sungguh Ino-nee.?" Matsuri memandang Ino tak percaya.
"dari mana kau tau semua hal ini.? Dan kau ingin kami mempercayainya.?" Tenten bertanya retoris, memang itu hal yang wajar kan. Ia adalah yang paling lama bekerja di perusahaan yang kini berada di bawah naungan Uchiha. Tapi ia tak sedikitpun tau tentang Hinata, malah Ino yang masuk hampir berbarengan dengan Hinata, bisa tau lebih banyak.
"kau itu bergaulnya kurang jauh, kau pikir kenapa Hinata bekerja keras. Tentu saja karna mantan suaminya tidak memberi cukup uang belanja tiap bulannya." Ino menyalakan kipas angin portable-nya lalu melanjutkan ucapannya. "tapi wajar saja sih, kalo aku jadi pelakor aku juga tak akan membiarkan uang mangsaku terbuang sia-sia."
"astaga Ino-nee, teganya kau bilang begitu." Matsuri sudah berkaca-kaca matanya.
"maaf nona, jangan banyak bergerak dulu." teguran dari terapis salon yang tengah memijat kaki mereka membuat mereka sadar sedang berada di mana saat ini.
"maaf." Tenten berkata sambil membungkuk, mewakili kedua temannya yang masih asik menggosip. Diam-diam ia merasa kasihan pada seorang wanita paruh baya yang wajahnya penuh dengan masker dan matanya tertutup mentimun. Istirahatnya pastilah tidak tenang mendengar celotehan kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
its that why
Romanceitulah mengapa, harus ada batasan jelas mengenai pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Des: Masashi Kishimoto Story by: KR Pair: sasuhina