"Karin, sudah berapa kali mama bilang, baju yang kotor langsung di cuci.! Kamu ini anak gadis macam apasih.?" seorang wanita yang kini sudah tak muda lagi tengah membentak anak gadisnya yang masih bermalas-malasan di atas tempat tidur sambil memandangi layar ponselnya.
"nanti ma.!" gadis itu berteriak dari tempatnya, sama sekali tak beranjak satu inci pun dari pembaringannya.
"biar Hina saja mah yang nyuci, toh Bolt dan Hima lagi tidur." Kushina, wanita berambut merah itu hanya diam dan mengangguk.
Sejak saat itu, Hinata lah yang mencuci seluruh pakaian di rumah itu.
.
"sayang." Hinata memanggil suaminya yang tengah membaca sebuah dokument sambil tiduran di atas ranjang.
"hmm.?"
"emm, ano, a-apakah kau bisa membelikan mesin cuci untuk rumah ini.?"
Tanpa melepas pandangannya dari dokumen yang ia baca, Naruto menjawab. "memangnya kenapa.? Apa kau sudah tidak mau ya mencucikan pakaianku juga ibu.?"
"eh, tentu saja tidak. Hanya, sebentar lagi kan kita pindah rumah ke rumah kita sendiri, nanti kn kasihan ibu kalau harus capek-capek cucian."
"nanti beli, kalau kita sudah pindah ya sayang."
.
"percuma saja masakannya enak kalau masaknya lambat." Karin menghentakkan kakinya keluar rumah, melewati Hinata yang tengah menata makanan di meja makan.
Hinata melirik jam yang tergantung di atas televisi, baru jam 06.30, belum terlalu siang untuk sarapan kan, bahkan suaminya masih bersiap-siap di kamar.
Entah mengapa semua yang ia lakukan serba salah di mata adik iparnya, dan ia juga punya perasaan kuat bahwa sang ibu mertua, juga tidak terlalu menyukainya.
Ia berharap semua membaik saat mereka pindah ke rumah kecil mereka sendiri.
Tapi, apa yang manusia harapkan, kadang tak selalu di kabulkan.
🌧🌧🌧
Hinata benci hujan, ia tidak menyukai sesuatu yang lembab dan basah. Tapi sialnya, daerah tempat ia tinggal sedang mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi, hingga membuatnya mau tak mau harus selalu membawa payung dalam tasnya.
Satu lagi yang ia benci dari hujan, itu membuat cuciannya susah kering. Hingga menjadi bau apek.
"lihatlah dia, dia pikir dia mau kemana dengan pakaian seperti itu.?" Ino duduk di sebelahnya saat makan siang di kantin dan terus membisikkan kata-kata setan di telinganya.
"bajunya merah, rambutnya merah, lipstiknya merah, kukunya merah. Ia itu cabe atau apa sih.?" Ino dengan berlebihan memotong-motong daging di piringnya hingga menjadi potongan-potongan kecil nan menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
its that why
Romansaitulah mengapa, harus ada batasan jelas mengenai pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Des: Masashi Kishimoto Story by: KR Pair: sasuhina