🛍

5K 600 28
                                    

"apa kaa-chan tidak terlalu keras pada mereka.?" Itachi melirik pada adiknya yang masih menunggui Hinata yang tertidur dengan matanya yang sembab.

"apa menurutmu, kaa-chan, terlalu keras.?" Mikoto merapikan ranjang Sasuke karna si empunya tak menempatinya.

"sebagai seorang Uchiha, tentu saja tidak. Tapi bagi orang biasa, terlebih seorang wanita yang hidupnya sulit, tentu saja itu sangat keras."

"ia akan menjadi seorang Uchiha, dan seorang Uchiha tak boleh lemah oleh sedikit kata-kata kasar. Kau tau betul apa yang ayahmu akan lakukan, kaa-chan bertaruh, hanya masalah waktu ia akan datang dengan dokter ahli aborsi dan beberapa koper uang. Kaa-chan harus bergerak cepat, kita tak punya waktu hanya untuk menunggu wanita itu membuat keputusan."

"huft, semua akan membaik jika semua sudah jelas." Mikoto keluar ruangan di ikuti oleh Itachi.

"pulanglah, kaa-chan akan di sini menjaga mereka berdua. Kau bersiap-siaplah menerima kabar, oh, bukankah minggu depan pernikahannya Uzumaki-san.?"

Itachi mengangguk, "apa kaa-chan tau kalau dia mantan suaminya Hinata-san.?"

"hmm, kaa-chan tau. Ini rumit sekali, sekarang ini dia adalah kepercayaan ayahmu, dan harus kaa-chan akui pekerjaannya tidaklah buruk."

"apa sebelum menjadi nyonya Uchiha, semua harus menderita begini.?" Itachi bergumam, ia ingat bagaimana menderita istrinya karna dirinya sebelum mereka menikah dulu.

Di sampingnya Mikoto pun tersenyum sendu, perjalanannya hingga menjadi nyonya Uchiha bukanlah sesuatu yang mudah, begitupun menantunya Izumi, padahal mereka berdua berasal dari clan Uchiha.

Karna itu ia tak terkejut lagi, melihat perjuangan anak dan calon menantunya.

.

"ia harus bedrest, minimal seminggu. Maksimal hingga usia kandungannya mencapai empat bulan, tak boleh kerja berat seperti biasanya." Tsunade melirik Hinata yang bergelung nyaman di atas ranjang. Obat yang di berikan dokter benar-benar membuat Hinata mengantuk, hingga akhirnya ia selalu tertidur setelah minum obat.

Mikoto menerima banyak obat dari dokter, "apa ini membuat ngantuk.?"

Dokter mengangguk, "sangat mengantuk."

"ah bagus, terima kasih banyak. Kami akan mengurusnya dengan baik." Mikoto dan Sasuke membungkuk, mengucapkan terima kasih.

Sasuke membawa Hinata dalam gendongannya, mengikuti sang ibu keluar dari klinik yang dua hari ia tempati, harusnya ia dan Hinata berada di sini lebih lama. Tapi ada banyak pekerjaan menunggunya, dan dari kemarin Bolt dan Hima terus merengek di telfon, menginginkan ibunya pulang.

Dua hari mereka menginap di rumah keluarga Inuzuka, mereka sangat merindukan Hinata.

"mama..!" Bolt dan Hima berlarian, Kiba dan Hana membawa mobil untuk menjemput Hinata.

"loh, paman Sasu kok disini.?" Hima memeluk kaki Sasuke erat.

"paman menjemput mama untuk Hima, katanya Hima rindu mama."

"iya, Hima dan kak Bolt rindu."

Perjalanan terasa seperti sekejab mata bagi Sasuke, meski Bolt dan Hima terus mengoceh di depannya.

"nah, biar mama istirahat dulu ya." Sasuke menyelimuti Hinata, ia mengelus rambut Hinata. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecup kening Hinata yang poninya tengah tersibak. Karna di ruangan ini bukam hanya ada dirinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang