Naruto duduk jauh dari tempat Sasuke duduk, kedua anaknya memeluk Sasuke di sisi kiri dan kanannya. Setengah jam Sasuke mengamuk, memukul beberapa perawat laki-laki dan hampir menyerang seorang dokter perempuan karna pertanyaannya tentang keadaan Hinata tak di hiraukan oleh mereka.
Sasuke akhirnya tenang saat mendengar Himawari menangis keras, ia duduk bersandar di sana. Kedua tangannya mengelus anak-anaknya yang masih menangis. Sedangkan pandangan matanya kosong, entah apa yang Sasuke pikirkan ia tak bisa menebaknya.
Naruto merasa malu mengakuinya, tapi di matanya Sasuke memang terlihat keren. Ia seribu kali lipat lebih keren darinya saat ini.
Tak lama keluarga Uchiha datang mengerumuni Sasuke. "Bagaimana?" tanya Fugaku.
Sasuke menggeleng. "Entahlah tou-san." kata Sasuke dengan mata merahnya yang menahan tangis. "Biar anak-anak kami yang jaga." Ibu Hinata menggendong Himawari sedangkan ayah Hinata menggendong Bolt. Keduanya tertidur karna lelah menangis.
"Tou-san dan kaa-chan pulanglah lebih dulu, aku janji akan segera mengabari kalian." Hanabi memeluk pundak ibunya, Hikari pun mengangguk dan pergi dari sana dengan Hiashi membawa Bolt dan Hima.
"Kalian juga pulanglah, inikan malam pertama kalian." Hanabi kembali mewakili Sasuke untuk bicara karna sepertinya kakak iparnya itu tidak akan membuka mulutnya sebelum mendengar keadaan istrinya.
Shion baru akan membuka mulut untuk membantah Hanabi saat sang suami memeluknya dan akhirnya membawanya pergi tanpa protes lagi.
Hanabi melirik keluarga Uchiha yang lain, ia tak punya cukup nyali untuk meminta mereka pulang, jadi ia lebih memilih duduk di kursi tunggu, sama seperti Sasuke.
"Kaa-chan, pulanglah dulu bersama Izumi, biar aku yang menemani Sasuke." Itachi memberitau ibunya, istri dan ibunya terlihat lelah karna mereka sudah sibuk seharian.
Akhirnya di sana hanya ada trio Uchiha, di tambah Hanabi dan Konohamaru.
Naruto memperhatikan dengan seksama interaksi mereka, mereka terlihat cemas. Kecuali Fugaku, di matanya terlihat kilat kemarahan yang tak coba ia sembunyikan.
Dua jam mereka menunggu hingga ruangan itu terbuka, dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan itu. Dua orang perawat mendorong ranjang yang di atasnya terdapat Hinata yang masih belum sadarkan diri.
"Kami terpaksa melakukan oprasi dan mengeluarkan janin lebih cepat, terjadi pendarahan dan itu bisa membahayakan nyawa keduanya. Nyonya Hinata kami beri dosis obat bius yang cukup tinggi, jadi mungkin akan membutuhkan waktu sedikit lama untuknya sadar."
.
.
.
"Itachi, lacak keberadaan mobil itu, bawa kemari pengemudinya. Aku akan membuatnya menyesal telah di lahirkan."
Perkataan Fugaku masih terngiang di telinga Naruto, mendengarnya langsung membuat jantungnya berdetak lebih kencang, seolah sesuatu yang buruk akan menimpanya.
"Aku tidak bisa macam-macam padamu lagi sekarang eh?" Naruto terkekeh, kenapa juga ia berbicara dengan Hinata yang bahkan belum siuman. "Tapi tenang saja, toh aku akan segera pergi."
"Ehm, waktumu habis." Naruto menoleh ke arah Sasuke yang bersandar di pintu, ia lupa bahwa Sasuke selalu mengawasinya.
.
Sakit di sekujur tubuh adalah yang pertama ia rasakan saat membuka mata. Langit-langit berwarna putih dan bebauan yang khas langsung membuatnya sadar ia dimana.
Hal pertama yang ia lakukan adalah meraba perutnya yang kini rata dan menyebabkan sakit yang luar biasa saat ia menyentuhnya.
"Hime, kau sudah sadar?" Sasuke berseru penuh kelegaan, berkali-kali ia menciumi tangan Hinata yang masih terdapat selang infus di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
its that why
Romansitulah mengapa, harus ada batasan jelas mengenai pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Des: Masashi Kishimoto Story by: KR Pair: sasuhina