🍱

6.6K 794 92
                                    

"hayoo, lagi chat sama siapa.?" Hinata baru menidurkan Hima dan Bolt saat melihat suaminya tengah cekikikan sambil melihat hp.

"teman." katanya, ia lalu mematikan hpnya dan bersiap tidur. "Kau pasti lelah, istirahatlah." Naruto menepuk kasur di sebelahnya, dan Hinata dengan senang hati bergelung di dada suaminya itu.

Malam berikutnya, Hinata terlalu lelah bahkan untuk membuka mata. Jadi setelah makan malam ia langsung mengajak anak-anaknya untuk tidur, sedangkan Naruto masih bekerja di depan laptopnya.

Ia terbangun pukul dua dini hari, dan terkejut karna lampu dapur masih menyala. "iya, besok kita bertemu saat jam makan siang ya. Hmm, aku mencintaimu."

Jantung Hinata bagai berhenti berdetak, apakah yang di ucapkan suaminya itu nyata.?

Lagi-lagi, malam ini ia menangis. Sendiri.

🍱🍱🍱

"Bolt, sudah siap belum.?" lagi-lagi Hinata harus berteriak jika ia ingin Bolt bergerak dari kasurnya. Tapi tanpa di duga tak lama Bolt turun sudah dengan seragam TKnya.

"duh gantengnya anak mama." Hinata mendekat dan mencium kedua pipi tembam anak lelakinya.

"Hima sudah siap.?"tanya Hinata lagi.

"sudah ma." Hima menghabiskan susu coklatnya yang masih tersisa dan segera bersiap memakai sepatu.

Bolt masih mengunyah ogah-ogahan roti yang di oles selai strawberry, tak lama ia selesai dan segera meminum susu rasa vanilanya cepat. Mama dan adiknya sudah siap menunggunya di depan pintu.

"ma, nanti jadi kan kita belanja.? Hima pengen es krim." Hima menggerak-gerakkan tangan mamanya yang ia genggam.

"jadi donk, Bolt, jaga adek Hima ya."

"ya ma." Hinata melambaikan tangannya pada dua anaknya yang kini masuk ke kelas.

TK tempat Hima dan Botl belajar adalah TK sekaligus penitipan anak yang lumayan murah, apalagi dekat dengan tempat kerjanya. Jadi Hinata tanpa berpikir dua kali memasukkan kedua anaknya belajar disana.

Hinata bergerak tak nyaman di dalam bis yang sempit ini, kemarin mendung seharian jadi baju yang ia cuci belum kering. Termasuk baju kerjanya. Itu membuat ia terpaksa mengenakan pakaian yang lain dari yang biasa ia kenakan.

Biasanya ia mengenakan celana panjang dengan kemeja, atau rok pensil yang panjangnya di bawah lutut. Tapi karna semua bajunya masih basah, ia terpaksa memakai rok terusan yang panjangnya di atas lutut.

Ia bisa merasakan pandangan karyawan lain yang di tujukan ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia bisa merasakan pandangan karyawan lain yang di tujukan ke arahnya.

Karna jengah, ia memutuskan untuk segera masuk dalam lift. Rupanya ia salah langkah, lift yang ia naiki begitu penuh sesak. Di tambah ada tiga orang berisik ada disana.

its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang