🌼

4.8K 612 53
                                    

Sasuke berbaring di atas kasur di kamar lamanya yang terletak di rumah kedua orangtuanya. Kamarnya ini jauh lebih besar dari kamar di rumahnya sendiri.

Kasur king-size dengan seprai berwarna  abu pudar dengan selimut tebal berwarna hitam. Hanya itu yang ada di sana, karna semua barangnya ada di rumahnya. Jadi secara teknis, kamar ini sudah tidak ia pakai lagi.

Ia hanya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna gading sejak ia sadarkan diri beberapa jam yang lalu. Pipi dan matanya berdenyut dan terasa kebas, ia rasa bagian itu bengkak.

Ia dengan tegas menolak pertunangannya dengan Shion kemarin di acara keluarga yang sudah susah-susah ayahnya buat. Jadi Itachi memukulnya beberapa kali.

Ia bersyukur yang melakukannya adalah Itachi, kakaknya itu bisa mengontrol tenaganya dengan baik. Meski perutnya kini rata, tidak ada tonjolan otot lagi disana, tapi kekuatan sang kakak tak dapat di remehkan.

Hanya sepuluh menit ia sudah pingsan, Itachi benar-benar tau cara membuat ia pingsan tanpa harus berlama-lama di hajar.

Ceklek...  Pintu terbuka.

"kau sudah bangun.? Apa aku memukulmu terlalu keras.?" Itachi duduk di sebelah Sasuke yang berbaring, bergeming. Ia menempelkan kantung es ke wajah Sasuke yang kini berwarna biru keunguan.

Tidak ada ejekan keluar dari mulutnya, itu karna ia sangat tau, kebetulan semua yang di inginkan oleh ayahnya dari Sasuke adalah hal yang bertentangan dengan kepribadian adiknya itu.

Ayahnya ingin Sasuke menjadi Itachi yang kedua, bagaimana itu bisa jika takdir saja tak memihak pada sang adik. Itachi berpikir, mungkin di masa lalu ia sudah sangat berjasa bagi dunia njnja, hingga saat ini ia menjalani kehidupan yang benar-benar mulus tanpa hambatan.

"ayah bilang ia ingin bertemu." Itachi masih mengompres wajah Sasuke, menunggu sang adik merespon ucapannya, tapi nihil.

Sasuke berdiri, tak menghiraukan Itachi yang menatapnya prihatin, dan terus beranjak pergi, bermaksud menemui ayahnya.

Langkahnya memelan di beberapa anak tangga terakhir menuju ruang tamu, sang ayah duduk dengan angkuhnya di singgle sofa paling tengah. Di apit oleh sang ibu dan kedua orang tua Shion.

"oh Sasuke,  kau tampak kacau, apa sudah baikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"oh Sasuke,  kau tampak kacau, apa sudah baikan.?" ibu Shion menyapa Sasuke dengan ramah. Sementara ayahnya Shion hanya melirik sekilas.

"kau selalu berlebihan dalam mendidik putramu Fugaku."

Fugaku tersenyum sambil menyesap kopinya, dengan matanya ia menginstruksikan Sasuke agar duduk.
Sasuke duduk di sebelah ibunya, dan sang ibu langsung menggenggam tangannya, seolah memeberi sang anak kekuatan.

"jadi Sasuke, apa keputusanmu.?" tanya Fugaku tanpa basa basi.

Sasuke melirik sang ibu yang matanya berkaca-kaca dan mengeratkan genggaman tangan keduanya.

its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang